Apa lantas kita mutung? Bete? Tentu tidak! Kan masih bisa menggunakan media tulisan. Ya, berbagi tulisan. Baik berupa pesan berisi nasehat, tips dan resep atau naskah berupa taushiyah.Â
Tulisan dinilai lebih praktis dan mampu meninggalkan jejak lebih lama. Apalagi mereka yang membutuhkan materi ataupun tips-tips tertentu untuk mendukung aktifitasnya. Kiriman-kiriman berupa tulisan melalui media sosialpun jadi pilihan dan dinilai sebagai salah satu solusi.Â
Apalagi dalam suasana Ramadlan di tengah pandemi seperti saat ini. Dakwah bil kitabah, dakwah melalui tulisan menjadi solusi untuk mendekatkan para ustadz dan ustadzah dengan jamaahnya. Bisa juga menjadi sarana untuk berbagi sesama teman, sebagai sarana tawashaw bil haq, saling menasehati dalam kebenaran. Bahkan bisa jadi referensi bagi sesama ustadz dan ustadzah untuk melengkapi bahan dakwahnya.
Saya menyimak beberapa grup WhatsApp, ada salah satu anggota yang sangat dan rutin posting motivasi di grup. Dia sangat istiqomah. Tidak pernah absen walau hanya satu hari untuk membagikan 'Spirit Tahajud' di grup.Â
Selain mengingatkan kita untuk qiyamul lail alias sholat malam, kandungan spirit dalam tulisan postingannya sangat luar biasa. Teman-temanpun mengakui kalau mereka menjadikan postingan tersebut sebagai materi ceramah dengan beberapa modifikasi, termasuk saya.Â
Ada juga yang berbagi 'Satu Hari Satu Hadis'. Isinya tidak sekedar teks hadis dengan sanad yang jelas beserta artinya, namun juga dilengkapi dengan uraian kandungan hadis yang singkat, praktis dan mudah dipahami. Indah sekali, halal seratus persen untuk dicopas. Tentunya bisa jadi sarana berbagi nasehat kebaikan, amar ma'ruf, nahi mungkar. Subhanallah, bukankan ini jariyah yang tidak terputus?
Selain postingan yang sifatnya rutin seperti yang saya contohkan, tidak jarang kita juga temukan tulisan yang berisi link dari media lain seperti blog atau facebook. Tulisan yang sudah kita posting di blog, facebook atau media lainnya bisa juga kita bagikan di grup WhatsApp, sarana paling populer dan paling banyak penggunanya.Â
Tentu ini lebih terlihat lebih keren dari sekedar tulisan biasa. Demikian pula sebaliknya, dalam suatu grup ada menjadwal untuk setor tulisan taushiyah di grup. Nah, selanjutnya tulisan tersebut diposting di web milik kelompok tersebut oleh admin web.Â
Begitulah, berbagi melalui tulisan ternyata menjadi salah satu solusi di tengah kerinduan masyarakat akan siraman rohani. Jangankan di era pandemi yang serba dibatasi, di luar pandemipun, dakwah bil kitabah sarat dengan manfaat.
Masalahnya sekarang adalah tidak semua orang mau dan mampu untuk menulis. Merasa tidak bakat, beralasan tidak sempat, ada juga yang bilang kalau tidak minat dan beribu alasan lainnya. Padahal pada prinsipnya semua orang bisa menulis. Karena semua yang kita lakukan ada kaitannya dengan tulis menulis. Tinggal, mau atau tidak.Â
Ada empat kuadran terkait kemauan dan kemampuan seseorang dalam menulis. Kuadran 1 adalah mereka yang mau dan mampu menulis. Kuadran 2 adalah mereka yang mau menulis, tapi tidak mampu. Kuadran 3 adalah mereka yang tidak mau menulis walaupun sebenarnya mampu dan Kuadran 4 adalah mereka yang tidak mau dan tidak mampu menulis.Â