Mohon tunggu...
Aziz Abdul Ngashim
Aziz Abdul Ngashim Mohon Tunggu... Administrasi - pembaca tanda dan angka

suka dunia jurnalistik, sosial media strategy, kampanye media sosial, internet marketing. sisanya nulis buat enjoy aja. smile

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

(Jangan Jadikan) Negeri Ini Negeri Binatang

6 Juli 2010   13:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:03 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

celeng/babi : masih menyangkut polisi, dalam islam hewan ini haram, kenapa haram ? tidak usah ditanya secara hukum hal itu sudah tidak bisa dipertanyakan, sehingga hal-hal yang digambarkan dengan babi selalu dianggap penghinaan. babi sering digambarkan (di indonesia) kotor, buruk, jelek, bau, berlumpur, pokoknya jelek abis lah. walaupun babi sering dianggap jelek di luar negeri babi sering digambarkan dalam bentuk "bank rumah" alias celengan.

kini TEMPO menjadi pelaku dan lagi-lagi menyeret nama polisi, instistusi sial atau siala sebenernya polisi ini. selalu terseret dengan masalah hewan. babi yang digambarkan sebagai celeng-->celeng-an, menampar polisi ya, judul "aliran janggal rekening jenderal" benar-benar menohok kredibilitas polisi, entah apa tafsir kapolri dalam hal ini, gayanya yang sangat sensitif seperti SBY dalam memaknai analogi hewan, selain sangat menggangu juga sangatlah tidak susbtantif. kasusnya masih berjalan.... kini lihat saja apakah kasus TEMPO akan mampu diselesaikan secara "kekeluargaan" seperti TVONE dengan markus palsunya.

tikus : nah ini yang terbaru, dan biang keroknya adalah ical bakri. tikus berbeda dengan semua hewan di atas, yang memiliki berbagai sisi positif dalam masing-masing penafsiran publik. tikus ini di seluruh dunia dianggap hama yang sangat menggangu. di sawah tikus memakan batang padi, di lumbung makan padi, di rumah mengerat kabel. bahkan dalam perpolitikan tikus dianggap kotor di seluruh dunia, dan -catat- hanya ical penguasa golkar yang menggap tikus itu sebagai panutan.

ada tikus yang dianggap lebih bersih, seperti tikus putih. tapi tikus ini hanyalah sebagai bahan percobaan di laboratorium. saya hingga sekarang masih belum menemukan sisi penggambaran positif dari tikus yang dipuja menjadi ilmu politik ical, mungkin babi yang haram itu masih punya sisi positif setidaknya di mata beberapa orang yang menggambarkannya sebagai tabungan. tapi tikus adalah hewan pengerat yang sering dianggap koruptor. saya tersinggung kalau negara ini ternyata 32 tahun dipimpin oleh partai tikus. ical harus minta maaf

mungkin ingatan saya cukup pendek, setidaknya hewan-hewan di atas pernah dan sedang menghiasi dunia pemberitaan media di indonesia, baik surat kabar, televisi, radio, maupun digital. mungkin ada hewan yang terlewat silahkan ditambahkan.....

saya hanya tidak berharap negeri ini menjadi negeri hewan, jika semua pejabatnya digambarkan dengan hewan terus bagaimana dengan rakyat kecil seperti saya.......?

Syahdan;
Di suatu malam yang senyap dan sunyi sepi, ketika malaikat rahmat turun menawarkan ampunan dan sekalian manusia lelap,para hewan berkumpul, mereka yang tertuduh di media merasa tidak terima disamakan dengan para manusia, "kita kehilangan jiwa kehewanan kita" kata gurita. manusia telah melanggar pri kehewanan dan akan melaporkannya pada komnas hak asasi hewan. tapi hewan hanya hewan tidak berdaya dihadapan manusia yang seenaknya hidup di dunia. akhirnya dibantu semua golongan dan etnis hewan di seluruh dunia para tersangka ini mengundang unta untuk memimpin doa, memohon ampunan kepada Tuhan kenapa mereka diazab untuk disamakan dengan manusia yang serakah.

dan setan menemani udang dibelakang batu untuk mengintip dan tersenyum, seraya berujar, "ada benarnya aku tidak bersujud pada manusia, toh hewan saja menolak disamakan dengan manusia".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun