Mohon tunggu...
Azizah Herawati
Azizah Herawati Mohon Tunggu... Penulis - Penyuluh

Pembelajar yang 'sok tangguh'

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Corona, Antara Ikhtiar dan Tawakal

17 Maret 2020   15:31 Diperbarui: 17 Maret 2020   15:39 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai umat beragama, kepercayaan pada ketentuan Allah adalah sebuah keniscayaan. Kepercayaan harus dibarengi dengan ikhtiar, yaitu sebuah usaha untuk menggapai sebuah tujuan, baik yang bersifat fisik seperti harta, jabatan, kendaraan dan lain sebagainya maupun nonfisik seperti kebahagiaan, ketenangan, kedamaian dan lain-lain. 

Manusia hanya bisa berusaha disertai tawakal, kepasrahan melalui doa, selepasnya Allah-lah yang menentukan. Dalam menghadapi bencana, manusia tidak boleh pasrah saja tanpa berusaha menghindarinya. Ada perkataan bijak "Doa tanpa usaha itu bohong, usaha tanpa doa itu sombong".

Demikian halnya dalam menghadapi virus corona. Jika melihat gejala dan dampak dari virus yang bisa sampai mematikan, tentu sebagai manusia layak untuk takut. Namun ketakutan itu hendaknya tidak menimbulkan kepanikan yang berlebihan hingga mengabaikan ketentuan Allah sebagai Penguasa alam dan Pencipta. 

Sebaliknya jangan pula menganggap remeh keberadaan virus tersebut, sehingga mengabaikan perintah dan tidak melakukan upaya antisipatif untuk mencegahnya dengan dalih semua sudah diatur oleh Allah. Kalau taqdirnya terjangkit dan meninggal, ya meninggal. Tapi kalau belum taqdirnya, ya masih hidup.

Doa dan usaha ibarat dua sisi mata uang. Keduanya penting dan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Begitu pula ikhtiar dan tawakal. Bahkan saat memulai berikhtiarpun harus dibarengi dengan tawakal. 

Tawakal sejak awal "Bismillahi tawakaltu 'alallah, laa haula wa laa quwwata illa billahil 'aliyyil 'adhim" (Dengan menyebut nama Allah aku memasrahkan diri kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung). 

Otomatis dalam proses perjalanan berikhtiar, kepasrahan kepada Allah tidak bisa dilepaskan sampai pada akhirnya Allah-lah yang menentukan hasilnya. Tentu hasil yang dipilihkan Allah adalah yang terbaik di mata Allah. Bukankan orang sakit dan berobatpun ada dua kemungkinan dari hasil ikhtiarnya?

Mari belajar mengambil hikmah dari adanya pandemik ini. Sebagai hamba Allah sekaligus bagian dari bangsa Indonesia yang sedang diuji, tentu lebih bijak dan menenangkan apabila kita tetap waspada, namun jangan panik dan terus berdoa untuk keselamatan bangsa ini. 

Menghormati kebijakan pemerintah dan lembaga keagamaan seperti Majlis Ulama Indonesia maupun Organisasi Kemasyarakatan seperti Nahdlatul Ulama Dan Muhammadiyah dengan mentaati ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan merupakan salah satu solusi dalam mencegah tersebarnya virus ini. 

Semoga cara pandang dan sikap berikut ini bisa dijadikan referensi dalam mensikapi apa yang dikatakan oleh Pemerintah sebagai bencana non alam ini segera berlalu.

Sadari bahwa apapun yang menimpa manusia adalah atas izin Allah SWT, Tuhan Penguasa alam seisinya. [QS At Taghabun (64) : 11]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun