Mohon tunggu...
Azizah Depfitama Adha
Azizah Depfitama Adha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menanggulangi Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba

9 Desember 2024   13:00 Diperbarui: 9 Desember 2024   13:09 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba merupakan isu kompleks yang mengakar dalam berbagai dimensi persoalan sosial, psikologis, dan struktural masyarakat kontemporer. Fenomena ini tidak dapat dipahami sebagai sekadar perilaku menyimpang individual, melainkan cerminan dari dinamika sosial yang lebih luas, mencakup transformasi nilai, perubahan struktur keluarga, dan tantangan globalisasi yang memberikan tekanan signifikan pada generasi muda.

Perspektif Agama

Dari sudut pandang agama, kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba merupakan perilaku yang bertentangan dengan ajaran spiritual dan moral. Setiap agama mengajarkan:

  1. Pentingnya menjaga kesucian diri dan pikiran. Penyalahgunaan narkoba secara tegas dianggap sebagai tindakan merusak diri sendiri yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Ajaran agama menekankan bahwa tubuh dan jiwa adalah amanah yang harus dijaga dengan baik.
  2. Keluarga memiliki peran sentral dalam membentuk karakter spiritual anak. Pendidikan agama dalam keluarga menjadi benteng pertahanan utama melawan pengaruh negatif lingkungan. Orangtua dituntut untuk menjadi teladan yang menerapkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari

Perspektif agama dan kultural memberikan kerangka moral yang esensial dalam menanggulangi persoalan ini. Setiap agama mengajarkan pentingnya menjaga kesucian diri, menghindari perilaku destruktif, dan membangun karakter positif. Pancasila sebagai filosofi bangsa menegaskan pentingnya pembinaan manusia seutuhnya, yang tidak sekadar memperhatikan aspek fisik, tetapi juga spiritual dan sosial. Pendekatan kewarganegaraan yang humanis mendorong pemberdayaan remaja melalui pendidikan, pelatihan keterampilan hidup, dan penciptaan ekosistem yang memberi ruang bagi pengembangan potensi positif.

Perspektif Pancasila

Pancasila sebagai filosofi bangsa memberikan kerangka moral dalam mengatasi permasalahan sosial:

  1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengajarkan pentingnya spiritualitas dan moral dalam menghadapi tantangan hidup. Kenakalan remaja dan narkoba merupakan bentuk penyimpangan dari nilai-nilai ketuhanan.
  2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mendorong sikap empati dan pembinaan yang manusiawi terhadap remaja yang bermasalah, bukan sekadar pendekatan hukuman.
  3. Sila Persatuan Indonesia menggarisbawahi pentingnya solidaritas sosial dalam mencegah dan menanggulangi permasalahan generasi muda.

Perspektif Kewarganegaraan

Dari sudut pandang kewarganegaraan, upaya menanggulangi kenakalan remaja dan narkoba meliputi:

  1. Pemberdayaan pendidikan kewarganegaraan yang menanamkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik.
  2. Penguatan peran kelembagaan seperti sekolah, pemerintah daerah, dan organisasi kemasyarakatan dalam program pencegahan.
  3. Pengembangan sistem hukum yang humanis namun tegas dalam menangani kasus penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja.

Peran Keluarga

Keluarga memiliki fungsi strategis dalam:

  1. Memberikan pendidikan moral dan spiritual sejak dini
  2. Menciptakan komunikasi terbuka dan transparan
  3. Memberikan perhatian dan kasih sayang yang konsisten
  4. Mengawasi pergaulan dan aktivitas remaja
  5. Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan positif

Strategi Komprehensif

Upaya menanggulangi kenakalan remaja dan narkoba memerlukan:

  • Pendekatan holistik yang melibatkan keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat
  • Program pencegahan berbasis edukasi
  • Rehabilitasi yang manusiawi
  • Pemberdayaan potensi positif remaja


Dari perspektif psikologis, masa remaja merupakan periode kritis pengembangan identitas dan pencarian jati diri. Ketidakseimbangan emosional, krisis kepercayaan diri, dan kebutuhan akan pengakuan sosial kerap mendorong remaja pada perilaku berisiko. Lingkungan pergaulan yang tidak terkondisikan dengan baik, ditambah dengan akses informasi digital yang massif dan tidak terfilter, semakin memperburuk potensi penyimpangan perilaku. Media sosial dan platform digital telah menciptakan ruang virtual yang kompleks, di mana pengaruh negatif dapat dengan mudah meresap ke dalam psikologi remaja yang masih labil.

Keluarga memiliki peran fundamental dalam mencegah terjadinya kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba. Orangtua tidak lagi sekadar berperan sebagai pengawas, melainkan harus menjadi mentor, pembimbing spiritual, dan sahabat yang memberikan ruang komunikasi terbuka. Pendidikan karakter, penanaman nilai-nilai moral, dan pemberian teladan yang konsisten merupakan strategi pencegahan paling efektif. Sayangnya, disrupsi struktur keluarga modern—dengan meningkatnya keluarga broken home, orangtua tunggal, dan keluarga dengan intensitas interaksi rendah—telah memperlemah fungsi protektif keluarga.

Strategi penanggulangan harus bersifat komprehensif dan multidimensional. Diperlukan kolaborasi sistematis antara pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, dan keluarga. Intervensi tidak cukup sekadar bersifat represif, melainkan harus preventif dan rehabilitatif. Program pencegahan berbasis edukasi, konseling psikologis, pembinaan karakter, dan pemberdayaan ekonomi menjadi kunci utama. Teknologi dan pendekatan modern seperti aplikasi konseling digital, platform edukasi interaktif, dan sistem monitoring berbasis teknologi dapat menjadi instrumen pendukung yang efektif.

Tantangan terbesar adalah mengubah paradigma pendekatan. Remaja yang terlibat kenakalan atau penyalahgunaan narkoba tidak boleh dipandang sebagai "masalah" yang harus dihukum, melainkan sebagai potensi yang membutuhkan pembinaan dan pengembangan. Setiap individu memiliki kapasitas untuk berubah, dan masyarakat bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan positif.

Kesuksesan upaya pencegahan dan penanggulangan sangat tergantung pada komitmen bersama. Hal ini membutuhkan kesadaran kolektif, kepedulian berkelanjutan, dan investasi jangka panjang pada pembangunan karakter generasi muda. Bukan sekadar mengendalikan perilaku, tetapi membangkitkan potensi, inspirasi, dan semangat transformatif yang mampu menghadirkan generasi emas berkualitas.

Kesadaran inilah yang menjadi fondasi utama dalam membangun masa depan bangsa yang bermartabat, di mana setiap remaja memiliki kesempatan untuk tumbuh, berkembang, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Perjalanan menuju pencapaian ini memang tidak mudah, tetapi dengan pendekatan holistik, penuh empati, dan komitmen bersama, kita dapat menciptakan perubahan yang bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun