Mohon tunggu...
Azizah Herawati
Azizah Herawati Mohon Tunggu... Penulis - Penyuluh

Pembelajar yang 'sok tangguh'

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerdas di Tengah Krisis

6 Mei 2020   10:49 Diperbarui: 6 Mei 2020   11:10 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa demikian? Aplikasi belanja online selama ini hanya dikonsumsi oleh mereka yang bener-bener melek tekhnologi. Sebut saja Tokopedia, Lazada, Shopee, OLX, Bukalapak dan aneka aplikasi lain yang sudah lama berkibar.

Pemakainya rata-rata emak-emak sosialita, orang kantoran, mahasiswa dan orang-orang yang 'merasa' berkelas lainnya.  Barang yang ditawarkanpun bukan barang-barang habis pakai, namun barang-barang berat seperti elektronik, fashion bahkan kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Kalaupun pesan makanan melalui aplikasi go-food atau go-send, bisa dipastikan konsumennya orang-orang tajir atau pelajar dan mahasiswa.

Cara belanja konvensional yang sederhana, pesan, dapat barang dan bayar tetap jadi pilihan. Apalagi bulan Ramadlan. Amunisi untuk buka dan sahur bagi setiap keluarga menjadi agenda wajib, khususnya para emak. Namun kondisi menuntut untuk mau beralih ke system online. 

Padahal tidak semua emak melek dan tertarik dengan cara belanja online. Aplikasi yang umum digunakan para emak di semua kalangan adalah whatsapp. Sehingga tuntutan memaksimalkan fungsi aplikasi ini menjadi sebuah keniscayaan. 

Harapannya semua bisa terlibat di dalam grup dan apa yang dibutuhkan tersedia dan bisa didapat dengan mudah. Cukup buka hp, simak tawaran di grup, jika ada yang diminati segera chat pribadi dan bikin transaksi. Mudah dan semua bisa.

Petikan obrolan di awal artikel ini adalah obrolan pada wall salah satu grup whatsapp. Anggotanya emak-emak segala usia tanpa memandang status sosial namun merupakan anggota dan simpatisan sebuah komunitas. 

Namanya "Kedai Kita". Semua anggota bisa berperan menjadi penjual maupun pembeli bahkan bisa meminta admin untuk memasukkan teman, saudara maupun tetangganya untuk bergabung di grup. 

Setiap hari grup dibuka dan digelar berbagai dagangan yang variatif. Variannya meliputi bahan mentah seberti telor, daging, bawang putih, bawang merah, gula pasir dan lain-lain. Adapun yang tinggal santap sangat bervariasi dari aneka jenang, buah-buahan, lauk pauk dan berbagai olahan sayur yang begitu mengundang selera. 

Semuanya COD ( Cash On Demand) yakni kesepakatan penjual dan pembeli bertemu dan bertatap muka secara langsung, bertransaksi offline atau bahasa mudahnya bayar di tempat saat barang sudah diterima.  Ini merupakan salah satu bentuk solusi emak-emak cerdas dalam memenuhi kebutuhan di tengah krisis. Hemat, cepat dan praktis. Penjual senang, pembelipun riang.

Slogan yang cukup viral "Blonjo ning tonggo, nglarisi konco" (Belanja di (warung) tetangga, melarisi (dagangan) teman) dijadikan prinsip emak-emak di grup whatsapp tersebut. Selain belanja ke warung tetangga untuk hal yang ada dan mudah, nglarisi teman sendiri, juga jadi pilihan. 

Mungkin sudah naluri emak-emak ya, kalau biasanya rempong mbanding-mbandingkan harga. Ibaratnya uang seribu rupiah, minta saja boleh, tapi kalau urusan jual beli, selisih seribu rupiah saja, langsung cancut pilih yang lebih murah. Begitulah! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun