Mohon tunggu...
Aziz Abdul Ngashim
Aziz Abdul Ngashim Mohon Tunggu... Administrasi - pembaca tanda dan angka

suka dunia jurnalistik, sosial media strategy, kampanye media sosial, internet marketing. sisanya nulis buat enjoy aja. smile

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

(Jangan Jadikan) Negeri Ini Negeri Binatang

6 Juli 2010   13:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:03 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

bingung sore-sore gini mau nulis apa...

iseng aja lah, kok tiba-tiba saya lagi pengen maen ke bonbin jogja, ada yang manu nemenin ? ya walaupun disana koleksinya tidak sebanyak taman safari atau bahkan di sana juga tidak ada koleksi hewan-hewan yang tengah jadi artis.

akhir-akhir ini, terutama di tahun 2010 hewan seperti menjadi cermin wajah para pengisi kolom-kolom berita dari laut hingga darat. beberapa hewan yang menghiasi dunia pemberitaan negeri yang terlitas dalam ingatan saya,

cicak : hewan kecil pemakan nyamuk ini, sering cerminkan dan dianalogikan untuk orang yang tengah kesulitan dalam mencari rejeki, contohnya, kalimat seperti "cicak saja yang tidak bisa terbang makanannya nyamuk" analogi ini sering digunakan bahwa setiap makhluk Tuhan punya apa itu yang disebut rejeki masing-masing.

sayangnya di kemudian hari, susno duaji menggegerkan publik dengan menganggap KPK hanya cicak kecil yang belum punya apa-apa dibandingkan polisi yang dianggapnya buaya. kasus cicak-buaya inilah yang menjadikan susno menjadi pecundang dihadapan media dan publik.

buaya : hewan amfibi yang bisa hidup di dua alam ini memang kerap dicap public enemy. walaupun termasuk hewan yang dilindung dan penghuni wajib kebun binatang, buaya termasuk hewan berkuasa yang dipandang jahat oleh kalangan manusia. dalam kehidpuan nyata buaya kerap kali dianggap biang keladi dan perusuh di sunga dan rawa-rawa, karena sering melukai dan memakan hewan piaraan hingga manusia.

dalam khazanah analogi hewan, buaya dicap sebagai contoh nyata manusia (seringnya laki2) yang hobi gonta-ganti pasangan dan suka mempermainkan wanita. buaya menjadi satu paket dengan cicak, dalam ke-artis-an-nya. dan siapa lagi biang keroknya kalau bukan susno duaji. dia menganggap buaya adalah si sakti mandraguna yang lebih superior dari cicak yang digambarkan sebagai KPK, sehingga muncul kalimat "kami cicak tidak takut buaya".

kerbau : saya secara pribadi menganggap kerbau sebagai hewan pekerja keras, pengalaman saya secara pribadi dengan kerbau ketika masih kecil dikampung dengan pergulatannya dalam lumpur di sawah menjelang musim tanam memberi saya gambaran secara sangat subjektif terhadap hewan ini. pekerja keras, tidak pernah mengeluh, dan yang pasti tidak pernah marah, sebagian menggapnya dungu, saya menggapnya profesional, hehehe...

beberapa waktu yang lalu, kerbau sempat dianggap sebagai sebuah penggambaran terhadap SBY ketika demo. tulisan "SiBuYa" di badan kerbau saat demonstrasi di bundaran HI di tanggap serius oleh SBY yang merasa didungukan, dibodohkan, dilambankan. setidaknya itu penggambaran sang presiden terhadap kerbau. dalam beberapa waktu kerbau menjadi bahasan yang -katanya- menarik menurut media, walau saya menggapnya biasa saja.

gurita : hewan penghuni laut dan penuh tentakel ini adalah salah satu makanan favorit saya ketika sudah matang, apalagi kalau sudah pakai saus tiram. maklum saja, selain cumi-cumi, gurita (tentu saja yang masih kecil) dagingnya begitu kenyal. secara kemampuan memangsa, gurita mampu menjerat hewan buruannya dengan pelan tapi pasti, dan jeratannya seperti piton, sangat lambat, kadang tidak terasa tapi ketika sadar sang mangsa tidak mampu bebas lagi dari cengkraman.

george adi condro adalah biang kerok yang membawa gurita kedunia perhewanan indonesia dalam khazanah pemberitaan media menyusul hewan-hewan sebelumnya. buku george yang berjudul "membongkar gurita cikeas" membuat istana kelabakan. buku george memang hanya mengutip berita dari berbegai media tanpa konfirmasi, buku ini memang tidak salah secara metode tapi untuk sebuah karya ilmiah masih perlu pengkajian lebih dalam, walaupun isinya tidak dapat dibantah. gurita digambarkan sebagai sebuah (bukan seekor) sistem dimana memiliki jaringan yang saling terkait dan terpusat. SBY menjadi tertuduh dan membalasnya dengan buku "cikeas menjawab". sekali lagi gurita (hewan) menjadi wajah-wajah news maker.

celeng/babi : masih menyangkut polisi, dalam islam hewan ini haram, kenapa haram ? tidak usah ditanya secara hukum hal itu sudah tidak bisa dipertanyakan, sehingga hal-hal yang digambarkan dengan babi selalu dianggap penghinaan. babi sering digambarkan (di indonesia) kotor, buruk, jelek, bau, berlumpur, pokoknya jelek abis lah. walaupun babi sering dianggap jelek di luar negeri babi sering digambarkan dalam bentuk "bank rumah" alias celengan.

kini TEMPO menjadi pelaku dan lagi-lagi menyeret nama polisi, instistusi sial atau siala sebenernya polisi ini. selalu terseret dengan masalah hewan. babi yang digambarkan sebagai celeng-->celeng-an, menampar polisi ya, judul "aliran janggal rekening jenderal" benar-benar menohok kredibilitas polisi, entah apa tafsir kapolri dalam hal ini, gayanya yang sangat sensitif seperti SBY dalam memaknai analogi hewan, selain sangat menggangu juga sangatlah tidak susbtantif. kasusnya masih berjalan.... kini lihat saja apakah kasus TEMPO akan mampu diselesaikan secara "kekeluargaan" seperti TVONE dengan markus palsunya.

tikus : nah ini yang terbaru, dan biang keroknya adalah ical bakri. tikus berbeda dengan semua hewan di atas, yang memiliki berbagai sisi positif dalam masing-masing penafsiran publik. tikus ini di seluruh dunia dianggap hama yang sangat menggangu. di sawah tikus memakan batang padi, di lumbung makan padi, di rumah mengerat kabel. bahkan dalam perpolitikan tikus dianggap kotor di seluruh dunia, dan -catat- hanya ical penguasa golkar yang menggap tikus itu sebagai panutan.

ada tikus yang dianggap lebih bersih, seperti tikus putih. tapi tikus ini hanyalah sebagai bahan percobaan di laboratorium. saya hingga sekarang masih belum menemukan sisi penggambaran positif dari tikus yang dipuja menjadi ilmu politik ical, mungkin babi yang haram itu masih punya sisi positif setidaknya di mata beberapa orang yang menggambarkannya sebagai tabungan. tapi tikus adalah hewan pengerat yang sering dianggap koruptor. saya tersinggung kalau negara ini ternyata 32 tahun dipimpin oleh partai tikus. ical harus minta maaf

mungkin ingatan saya cukup pendek, setidaknya hewan-hewan di atas pernah dan sedang menghiasi dunia pemberitaan media di indonesia, baik surat kabar, televisi, radio, maupun digital. mungkin ada hewan yang terlewat silahkan ditambahkan.....

saya hanya tidak berharap negeri ini menjadi negeri hewan, jika semua pejabatnya digambarkan dengan hewan terus bagaimana dengan rakyat kecil seperti saya.......?

Syahdan;
Di suatu malam yang senyap dan sunyi sepi, ketika malaikat rahmat turun menawarkan ampunan dan sekalian manusia lelap,para hewan berkumpul, mereka yang tertuduh di media merasa tidak terima disamakan dengan para manusia, "kita kehilangan jiwa kehewanan kita" kata gurita. manusia telah melanggar pri kehewanan dan akan melaporkannya pada komnas hak asasi hewan. tapi hewan hanya hewan tidak berdaya dihadapan manusia yang seenaknya hidup di dunia. akhirnya dibantu semua golongan dan etnis hewan di seluruh dunia para tersangka ini mengundang unta untuk memimpin doa, memohon ampunan kepada Tuhan kenapa mereka diazab untuk disamakan dengan manusia yang serakah.

dan setan menemani udang dibelakang batu untuk mengintip dan tersenyum, seraya berujar, "ada benarnya aku tidak bersujud pada manusia, toh hewan saja menolak disamakan dengan manusia".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun