KOMPASIANA? sharing, connecting. itulah "kata sandi" kompasiana kini. sebuah tagline untuk menghilangkan kesan angker kompasiana lama yang berjudul "journalist blog network" yang sangat terkesan ekslusif. walau sebenarnya "orang luar" juga diperkenankan masuk kompasiana namun dalam label bernama "public". kini wajah angker dan kaku kompasiana dulu telah berubah, walau sebanarnya -katanya- menurut sumber-sumber senior di kompasiana yang sudah lama berkecimpung, kompasiana lama lebih liberal dan terbuka dalam diskusi. hingga walaupun komen-komennya cukup keras dan kasar tapi tidak masukdalam kategori OOT yang "offside".
kompasiana lama dan kompasiana baru sangat jauh berbeda. jika dulu terdapat peng-khusus-an kepada orang-orang tertentu, kini sudah tidak lagi, admin kompasiana lebih egaliter terhadap semua penulis walaupun, tetap ada peng-kolom-an "tamu" dan "jurnalis". tapi kini kompasiana justru serasa lebih "sosialis" dimana yang dapat berpartisipasi terbatas pada "kompasianer" itu sendiri, berbeda dengan kompasiana lama yang memperkenankan "orang luar" untuk ikut komentar. untuk lebih detail sejarah kompasiana saya memang tidak terlalu memahami, karena termasuk orang baru dan bergabung pasca oktober 2009. artinya walau saya kenal sekilas kompasiana versi lama namun saya bukanlah orang yang berpartisipasi secara langsung.
saya justru adalah mantan mamber "koki" koki ini bukanlah koki tukang masak, tapi "kolom kita" sebagai bagian dari kompas.com, atau member/bloggernya lebih sering disebut kokiers. perkenalan saya dengan koki memang sangat lama dan jauh dari kata produktif. saat saya SMA secara tidak sengaja waktu masih ramai-ramainya zaman Frindster, saya diperkenalkan oleh seorang teman dengan "koki" akibat "curhatan" saya tentang sepinya pengunjung dalam blog Friendster. dari situlah saya mencari ajang menulis yang cukup mupuni. singkat cerita saya berkenalan dengan koki yang saat itu masih menjadi bagian dari kompas.com dan diasuh oleh mba Z (setidaknya begitu sang moderator disapa).
sayangnya hubungan saya dengan koki tidak berlangsung lama, "tembok" ujian nasional datang menyapa, membuat saya harus mengurang kebiasaan "buruk" saya begadang di warnet saat pulang sekolah. maklum lagi harga warnet saat itu masih cukup menguras isi kantong celana SMA apalagi anak kost. koki memang punya citarasa berbeda, setidaknya untuk saya yang saat itu masih SMA. koki yang saya kenal sekilas hanya sekitar lebih satu bulan (sebelum terpotong UAN) saya anggap terlalu tinggi. dalam pandangan saya koki pada masa itu lebih soal ajang "temu kangen" orang indonesia di luar negeri. jadi memang banyak cerita seputar itu, mungkin itu terkesan sangat subjektif karena saya hanya berkenalan sebentar.
pasca kelulusan SMA dan pindah kejogja, kota yang lebih bersahabat dengan internet. saya kembali teringat dengan KOKI. dan mulai mencari, sayangnya usaha saya gagal dan pencarian itu membuat saya terkejut. ada dua hal pertama, saya lupa "nicname" saya untuk koki sehingga saya benar-benar kehilangan jejak masa SMA walau singkat dan yang kedua hilangnya KOKI dari Kompas.com saat itu. kalau tidak salah sekitar tahun 2008an agak lupa bulannya. saat itulah wajah kompasiana lama saya kenal, dan berfikir positif bahwa KOKI berubah nama. namun ternyata saya salah, karena Kompasiana bukanlah KOKI keduanya memang memiliki kelami sama sebagai blog keroyokan, tapo ternyata Kompasiana bukanlah KOKI, sempat awal-awal ikut komentar di Kompasiana (lama) namun banyaknya pembicaraan politik membuat saya terasa tidak betah saat itu.
ketertarikan saya dalam menulis bergerak kearah blog pribadi, dan mulai bermain dengan blogspot dan wordpress. sedikit demi sedikit saya memang mulai nyaman dengan blog pribadi, artinya kebebasan berekspresi baik dalam tampilan dan menulis tanpa moderator (admin). tapi perlahan dalam tempo yang cepat saya mulai bosan dengan blog pribadi, rasanya terlalu sepi dan berdiri sendiri, ditambah bagitu banyaknya komen yang sekedar minta tuker link atau "nice post". tidak jauh beda denga di kompasiana baru yang hobi "spam". kerinduan akan blog keroyokan mulai muncul kembali (saya manusia tidak konsisten), saat itulah saya berkenalan dengan beberpa blog sastra keroyokan seperti Kemudian.com dan situseni.com yang jauh dari berita politik (sesuatu hal yang cukup saya hindari).
hem... mungkin ada yang bertanya kenapa saya tidak kembali "nangkring" di KOKI, alasannya cukup sederhana, walaupun saya rindu mba Z, tapi seperti diawal KOKI terlalu tinggi buat anak SMA (saat itu) dan kemudian jadi Mahasiswa pun saya masih berat. lama berkutat dengan blog sastra keroyokan akhirnya secara tidak sengaja karena penasaran denga Kompasiana yang menyingkirkan KOKI akhirnya saya mendaftar per januari 2010. diawal kompasiana juga tidak terlalu akrab, hingga sedikit-sedikit akbiat gaya komen OOT yang dikeritik tajam, namun justru dari OOT iniah jadi terasa bersahabat. memang komen yang mengarah pada diskusi seperti kompasiana lama sudah mulai pudar, tapi bagia sebagian yang menginginkan keakraban, hal yang seperti ini justru menjadi barokah tersendiri.
kembai ke KOKI
rasa penasran saya belum hilang bagaimana sejarah terlemparnya KOKI dari kompas.com dan kemudian berdiri sendiri, hingga di awal 2010 saya mendengar bahwa KOKI justru bergandengan dengan Detik.com sebuah portal berita yang cukup bernama. sedikit demi sedikit pencerahan itu mulai muncul, dan sedikit mengerti bahwa ternyata KOKI bukanlah "milik" kompas.com secara utuh. penelusuran saya akhirnya tidak sia-sia, pasca lahirnya Kompasiana yang saat itu masih "Journalist Blog Network" Terus entah bagaimana, saya dengar KOKI diminta dilebur ke dalam Kompasiana.Ternyata banyak Kokiers yang menolak. Kalau nggak salah, waktu itu format KOMPASIANA masih kaku, KOKI dianggap oleh Kokiers jauh lebih fleksibel. Belum ada segmentasi artikel seperti sekarang. Pun artikel yang masuk tetap harus lewat moderasi dari KOMPAS. Aturan main harus mengikuti aturan Kompasiana. Penolakan ini cukup keras, bahkan moderator KOKI sendiri menolak peleburan ini.Puncaknya,Zeverina undur diri dari kompas.com.KOKI menghilang dari kompas.comBahkan arsip lamanya pun tidak saya temukan.Saya hanya sedikit mengikuti huru hara antara KOKI vs kompas.com.Namun tak lama berselang, saya menemukan rumah baru KOKI, pertama di blogspot, yang dikatakan sebagai tempat penampungan sementara, kemudian yang lebih permanen di http://koki-kolomkita.com. Kelihatannya, beberapa Kokiers yang setia bersama-sama membangun rumah itu dan memuat kembali arsip-arsip lama KOKI.At the end, KOMPAS akhirnya sukses membesarkan Kompasiana.(luvjoy:jan 2010).
sedih dan kecewa dengan keputusan manajemen kompas.com, dalam memutuskan secara tiba tiba nasib KOKI komuniti, meskipun telah menawarkan untuk bergabung dengan kompasiana, walaupun kokiers sadar bahwa itu adalah hak prerogratif kompas, namun kekecewaan itu tetap ada, alasan yang cukup mendasar adalah Kompasiana (lama) sangat berbeda dengan KOKI, walaupun dalam perjalanan selanjutnya Kompasiana (baru) secara mendasar tidak jauh beda dengan KOKI saat itu. seandainya format kompasiana yang ditawarkan saat itu sama dengan kompasiana saat ini tentu kokier tidak terlalu banyak yang menolak, karena saat itu kokiers mearasa "penikmat musik dangdut dipaksa harus menikmati musik klasik".
seperti sudah ditulis seblumnya, "konflik" ini memaksa Zevarina mundur dari kompas, dan dengan gagah mengasuh KOKI bersama para kokiers yang setia jatuh bangun bersama, mungkin atas alasan ini pulalah ikatan kokiers terasa sangat kuat, walaun hanya sesaat saya berhubungan. disinilah letak perbedaan mendasar, dengan kompasiana yang sangat "gemuk". "gemuk" ini bisa disitilahkan keberhasilan menejemn kompas.com mengelola Kompasiana. dan dilain fihak idealisme Zef dan para kokiers bersama KOKInya adalah sisi lain yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
membicarakan KOKI tidak bisa dilepaskan dari Zef, KOKI memang bukan Zef, seperti Demokrat bukan SBY, tapi seperti sebuh sejarah, Zef adalah pejauang yang rela keluar dari Kompas.com atas nama idealisme dan mencurahkan semua energinya dengan KOKI sebagai "yang terbuang". setelah "terlunta-lunta" dengan domain sama KOKI akhirnya dipinang Detik.com dan pelan-pelan melakukan migrasi. namun zef tetap sederhana dalam katanya, seperti dalam postingan terakhir dia yang saya baca januari 2010,
Pasti ada harapan dan pertanyaan dari Zev dan KoKiers dengan perubahan ini, misalnya apakah pageview KoKi akan meningkat, dan dibaca lebih banyak orang? Apakah KoKi akan jauh lebih berkembang dibandingkan sebelumnya? Kalau Z sih hanya bisa menjawah, "Entahlah..", he he. Bukan pesimis ya, tetapi setelah Zev jatuh bangun mengelola KoKi selama 4 tahun ini, yaa Zev belajar untuk tidak terlalu berlebihan menyikap sesuatu, belajar tidak terlalu gembira ketika mendapat anugerah, tidak terlalu sedih ketika mendapat cobaan. Yang penting Z sudah berusaha sebaik-baiknya memenuhi janji kepada KoKiers, janji untuk memiliki rumah sendiri setelah diberangus, syukurlah bisa terwujud, janji untuk bekerjasama dengan website terbesar tanah air, eh meski prosesnya cukup lama, terwujud juga. Soal apa yang akan terjadi kemudian, baik dan buruknya, ya kita pikirkan lagi nanti yaaa ...Wokeh KoKiers, sudah dulu yaa, daripada malah jadi ajang curhat, ha ha, Zev mengucapkan terimakasih kepada KoKiers di seluruh dunia yang tetap bersabar dan bertahan bersama KoKi, semoga TUHAN memberkati kita semua. Maafkan juga jika akhir-akhir ini Zev jarang menyapa KoKiers sebab berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ini cobaanku sendiri tidaklah ringan, jadi konsentrasi terbelah kesana kemari, hehe.
sayangnya zef tidak terlalu lama merasakan hasil kerja kerasnya selama 4 tahun ini, karena beberapa waktu lalu zef telah berpulang dalam damai, bahwa kisah yang selama ini beredar ada benarnya juga bahwa Zef berjuang dalam sakitnya untuk tetap mengasuh KOKI, kabar itu saya dapat dari surek yang bersumber dari "surat dari buncit" (tegus budi santoso)
Zeverina mangkat kemarin malam, Selasa, 7 Juli 2010 sekitar pukul 17.15 WIB di rumahnya, pada usia 46 tahun. Sebelumnya, ia sempat 'mondok' lebih dari satu bulan di RS Pondok Indah, Jakarta, untuk menjalani perawatan penyakit kanker yang telah menggerogoti tubuhnya dalam beberapa tahun terakhir.Bagi anggota KoKi, mbak Z, demikian Zeverina kerap disapa anggota KoKi, tentu tak terlupakan. Bagaimana tidak, namanya selalu disapa hangat sebagai pembuka setiap posting anggota KoKi. "Dear Z..., Halo Z..., Z yang baik..., Apakabar Z,." Begitu khasnya pembuka KoKi.
Z tak kenal lelah membangun KoKi. Ia termasuk orang media yang paham pertama kali akan tumbuhnya citizen journalism. Z setia menerima email-email cerita para kokiers, "menjahitnya" dengan foto, ilustrasi atau editing sehingga tulisan-tulisan
para KoKiers bisa enak dinikmati.Perhatian Z terhadap KoKi luar biasa, melebihi perhatian atas penyakit yang tengah menerpanya. "Suatu kali, sembari mengetik untuk KoKi, dia meminta saya untuk istirahat di dekatnya. Nanti kalau ada apa-apa (saat mengetik), aku tinggal mbangunin kamu," kata Dadi R Sumaatmaja, suami Z.
Buah kerja keras Z tak bisa dipandang sepele. Ada sekitar 6.000-an orang yang tergabung dalam KoKiers. Mereka datang dari lintas benua. Berkumpul bersama berbagi ceria, duka, dan kisah-kisah menarik di Kolom Kita. KoKi sejak setahun terakhir menjadi partner grup komunitas dari detikcom.
kini Zef bisa tenang, karena KOKI yang selama ini diasuhnya, sudah punya partner yang mengayomi, sangat disayangkan zef, tidak terlalu lama merasakan persahabatan ini. KOKI maupun Kompasiana, sama-sama lahir dari Kompas.com walaupun berbeda jalan, tapi yang pasti dua blog tersebut berperan besar kepada saya, KOKI mengenalkan saya dengan dunia blog dan menulis, dan kompasiana membuat saya istiqomah dalam menulis. semoga keduanya dapat beriringan walau bernung di dua rumah yang berbeda, mau tidak mau kompasian dan KOKI adalah sodara yang lahir dari rahim dan masih satu darah.
terimakasih KOKI terimakasih Kompasiana, dan selamat jalan Zef....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI