Nah, kita termasuk yang mana? Untuk kuadran 1 sudah tidak ada masalah, pasti sudah berjalan sendiri. Demikian pula kuadran 4, tidak usah dibahas, pasti sudah berhenti sendiri. Yang harus digenjot dan diasah adalah kuadran 2 dan 4.Â
Mau tapi tidak mampu dan sebaliknya mampu tapi tidak mau. Mau itu modal utama dan untuk mampu ya harus berusaha untuk mampu dengan terus belajar. Demikian pula mampu juga modal, dan untuk mau harus memotivasi diri dengan 1001 alasan untuk mau.
Jangan takut menulis, tulis saja. Mungkin saat ini tulisan kita adalah sampah. Tapi, bukankah sampah yang terkumpul suatu saat akan jadi kompos dengan sedikit polesan? Yuk, saatnya kita bangkit. Bangkit dari kejenuhan di rumah. Bangkit dari ketakutan akan tertular covid 19. Bangkit dari kekeringan rohani. Bangkit dari stress karena kantong kosong. Bangkit dari aneka macam kebetean karena pandemi.Â
Ya, bangkit dengan berbagi. Berbagi semangat, berbagi nasehat dan berbagi manfaat. Dengan apa? Ya dengan menulis. Memang ayat yang pertama turun kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah membaca. Namun Allah-lah Yang mengajarkan dengan pena. "Yang Mengajarkan dengan pena" (QS Al-'Alaq 4). Tahu kan fungsi pena? Apalagi kalau bukan untuk menulis.Â
Menulis memang butuh perjuangan. Karena sesungguhnya hidup adalah perjuangan. Tanpa perjuangan, mustahil kesuksesan akan diraih. Dia tidak jatuh dari langit, tapi harus dijolok dan diperjuangkan. Jika kita merujuk pada sejarah, hakikat Kebangkitan Nasional adalah bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan negara.Â
Sehingga tepatlah kiranya jika kitapun bangkit dan bersemangat untuk membantu memperjuangkan negara ini agar bangkit dari keterpurukan akibat pandemi. Bangkit dengan semangat berbagi. Selamat Hari Kebangkitan Nasional. Semangat kita, bangkitnya bangsa. Bersama kita bisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H