Mohon tunggu...
Bee Qolbi
Bee Qolbi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Universitas Negeri Malang dan santri PPTQ Nurul Furqon

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mahar Kebohongan

13 Februari 2017   22:02 Diperbarui: 13 Februari 2017   22:08 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Apa … Kamu mau saya bayar dengan mahar?” Rara tertegun. Dia menunduk, bagaimana mungkin ini terjadi? Dirinya dipinang? Seriuskah perkataan gurunya? “Saya serius, Ra. Tapi, saya tidak minta jawabannya sekarang.” Rara tersenyum lagi, tapi kali ini matanya berkaca-kaca. “Bapak bisa mendapatkan jawabannya ketika saya sudah sampai di Jakarta.” sejenak kemudian, Rara diam. “Bagaimana kalau saya tidak kembali dalam waktu dekat?”

“Saya akan tunggu Kamu.” ujar Pak Ryan sambil menatap lekat mata hitam Rara. Peringatan bahwa pesawat akan berangkat sudah terdengar di sudut ruangan. Setelah mengulur senyum, Rara mencium tangan gurunya.

Berat melepasmu, Ra. Andai aku bisa ikut dan andai aku bisa meminang Kamu di depan ayahmu. Tapi, aku akan menunggu Kamu kembali. Aku janji

7 tahun kemudian…

Ayah saya meninggal seminggu setelah kedatangan saya waktu itu. Butuh cukup banyak waktu bagi saya untuk menata kembali hidup saya. Ibu, ayah, nenek, kakek, dan adik saya sudah tidak ada lagi di dunia ini. Saat Anda membaca surat ini, pasti Anda sudah memegang buku profil Anda. Seperti yang Anda inginkan, saya menyelesaikannya meskipun harus tertunda lama. Novel yang saya kirimkan kepada Anda, itu adalah hadiah saya untuk Bapak. Sebagai ungkapan terima kasih saya karena Bapak telah memberi saya kekuatan untuk bertahan. Pada awalnya, saya ingin mati, tapi, saya ingat bahwa saya masih memiliki Bapak. Saya ingat bahwa di kota lain, ada seseorang yang menanti kehadiran saya. Maaf telah menggantungkan kepastian saya. Saya bersedia mengambil mahar yang Bapak tawarkan waktu itu.

Dari yang mencintaimu sejak dulu

Raden Ayu Syahra

Lelaki itu melepas kacamatanya dan memandang dua buku yang baru saja dikirim oleh tukang pos. pikirannya kacau seketika. Seorang anak kecil berusia dua tahun sedang asyik memainkan mobil-mobilan yang baru saja dibelikan ayahnya.

Rara, apa kabarmu? Gadis yang aku nanti tujuh tahun lamanya.

***

Hari itu hari libur panjang akhir tahun. Rara pergi ke Malang untuk berlibur sekaligus menanyakan kabar desa dan cintanya. Bagaiamana kalau semuanya sudah berubah? Bagaimana kalau di sana aku tak menemukan apa yang aku cari?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun