Mohon tunggu...
Azis Maloko
Azis Maloko Mohon Tunggu... Penulis - seorang pejalan yang menikmati hari-hari dengan membaca

anak nelayan berkebangsaan Lamakera nun jauh di sana, hobi membaca dan menulis, suka protes, tapi humanis dan humoris

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Puasa, al-Qur'an dan Civilization Engineering (2)

31 Maret 2024   09:49 Diperbarui: 31 Maret 2024   09:49 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehadiran Nabi dalam peletakan batu hajar aswad itu mengakhiri semua perbedaan, keributan dan ketengangan di tengah-tengah masyarakat dan pemuka Arab. Di situ posisi Nabi memiliki bargaining yang sangat diperhitungkan. Menjadi perekat tenun persatuan dan kohesi sosial sekaligus menjadi solusi terhadap banyak persoalan masyarakat Arab. Sehingga, ketokohan dan kepemimpinan seorang Nabi sebelum didaulat menjadi Nabi sudah diakui oleh masyarakat Arab. Bahkan saking terpercayanya sosok Nabi sebelum didaulat menjadi Nabi sampai-sampai masyarakat Arab mempercakapkan banyak barang titipannya kepadanya.

Ketika didaulat menjadi Nabi, maka status ketokohan dan kepemimpinannya bertambah lagi, yakni menjadi tokoh dan pemimpin agama (baca: sebagai Nabi dan Rasul) untuk periode Makkah. Karena, ketika periode Madinah status ketokohan dan kepemimpinan Nabi juga mengalami penambahan menjadi tokoh dan pemimpin negara (eksekutif) sekaligus merangkap sebagai tokoh dan pemimpin legislatif dan hakim pengadilan. Semua jabatan masih bersifat sentralistik dikarenakan pada waktu itu belum ada pendelegasian wewenang. Semuanya lebih mempercayai dan menyerahkan urusan-urusan demikian sepenuhnya kepada Nabi.

Namun, dalam pelaksanaannya ketokohan dan kepemimpinan Nabi juga dibantu dan disupport oleh ulama-ilmuan, birokrat dan teknokrat dari kalangan para sahabatnya. Pada saat itulah Nabi melakukan rekayasa peradaban Islam untuk semesta manusia dengan mengawalinya dari semenanjung kota Makkah dan Madinah. Rekayasa peradaban yang dilakukan oleh Nabi selama kurang lebih 23 tahun, 13 tahun di kota Makkah dan 10 tahun di kota Madinah. Lalu rekayasa peradaban dilanjutkan oleh murid dan generasinya dari kalangan sahabat, empat Khalifah mulai dari Abu Bakr ash-Shiddiq, Umar al-Khattab, Utsman dan Ali.

  • Memiliki Pengikut dan Mobilitas Ummat

Tahapan ini terdiri dari tiga bagian. Tahapan pertama adalah lahir dan terbentuknya komunitas (muslim) Makkah. Pada tahapan ini pengaruh ketokohan dan kepemimpinan Nabi Muhammad saw masih terbatas pada sebagian kecil masyarakat Makkah. Sehingga, eksistensi keberadaannya belum begitu signifikan menggerakkan perubahan dan peradaban (Islam) untuk keseluruhan kota Makkah. Karena, ketika awal-awal lahir dan terbentuknya kemunitas muslim pertama dalam lingkup kota Makkah, Nabi Muhammad saw beserta para sahabatnya diperhadapkan dengan pelbagai tantangan dan rintangan dari kalangan kafir Quraisy dan kerabat terdekatnya.

Tantangan dan rintangan dihadapi oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya pada awal-awal memulai membangun perubahan dan tatanan peradaban bernafaskan (dn) al-Islam hadir dalam pelbagai bentuk, mulai dari penolakan terhadap visi profetik dakwah kenabian yang diemban karena bertentangan dengan dogma yang diwariskan dan dihidupkan kalangan kafir Quraisy, hinaan, cacian, tuduhan-tuduhan negative (berupa tukang sihir, orang gila dan lainnya), iming-iming harta benda dan wanita, dilempar dengan batu hingga ada rencana pembunuhan untuk mengakhiri denyut nadi perkembangan dakwah Islam dan komunitasnya pada fase awal-awal keislaman.

Bersamaan dengan itu, pada masa-masa itu Nabi juga diperhadapkan dengan ujian dari orang-orang terdekatnya berupa peristiwa kematian, mulai dari kematian istri tercinta, Siti Khadijah, lalu kemudian menyusul kakeknya tersayang, Abdul Muthalib, yang selama ini begitu setia dan sigap dalam mendampingi dan mengawal kerja-kerja dakwah Nabi pada awal-awal keislaman hingga wafatnya. Peristiwa demikian dalam catatan sejarah disebut-kenal dengan peristiwa "ammul husn" (tahun kedukaan dan kesedihan bagi seorang Nabi). Dari peristiwa "ammul hizn" pula terjadi peristiwa bersejarah lagi misterium dalam perjalanan risalah kenabian, yakni peristiwa Isra' Mi'raj.

Namun, tantangan dan rintangan demikian tidak membuat Nabi Muhammad saw dan sahabatnya menyerah dan mengalah hingga "mundur" dari misi profetik dan kerja-kerja dakwah untuk menyebarluaskan ajaran Islam ke seantero jagat dunia. Nabi dan para sahabatnya tetap menjalankan misi profetik kenabian dengan memikirkan dan merumuskan sebuah strategi jitu untuk mensiasati kondisi yang dihadapi dan dialami, di antaranya dengan melakukan apa yang dinamakan dengan hijrah, meninggalkan kota Makkah untuk berhijrah ke kota Madinah dalam rangka membangun "kekuatan baru" di sana dengan tujuan dapat melanjutkan kembali kerja-kerja dakwah.

Proses hijrah itulah menandai tahapan dan babak kedua ikhtiar Nabi dan sahabatnya dalam membangun puzzle-puzzle peradaban Islam. Di sana, di kota Madinah, terjadi perjumpaan dua entitas baru antara kalangan Muhajirin (mereka-mereka yang datang dari Makkah bersama rombongan hijrah Nabi dan sahabat) dan kalangan Anshor (mereka-mereka yang menjadi penduduk kota Madinah). Sebelumnya, sebagian komunitas masyarakat Madinah sudah berkenalan duluan dengan seruan Islam. Sehingga, sebelum Nabi dan sahabatnya melakukan hijrah, komunitas masyarakat Madinah sudah mendelegasikan utusan untuk bertemu dan membaiat Nabi.

Sehingga, kedatangan rombongan kalangan Muhajirin dalam perjalanan hijrah disambut dengan antusias, suka-duka, penuh keguyuban, keakraban dan persatuan hingga diberikan ruang yang sebesar-besarnya oleh masyarakat Anshor. Tentunya, di situ terdapat kekuatan baru untuk membangun komunitas muslim. Olehnya pada tahapan kedua kekuatan baru umat Islam mengkristal dalam bentuk lahir dan terbentuknya komunitas (muslim) Madinah yang ditandai dengan peristiwa hijrah dan lahir dan terbentuknya negara Islam yang bernama Madinah. Kekuatan komunitas muslim Madinah inilah titik berangkat melakukan rekayasa peradaban selanjutnya.

Tahapan ketiga adalah terbentuknya komunitas (muslim) dunia. Pada tahapan ini pengaruh Kepemimpinan Nabi Muhammad saw tidak tidak lagi terbatas pada lingkup wilayah Jazirah Arabia, kota Makkah, Madinah, Palestina , Syiria, Damaskus, Kufah-Irak, Yaman, Andalusia, Turki, Kairo-Mesir, Bukhara, Samarkan, Dubai, Qatar, Pakistan, dan sekitarnya, akan tetapi sudah melampaui wilayah teritorial tempat asal Islam lahir dan berkembang, yakni tersebar hampir ke seluruh jagat dunia dengan melalui beberapa tahapan fase perkembangan sejarahnya. Termasuk tersebar dan berkembang hingga dengan bangsa dan negara Indonesia.

Al-Qur'an dan Kondisi Umat Islam Hari Ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun