Telah lama kutinggalkan goresan luka dihatimu..
Seperti masih membara
Ranum seperti kuncup mawar merekah merah
....
Tidak pernah aku sesali...
Tentang sebuah pertemuan yang mungkin terlambat..
Saat kereta waktu berlahan meninggalkan stasiun itu..
Saat engkau coba melambaikan harap...
...
Aku masih menguntit sejumput lukamu...
Pernah kudengar engkau telah bahagia
Bersama sang fajar yang menyambut pagi...
Mengajakmu menari ditepi telaga yang pernah aku tunjukan...
...
Tapi...
Fajar juga yang telah membawamu pada terik
Yang membakar kembali luka yang kutorehkan
Lalu engkau coba bangkit...
Terbangun dari rasa sakit...
...
Aku masih menguntitmu...
Diantara celah cahaya rembulan yang mulai tersenyum malu....
Aku masih menguntitmu...
Yang masih termangu ditepian telaga yang pernah kujanjikan....
..
Kupu-kupu....
Terbanglah kemana engkau mau....
...
Medan, 4-4-12
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H