Berbeda dengan Goa Jepang, Goa Belanda di Tahura Djuanda Bandung memiliki ukuran lebih besar. Goa Belanda mengantarkan irigasi Ci Kapundung ke kolam penenang Dago Pakar. Goa Belanda memiliki panjang kurang lebih 144 meter, lebar 1,8 meter horizontal dan tegak lurus.Â
Goa ini diperkirakan dibangun pada tahun 1912 dan beroperasi pada tahun 1923. Pada saat menelusuri Goa Belanda kami masuk ke beberapa lorong yang sangat kecil dan sepertinya itu adalah kamar penghuni di Goa tersebut. Setelah menyelesaikan penelusuran di Goa Belanda, kami melanjutkan perjalanan ke Penangkaran Rusa. Disana kami dapat melihat Rusa secara kangsung dan memberikan makan Rusa-rusa tersebut dengan wortel yang dijual didekat penangkaran rusa.
      Merasa belum puas kami pun memilih untuk terus melanjutkan perjalanan ke Batu Batik dengan sisa tenaga yang kami miliki . Tidak disangka ternyata jalan menuju ke Batu Batik harus melewati tangga yang cukup curam dan tinggi, sehingga jika ingin turun kebawah teman-teman harus tetap berhati-hati.Â
Memang usaha tidak akan mengkhianati hasil, setelah kami turun tangga yang curam tersebut kami dapat melihat Batu Batik yang berada tepat di area pinggir Sungai. Dan yang lebih beruntungnya pada saat kesana air Sungai sedang surut, sehingga kamipun dapat melihat secara langsung Batu Batik yang ada di Tahura Djuanda Bandung. Batu Batik pun menjadi tempat terakhir kami dalam perjalanan kami, setelah menyelesaikan perjalanan ke Batu Batik kami pun memutuskan untuk  kembali ke tempat awal kami datang.
Reporter : Azizah Dwi Putri
Editor : Salsa Solli Nafsika, M.Pd.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H