KOLABORASI ANTARA DOKTER DAN MESIN
  Ada spekulasi yang menyatakan bahwa AI nantinya akan menggantikan dokter, terutama di bidang seperti radiologi, patologi, dan dermatologi, di mana kemampuan diagnostik AI dapat sebanding atau bahkan melebihi kemampuan dokter. Namun, penelitian menunjukkan bahwa kolaborasi antara dokter dan mesin akan mengungguli keduanya secara individual.Â
  Hal yang tidak mungkin bahwa AI akan sepenuhnya menggantikan dokter dalam waktu dekat. Aspek-aspek manusiawi dalam pengobatan, termasuk empati, kasih sayang, pemikiran kritis, dan pengambilan keputusan yang kompleks, sangat berharga dalam memberikan pengobatan holistik kepada pasien.
  Dokter James dari universitas Harvard sering bertanya kepada peserta dalam kursus transformasi digital, "apakah kalian akan memilih untuk mendapatkan diagnosis medis serius yang disampaikan oleh AI yang dilatih untuk memberikan empati seperti dalam buku teks?". Sebagian besar peserta lebih memilih mendengar diagnosis dari dokter manusia.
  Oleh karena itu, AI bukan sepenuhnya menggantikan dokter, lebih tepatnya, AI kemungkinan besar akan memberdayakan praktik kedokteran, dengan dokter memanfaatkan teknologi AI untuk meningkatkan pengobatan klinis.
  AI juga berpotensi untuk mengatasi kelelahan yang dialami dokter dengan cara mengotomatisasi tugas administratif yang repetitif dan monoton sehingga dokter dapat lebih fokus pada pengobatan pasien. Selain itu, AI juga memainkan peran penting dalam meningkatkan akses terhadap pengobatan kesehatan dan mengatasi kekurangan tenaga klinis.
  Seiring perkembangan AI, dokter mungkin akan lebih diandalkan untuk pengambilan keputusan tingkat tinggi, berinteraksi dengan pasien, dan berkolaborasi lintas disiplin, sambil bekerja berdampingan dengan sistem AI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H