Selama beberapa jam mencari buku dan berdiskusi di gazebo perpustakaan, akhirnya Rian meminta rehat satu jam lalu pergi ke kantin perpustakaan. Kali ini Rian ingin makan batagor Bu Mirah yang menurutnya sulit untuk dibuat duplikatnya.
Setelah makan di kantin, mereka melanjutkan menggarap thesis-nya. Sampai di perpustakaan, Sonia tiba-tiba kepikiran untuk mengajak Rian misa di gereja yang baru dibangun dekat kampung halamannya yang tak jauh dari kota tempat Rian menetap untuk sementara.
"Hari minggu ini ya? Oke, aku tandai tanggalnya ya. Biar nanti nggak lupa," ucap Rian.
"Aku nggak sabar lo, nanti aku whatsapp ibuku ya, biar nanti bisa masak buat makan siang kita," papar Sonia sambil tersenyum lebar.
Selesai mengerjakan penelitian, Sonia dan Rian menuju tempat pakir motor. Dalam perjalanan menuju ke sana, mereka saling melontarkan gurauan. Di atas motor pun mereka tetap melanjutkan guyonan. Mereka saling melempar tingkah konyol mereka selama satu tahun bersama.
Setelah sampai di kosnya Rian, seperti biasa Sonia memandangi Rian dengan saksama. Ia bingung, kenapa ia tak bosan memandangi senyum Rian. Menurutnya, ia begitu tampan dan menghiraukan pendapat temannya bahwa wajah Rian biasa saja.
"Terima kasih ya, untuk hari ini, walaupun tiga bulan terakhir ini kita cuma diskusi sama wawancara aja tapi aku seneng kok," ucap Sonia di atas motornya.
"Santai aja kali. Aku juga seneng kok, diskusi bareng kamu. Oh ya, ntar malem kita diskusi di situ aja (sambil nunjuk ruang tamu kos) bareng Tio. Nanti kamu ajak Fina atau Joko gitu."
"Oke, nanti aku hubungi mereka berdua. Lagian, aku juga agak bosen kalau cuma belajar sendirian. Sampai jumpa nanti malam ya."
Sambil mengendarai motor dari kos Rian, hati Sonia serasa tanaman disiram air, segar dan menyenangkan. Ia tak bisa berhenti tersenyum mengingat kebersamaan mereka. Saking bahagianya, ia tak bisa fokus mengendarai motor dan hampir menerobos lampu merah.
Sesampainya di kamar kos, Sonia mengobrak-abrik isi tasnya. Ia mencari pengisi daya telepon pintarnya. Ketika itu, Sonia baru sadar jika charger-nya dibawa Rian. Saat sedang berdiskusi, Sonia meminjamkannya karena telepon Rian hampir mati. Segera ia ke tempat parkir sambil menelepon Rian, namun Rian tak dapat dihubungi.