Ringkasan Adabul alim wal-mutta'alim pada halaman 26-28 dari karangan K. H Hasyim Asy'ari.
Imam Al Syafi'i telah berkata: "Orang yang mencari ilmu tidak akan bisa merasa bahagia, apabila ketika mencari ilmu disertai dengan hati yang luhur dan kehidupan yang serba cukup, akan tetapi orang-orang yang mencari ilmu dengan perasaan hina, rendah hati, kehidupan yang serba sulit dan menjadi pelayan para ulama', dialah orang yang bisa merasakan kebahagiaan."
Kelima, Harus bisa membagi seluruh waktu dan menggunakannya setiap kesempatan dari umurnya, sebab umur yang tersisa itu tidak ada nilainya.
Waktu yang paling ideal dan baik digunakan oleh para pelajar:
Waktu sahur digunakan untuk menghafal, pagi hari untuk membahas pelajaran, ketika siang hari untuk menulis, dan waktu ketika malam hari untuk minjau ulang ( mengulang materi) dan mengingat pelajaran.
Tempat yang paling baik digunakan untuk  menghafalkan:
di dalam kamar dan setiap tempat yang jauh dari perkara yang bisa membuat lupa. Tidak baik menghafalkan pelajaran didepan tumbuh-tumbuhan, tanaman-tanaman yang hijau, di tepi sungai dan ditempat-tempat yang ramai.
Keenam, Harus mempersedikit makan dan minum, karena apabila perut dalam keadaan kenyang dapat menyebabkan menghalangi semangat dalam beribadah dan badan menjadi berat (malas)
Salah satu faedah "mempersedikit makan menyebabkan badan menjadi sehat dan mencegah penyakit tubuh". Karena penyebab hinggapnya penyakit adalah terlalu banyak makan dan  minum, sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah syair:
Sesungguhnya penyakit yang kau saksikan itu kebanyakan Timbul dari makanan dan minuman Sedangkan sehatnya hati itu terhindar dari perbuatan lacur (keji), dan sombong, dan tidak tampak seorangpun dari para kekasih Allah, para pemimpin ummat dan para ulama' yang terpilih yang bersifat atau mempunyai ciri seperti itu; banyak makan dan tidak akan terpuji karena Banyak makan akan menjadinya seperti binatang yang tidak berakal dan dipersiapkan untuk bekerja.
Ketujuh, Harus mengambil tindakan terhadap dirinya sendiri dengan sifat wira'i Yaitu sifat yang menjaga diri dari perbuatan yang bisa merusak harga diri. Seperti: memerhatikan kehalalan makanannya, minuman.
Kedelapan, harus memperhatikan makanan. Seperti makan dengan secukupnya jangan makan terlalu berlebihan maka akan menyebabkan lambatnya otak dalam berfikir maupun nemerima materi yang disampaikan oleh guru. Contohnya memakan ikan dan juga meminum susu terlalu banyak maka di jelaskan di dalam kitab ini dapet menyebabkan lambatnya otak dalam berfikir.
Kesembilan, memperhartikan jam tidur pada seorang pelajar. Karna di dalam kitab ini dikutip "Jam tidur tidak boleh melebihi dari delapan jam dalam sehari semalam." Jika keadaannya memungkinkan untuk beristirahat kurang dari sepertiganya waktu dalam sehari semalam maka ia dipersilahkan untuk melakukannya. Apabila ia merasa lelah pada dirinya, maka tidak ada masalah untuk melakukan istirahat dengan cara mencari tempat hiburan, sekiranya pulih kembali dan tidak menyia-nyiakan waktu.
Kesepuluh, harus pintar-pintar dalam memilih pergaulan karena penting bagi pencari ilmu. Jika pergaulan tersebut membawa keburukan maka meninggalkannya lebih penting bagi pencari ilmu. Jika pergaulan membawa kebaikan seperti mengingatkan kembalinya kepada Allah jika dirimu lupa, maka ia telah menolongmu.
BAB 3 AKHLAQ SEORANG PELAJAR TERHADAP GURUNYA
Pertama, jika memungkinkan seorang murid hendaklah memilih seorang guru yang sesuai dalam bidangnya, yang mempunyai sifat kasih sayang, menjaga etika, dan ia juga seorang bagus dalam metode pengajaran dan pemahannya. Diriwayatkan dari sebagian ulama' salaf: "Ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambil atau belajar agama kalian".
Kedua, bersungguh-sungguh dalam mencari seorang guru, ia termasuk orang yang mempunyai perhatian khusus terhadap ilmu syari'at dan termasuk orang-orang yang dipercaya oleh para guru-guru pada zamanya, sering diskusi dalam perkumpulan diskusinya, bukan termasuk orang-orang yang mengambil ilmu berdasarkan makna yang tersurat dalam sebuah teks dan tidak dikenal guru-guru yang mempunyai tingkat kecerdasan tinggi. Imam kita Al-Syafi'i berkata: "Barang siapa yang mempelajari ilmu fiqh hanya memahami makna--makna yang tersurat saja, maka ia telah menyia-nyiakan beberapa hukum".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H