Mohon tunggu...
Azizah Fitriyani
Azizah Fitriyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lakukan yang terbaik, hanya untuk dan karena Allah semata.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Unsur Intrinsik dalam Naskah Drama Perempuan dan Ilusinya Karya Adhyra Pratama

19 Desember 2022   12:26 Diperbarui: 19 Desember 2022   13:04 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Unsur instrinsik dalam naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama yang akan dibahas pada pembahasan ini meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dialog, dan gaya bahasa yang terdapat pada naskah "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama.

a.Tema

Di dalam naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama, pengarang menyuguhkan drama tragedi satu babak yang mengisahkan tentang Aini (35 tahun) seorang wanita yang 'terlalu' tegar. Ditinggal mati suaminya ketika usia pernikahan baru berusia seminggu, kemudian bersumpah didepan makam suaminya tak akan pernah mencari pengganti. Sudah sepuluh tahun berjalan, sedang Aini harus hidup sendiri, benar-benar sendiri. Aini begitu memimpikan seorang anak, seorang anak lelaki yang tambun tubuhnya, tembem pipinya, besar dan tinggi. Impian itulah yang menyeretnya masuk kedalam ilusi yang diciptakannya sendiri. Setidaknya, rindunya akan hadirnya keluarga yang sempat diimpikan, dapat dirasakannya sendiri. Aini, menjadi perempuan yang hidup bersama ilusinya.

b.Tokoh dan penokohan

Di dalam naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama yang menjadi tokoh sentral berjumlah tiga orang, yaitu Aini, Anak Khayalan, dan Bayangan Antagonis. Dalam penokohan terdapat tiga jenis penokohan, yaitu tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis. Tokoh protagonis yaitu karakter utama dalam sebuah cerita. Tokoh antagonis adalah karakter yang melawan atau menentang tujuan utama dari karakter utama atau protagonis. Tokoh tritagonis adalah tokoh penengah dalam cerita baik untuk tokoh protagonis maupun tokoh antagonis.

Dalam naskah "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama tokoh protagonisnya adalah Aini, hal ini dibuktikan bahwa tokoh Muncul pertama kali dalam naskah drama tersebut. Berikut bukti kutipannya:

Aini (A): Darimana saja, nak! Ibu tidak bisa makan kalau kau belum datang!

Dari kutipan diatas, bisa dibuktikan bahwa Aini merupakan tokoh protagonis dengan alasan Aini muncul pertama kali dalam naskah drama tersebut. Aini muncul juga berdialog pertama kali dari pada pemeran yang lainnya.

Dalam naskah "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama tokoh antagonis adalah Bayangan Antagonis (BA), hal ini dibuktikan bahwa tokoh tersebut menentang tokoh utama dalam naskah drama tersebut. Berikut bukti kutipannya:

A: Kau buta! Lihat, aku berdua dengan anakku!

BA: (meledak tawanya, bahkan terus tertawa hingga keluar air matanya) kau yang buta! Ini foto kau sendirian! Sendirian! Lihat baik-baik!

Dari dialog diatas, bisa dibuktikan bahwa Bayangan antagonis (BA) merupakan tokoh antagonis dengan alasan dari namanya saja sudah terpampang jelas bahwa dia adalah tokoh penentang dalam naskah drama tersebut. Selain itu, dialog tersebut juga membuktikan bahwa tokoh Bayangan Antagonis menentang apa yang dikatakan oleh tokoh utama.

A: (terjerit tertahan, namun kembali diam ketika merasakan BA akan kembali datang) Kenapa kau datang lagi, saat aku sedang merasakan saat terindah dalam hidupku! Music sudah perlahan menjadi iringan perkusi cepat dan distorsi. Seperti yang dibayangkan A, BA kembali berkunjung.

BA: Sudah-sudah! Sudah selesai romantis-romantisnya! Kau kira sedang berada dalam kisah teenlit di novel-novel, begitu! (kembali tertawa)

Pada kutipan kedua juga membuktikan bahwa tokoh Bayangan Antagonis merupakan tokoh antagonis dengan alasan bahwa dia adalah tokoh penentang dalam naskah drama tersebut. Selain itu, dialog tersebut juga membuktikan bahwa tokoh Bayangan Antagonis menentang apa yang dikatakan oleh tokoh utama.

Dalam naskah "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama tokoh tritagonis adalah Anak Khayalan (AK), hal ini dibuktikan bahwa tokoh tersebut adalah tokoh penengah antara tokoh utama dan tokoh antagonis dalam naskah drama tersebut. Berikut bukti kutipannya:

BA: hahaha (tertawa dan kembali hilang)

A: Aku mohon dengan sangat kepadamu (setengah menjerit kearah hilangnya BA) jangan kembali lagi disini, aku begitu bahagia bila kau tidak ada sini!

AK: (Sudah berdiri sejak lama, AK masuk tanpa disadari A yang masih berbicara pada dinding) dia datang lagi bu!

A: (kaget) nak, kau sudah disini.

 AK: dia datang lagi bu?

Dari dialog diatas, bisa dibuktikan bahwa Anak Khayalan (AK) merupakan tokoh tritagonis dengan alasan dia adalah tokoh penengah antara Aini sebagai tokoh utama dan Bayangan Antagonis sebagai tokoh antagonis dalam naskah drama tersebut.

c.Alur

Alur yang diguanakan dalam naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama adalah alur maju. Menurut Boulton(dalam Jayanti et al., 2021: 95) alur maju (progresive plot), "yaitu jalinan peristiwa dalam suatu karya sastra yang berurutan dan berkesinambungan secara kronologis dari tahap awal sampai tahap akhir cerita (melalui tahap-tahap pemaparan atau perkenalan, penggawatan atau perumitan, klimaks atau puncak, peleraian, dan kemudian penyelsaian)." Tahapan alur dalam drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama terdiri dari: eksposisi, komplikasi, klimaks, dan resolusi. Berikut benjabaran tahapan alur yang membentuk naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama.

1)Eksposisi

Eksposisi adalah tahapn awal dalam sebuah naskah drama dengan tujuan untuk pengenalan informasi. Pada tahap ini, mulai diperkenalkannya latar belakang cerita, waktu, tempat, tokoh dan situasi yang akan mengantar pada suatu permasalahan yang akan terjadi dalam drama tersebut.

 Dalam naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama pengarang mengawali dengan tokoh Aini yang sedang duduk menunggu kepulangan anaknya kemudian anak khayalan datang ke ruangan menghampiri Aini dan duduk di sebelahnya.

2)Komplikasi

Tahap ini adalah tahap ketika para tokoh mengalami peristiwa yang menyebabkan adanya konflik bermunculan. Pada naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama konflik muncul ketika Bayangan Antagonis muncul dan berselisih dengan tokoh proyagonis yaitu Aini. Permasalahan yang terjadi adalah Bayangan Antagonis yang mengejek Aini mengenai ilusi dia tentang Anak Khayalan.

3)Klimaks

Klimaks adalah titik puncak dari segala konflik yang terjadi dalam suatu peristiwa. Pada naskah drama drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama titik puncak permasalahannya adalah ketika Aini berselisih dengan Anak Khayalan tentang penyakit yang diderita oleh Aini.

       4) Resolusi

Resolusi adalah bagian yang menjelaskan mengenai penyelesaian masalah atau menemukan jalan keluar dari permasalahan yang terjadi. Bagian resolusi pada paskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama adalah ketika Aini meinggal akibat penyakit yang ia derita yaitu kanker otak dan ditutup dengan Anak Khayalan dan Bayangan antagonis yang menghilang.

D. Latar

Latar adalah keterangan tempat, waktu, dan suasana yang ada dalam sebuah karya sastra seperti yang diungkapkan oleh Semi(dalam Jayanti et al., 2021: 96) , "latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi, termasuk tempat atau ruang yang diamati". Dalam naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama ditemukan latar tempat, waktu, dan suasana.

1) Latar tempat

Latar tempat adalah tempat terjadinya suatu peristiwa. Latar tempat pada naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama adalah sebuah ruang makan.

Berikut ini adalah bukti kutipan yang terdapat dalam naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama:

"panggung menggambarkan sebuah ruang makan. Meja kayu berada di sebelah kanan panggung, kemudian dua buah kursi. Mangkuk besar tempat nasi, serta beberapa mangkuk kecil untuk sayur-mayur berada diatas meja."

Dari kutipan tersebut membuktikan bahwa latar tempat terjadinya drama tersebut adalah di ruang makan.

2) Latar waktu

Latar waktu adalah waktu terjadinya suatu peristiwa. Latar waktu pada naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama adalah siang hari.

Berikut ini adalah bukti kutipan yang terdapat dalam naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama:

"Siang hari, panggung menggambarkan sebuah ruang makan. Meja kayu berada di sebelah kanan panggung, kemudian dua buah kursi."

Dari kutipan tersebut membuktikan bahwa latar waktu terjadinya drama tersebut adalah di siang hari.

3) Latar suasana

Latar suasana adalah suasana yang terjadi pada suatu peristiwa. Latar suasana pada naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama adalah gelisah, tegang, sedih.

Berikut ini adalah bukti kutipan yang menunjukan suasana gelisahan, tegang, haru dalam drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama:

a.Gelisah

Aini semakin terlihat gelisah, pandangannya terus beralih dari jam dinding, berdiri kearah jendela dan menatap keluar sesaat, kembali ke tempat duduk, menatap nasi dan sayur.

Dari kutipan tersebut membuktikan bahwa suasana yang terjadi pada drama tersebut adalah suasana gelisah. Yang mana pada saat tersebut Aini sedang menunggu anaknya dengan gelisah.

b.Tegang

AK: (Tersenyum, perlahan mendekat ke ibunya dan menggenggam tangannya. Mulutnya ingin

terbuka seperti ada yang ingin diungkapkannya, namun bayangan hitam kembali datang dan AK

kembali menghilang)

A: (terjerit tertahan, namun kembali diam ketika merasakan BA akan kembali datang) Kenapa

kau datang lagi, saat aku sedang merasakan saat terindah dalam hidupku!

Music sudah perlahan menjadi iringan perkusi cepat dan distorsi. Seperti yang dibayangkan A,

BA kembali berkunjung.

Dari kutipan tersebut membuktikan bahwa suasana yang terjadi pada drama tersebut adalah suasana tegang. Dibuktikan dengan musik yang semakin cepat menandakan bahwa keadaan menengang.

c.Sedih

AK: (tanpa suara duduk dimeja makan)

A: Kenapa kau tampak murung, anakku?

AK: Benarkah, aku akan menghilang, Bu?

A: Kenapa kau berkata begitu?

Dari kutipan tersebut membuktikan bahwa suasana yang terjadi pada drama tersebut adalah suasana sedih. Hal itu ditandai dengan Anak Khayalan (AK) yang sedih karena akan menghilang.

E. Dialog

Dalam sebuah drama dialog merupakan unsur terpenting dikarenakan tanpa sebuah dialog penonton drama akan sulit untuk memahami jalan cerita sebuah drama. Dengan adanya dialog maka akan mempermudah penonton dalam memahami unsur-unsur pembentuk drama.

Melalui uraian sebelumnya tentang tema, tokoh, alur, latar dapat dinyatakan bahwa dialog dalam naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama merupakan dialog komunikatif karena dalam naskah drama ini mengungkapkan tema, tokoh dan alur dengan jelas. Dalam naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama menggunakan dialog-dialog yang sangat menggambarkan percakapan setiap karakter dengan sangat apik.

F. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah bentuk bahasa untuk mengungkapkan suatu bahasa dengan indah agar tampak semakin hidup. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama dapat ditemukan beberapa penggunaan gaya bahasa yaitu gaya bahasa sindiran.

Berikut ini adalah bukti kutipan yang menunjukan adanya majas atau gaya bahasa sindiran dalam naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama:

Kutipan I

A: Kau buta! Lihat, aku berdua dengan anakku!

BA: (meledak tawanya, bahkan terus tertawa hingga keluar air matanya) kau yang buta! Ini foto kau sendirian! Sendirian! Lihat baik-baik!

Kutipan II

A: Kenapa kau begitu menjijikkan!

BA: Waw! Bukannya aku juga lahir dari imajinasimu! Kenapa hanya sigendut itu saja yang kau angkat menjadi anakmu! (mencibir)

Kutipan III

BA: Ada panas, ada dingin, ada yin ada yang, ada dosa ada pahala, kenapa kau hanya mau yang baik saja! Tanpa menerima yang buruk!

A: Aku tak mau! BA: Hidup itu selalu dua warna, perempuan bodoh! A: (Berkacak pinggang) jadi kau mau jadi anakku toh

Kutipan IV

A: Kenapa kau berkata begitu?

AK: Si setan itu tadi malam mendatangiku, memberikan ini (memberikan secarik kertas)

Dari keempat kutipan diatas, bisa terlihat jelas bahwa dalam naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama menggunakan gaya bahasa atau majas sindiran hal itu bisa terlihat dari dialog antar tokoh yang saling menyindir satu sama lainnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang Unsur Intrinsik Naskah Drama Perempuan dan Ilusinya Karya Adhyra Pratama bisa disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1.Unsur Intrinsik

a.Tema naskah drama Perempuan dan Ilusinya Karya Adhyra Pratama adalah tentang seorang perempuan yang berhalusinasi bahwa dirinya memiliki seorang anak.

b.Tokoh yang ada pada naskah drama Perempuan dan Ilusinya Karya Adhyra Pratama adalah Aini sebagai tokojh Protagonis, Bayangan Antagonis sebagai Antagonis, dan Anak Khayalan sebagai tokoh tritagonis.

c.Alur yang ada pada naskah drama Perempuan dan Ilusinya Karya Adhyra Pratama adalah alur maju yang terdiri dari: eksposisi, konflik, klimaks, dan penyelesaian atau yang bisa disebut dengan resolusi.

d.Latar yang ada pada naskah drama Perempuan dan Ilusinya Karya Adhyra Pratama yaitu latar tempat, waktu, dan juga latar suasana. Latar tempat yang ada pada naskah drama Perempuan dan Ilusinya Karya Adhyra Pratama yaitu di ruang makan, unutk latar waktu yaitu di siang hari, dan latar suasana pada naskah drama Perempuan dan Ilusinya Karya Adhyra Pratama yaitu gelisah, tegang, dan sedih.

e.Dialog pada naskah Perempuan dan Ilusinya karya Adhyra Pratama adalah dialog komunikatif karena dalam naskah drama ini mengungkapkan tema, tokoh dan alur dengan jelas. Jadi para penonton akan jelas memamahi tiap unsur-unsur yang ada pada naskah drama in, baik itu dari tema, latar, alur, tokoh, dan gaya bahasa yang digunakan dalam naskah drama Perempuan dan Ilusinya karya Adhyra Pratama.

2.Gaya bahasa yang ada pada naskah drama "Perempuan dan Ilusinya" karya Adhyra Pratama ditemukan majas atau gaya bahasa yang digunakan, yaitu gaya bahasa sindiran. Gaya bahasa sindirian ditemukan di konflik dan klimaks dalam naskah drama Perempuan dan Ilusinya karya Adhyra Pratama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun