Mohon tunggu...
Nur Azizah
Nur Azizah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Jejak Sejarah dan Literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ekspedisi Magellan: Pelayaran ke Dunia Timur yang Berakhir Tragis

15 Desember 2021   10:27 Diperbarui: 16 Desember 2021   07:13 3370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Ferdinand Magellan (Sumber: Indozone.id)

Perjalanan Magellan berlanjut  tanpa badai dan tanpa melihat daratan kecuali dua pulau yang tidak berpenghuni manusia melainkan hanya ditumbuhi pepohonan dan ditemukan burung-burung. Mereka menyebut pulau ini sebagai Kepulauan Misfortune.

Pada tanggal 13 Februari 1521, armada Magellan sudah mencapai garis khatulistiwa. Pada 4 Maret 1521, 19 awak kapal Trinidad meninggal karena kosongnya perbekalan dan selebihnya kurang mampu untuk bekerja sama sekali. Pada 16 Maret 1521, Magellan telah mencapai kepulauan Mariana, pulau yang awalnya bernama Isla de las Velas Latinas, kemudian menjadi Los Ladrones. Magellan percaya bahwa Ia sudah mencapai Maluku, namun setelah beberapa saat Ia sadar bahwa Ia salah, di kepulauan ini para penduduk memakai bahasa asli mereka dalam artian tidak memakai bahasa lokal.

Pada April 1521, rombongan Magellan melihat pulau Rota, hanya saja Magellan lebih memilih untuk berlabuh di Pulau Guam dengan penduduk aslinya bernama Chamorros Maximilan, Transylvania. Hubungan Magelllan dengan penduduk Chamorros ini sangat singkat dan penuh dengan kekerasan. Penduduk asli ini mencuri perahu pribadi Magellan.  Hingga akhirnya Magellan membalasnya dengan mengirim pasukannya dan membakar gubuk penduduk, membunuhnya dan mengambil perahu-perahunya. Sebulan kemudian, Magellan melanjutkan pelayarannya dan mendarat di pulau Cebu, Filipina.

Pertempuran di Pulau Mactan, Akhir Kisah Hidup Magellan

Kedatangan bangsa Spanyol mendapat sambutan hangat dari penduduk pulau Cebu di Filipina, seperti Raja Alwi dan Raja Kolambu  sampai mereka dibaptis oleh Pendeta yang ikut dalam rombongan ekspedisi Magellan.

Dalam buku Pengeliling Bumi Pertama adalah Orang Indonesia Enrique Maluku (2014) karya Helmy Yahya dan Reinhard R. Tawas menerangkan bahwa Ferdinand Magellan melanjutkan pelayarannya menuju daerah Cebu. Ia mendapat sambutan hangat kembali dari penguasa daerah tersebut, yakni Raja Humabon. Melihat keramahan Raja Humabon, Ferdinand Magellan memperkenalkan agama yang dibawanya yakni Katolik. Sehingga Raja Humabon beserta istrinya dibaptis ke agama Katolik. Ketika itu, Raja Humabon memiliki masalah dengan salah satu pengikutnya yang bernama Lapu-Lapu, seorang kepala suku dari Pulau Mactan yang beragama Islam. Raja Humabon meminta Ferdinand Magellan beserta rombongannya untuk memerangi suku Lapu-lapu, karena suku tersebut dianggap tidak bertekuk lutut pada kekuasaan raja yang telah dibaptis pada agama Katholik. Sayangnya, peperangan ini justru mengantarkan Ferdinand Magellan menemui ajalnya. Ia terbunuh dalam perang ini, yang menjadikan Ekspedisi menuju kepulauan rempah puyar seketika.

Pada tanggal 27 April 1521, pasukan Lapu-Lapu yang hanya bersenjatakan tombak dan parang harus menghadapi bangsa Spanyol yang dipimpin oleh Ferdinand Magellan disebuah pulau bernama Mactan. Keberuntungan berpihak pada Lapu-Lapu yang ketika itu mendesak bangsa Spanyol sehingga Ferdinand Magellan beserta 30 awak kapalnya terbunuh. Cara Lapu-Lapu membunuh Magellan ialah dengan menancapkan panah beracun di kaki Magellan sampai akhirnya Ia tewas terbunuh. Peristiwa ini menjadikan Lapu-Lapu disebut sebagai pahlawan dari Filipina yang berani mengusir penjajah sehingga dibuatlah patung Lapu-Lapu yang didirikan oleh rakyat Cebu sebagai bentuk penghormatan atas keberaniannya tersebut. Selain itu, kota Opon yang dulunya menjadi tempat tinggal Lapu-Lapu diubah namanya menjadi kota Lapu-Lapu. Patung Lapu-Lapu tersebut kini dikenal dengan nama “the statue of the sentinel of freedom”, lokasinya di Barangay Mactan, Lapu Lapu, Filipina.

Patung Lapu-Lapu (Sumber: kapuas.info)
Patung Lapu-Lapu (Sumber: kapuas.info)

Simeon C Bernados, dkk. dalam When The World of Make Believe Becomes the World to Believe: Characterization, Legitimation, and Mythologization of Lapulapu Narratives (2016) menerangkan bahwa setiap tanggal 27 April selalu diadakan festival tahunan yang diselenggarakan di Pulau Mactan, Cebu, Filipina. Festival tersebut dinamakan Kadaugansa Mactan, tujuan diadakannya tidak lain adalah untuk memperingati kemenangan Lapu-Lapu yang telah berhasil melawan penjajah asing (Spanyol) serta menolak masuknya agama Katolik Roma.

Pemuda Pribumi dalam Ekspedisi Magellan yang terselubung

Lukisan Enrique Malacca (Sumber: cakranews.id)
Lukisan Enrique Malacca (Sumber: cakranews.id)
Enrique Malacca merupakan pemuda asal Melayu yang mempunyai peran yang cukup menonjol dalam ekspedisi Magelan. Enrique merupakan asisten Magellan yang didapatkan saat pertempuran penaklukan Malaka (lebih tepatnya Pribumi yang dijual melalui pasar budak) tahun 1511. Menurut catatan Antonio Pigafetta, pemuda tersebut berasal dari daerah bernama Zamara atau Sumatra. Enrique mempunyai sifat yang cerdas, pemberani dan setia baik dalam suka maupun duka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun