Mohon tunggu...
Azizah QurotaAyunin
Azizah QurotaAyunin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kimia dan Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Mampukah AI Menggantikan Peran Dokter di Masa Depan?

19 Juni 2024   18:30 Diperbarui: 19 Juni 2024   18:31 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) semakin memainkan peran penting dalam berbagai sektor, termasuk kesehatan. Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) berpotensi mengubah dan mendisrupsi bidang kedokteran secara signifikan. Baru-baru ini AI telah menunjukkan kemajuan luar biasanya pada berbagai tugas seperti diagnostik, analisis data, dan pengobatan akurat, serta sudah diterapkan di berbagai bidang mulai dari triase pasien hingga pendeteksi kanker.

Namun, adanya AI baru baru ini untuk masyarakat umum, termasuk model bahasa seperti ChatGPT, telah meningkatkan kesadaran akan kemampuan potensial AI di bidang kedokteran. AI yang terus berkembang telah menarik perhatian dan perdebatan khalayak umum mengenai penggunaannya yang lebih luas dalam pengobatan pasien.

Di Amerika, Chat GPT berhasil lulus USMLE dan dapat menyelesaikan berkas kasus kedokteran. Hal ini menunjukkan fleksibilitas dan potensi yang dimilikinya untuk aplikasi klinis di masa depan. Tidak hanya itu, Google dan DeepMind telah mengembangkan model bahasa Med-PaLM yang dilatih dengan beberapa dataset tanya jawab medis yang ada. Tujuannya untuk memberikan "jawaban yang aman dan membantu" dari pertanyaan yang diajukan oleh ahli kesehatan dan pasien. 

Model bahasa seperti ChatGPT dan Med-PaLM menghasilkan tanggapan dari bentuk percakapan menjadi pernyataan tertulis, yang disebut sebagai prompt, yang dimasukkan oleh pengguna dalam bagian obrolan. Hal ini dicapai tanpa perlu pemrograman, karena model-model bahasa tersebut menggunakan pelatihan dan data yang mereka dapat untuk menghasilkan tanggapan yang relevan secara kontekstual.

Dalam beberapa tahun kedepan, para dokter mungkin akan memanfaatkan model bahasa AI yang didesain khusus untuk keperluan medis selama konsultasi. Para dokter juga akan menerima pengetahuan yang belum mereka ketahui dan bantuan dalam berbagai aspek pengobatan pasien. Kita bahkan mungkin akan melihat prompt seperti berikut ini menjadi hal umum dalam penanganan kesehatan:

* Berikan anjuran tentang diagnosis dan pengobatan untuk gejala ini

* Buatlah rencana pengobatan yang dipersonalisasi berdasarkan usia dan gaya hidup pasien.

* Analisislah sinar-X ini untuk mendeteksi kelainan.

* Identifikasi faktor risiko dari rekam medis elektronik (EHR) pasien ini.

* Tulis surat yang menjelaskan kebutuhan medis dari pengobatan ini.

   Dengan memanfaatkan alat-alat canggih tadi, dokter dapat meningkatkan kualitas pengobatan sambil menghemat waktu pada tugas-tugas yang dapat diotomatisasi oleh AI. Dengan pengembangan dan penyempurnaan lebih lanjut, teknologi AI dapat memainkan peran penting dalam peningkatan standar pengobatan.

KOLABORASI ANTARA DOKTER DAN MESIN

   Ada spekulasi yang menyatakan bahwa AI nantinya akan menggantikan dokter, terutama di bidang seperti radiologi, patologi, dan dermatologi, di mana kemampuan diagnostik AI dapat sebanding atau bahkan melebihi kemampuan dokter. Namun, penelitian menunjukkan bahwa kolaborasi antara dokter dan mesin akan mengungguli keduanya secara individual. 

   Hal yang tidak mungkin bahwa AI akan sepenuhnya menggantikan dokter dalam waktu dekat. Aspek-aspek manusiawi dalam pengobatan, termasuk empati, kasih sayang, pemikiran kritis, dan pengambilan keputusan yang kompleks, sangat berharga dalam memberikan pengobatan holistik kepada pasien.

   Dokter James dari universitas Harvard sering bertanya kepada peserta dalam kursus transformasi digital, "apakah kalian akan memilih untuk mendapatkan diagnosis medis serius yang disampaikan oleh AI yang dilatih untuk memberikan empati seperti dalam buku teks?". Sebagian besar peserta lebih memilih mendengar diagnosis dari dokter manusia.

   Oleh karena itu, AI bukan sepenuhnya menggantikan dokter, lebih tepatnya, AI kemungkinan besar akan memberdayakan praktik kedokteran, dengan dokter memanfaatkan teknologi AI untuk meningkatkan pengobatan klinis.

   AI juga berpotensi untuk mengatasi kelelahan yang dialami dokter dengan cara mengotomatisasi tugas administratif yang repetitif dan monoton sehingga dokter dapat lebih fokus pada pengobatan pasien. Selain itu, AI juga memainkan peran penting dalam meningkatkan akses terhadap pengobatan kesehatan dan mengatasi kekurangan tenaga klinis.

   Seiring perkembangan AI, dokter mungkin akan lebih diandalkan untuk pengambilan keputusan tingkat tinggi, berinteraksi dengan pasien, dan berkolaborasi lintas disiplin, sambil bekerja berdampingan dengan sistem AI.

Sumber https://postgraduateeducation.hms.harvard.edu/trends-medicine/how-artificial-intelligence-disrupting-medicine-what-means-physicians

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun