Mohon tunggu...
Azis Maloko
Azis Maloko Mohon Tunggu... Penulis - seorang pejalan yang menikmati hari-hari dengan membaca

anak nelayan berkebangsaan Lamakera nun jauh di sana, hobi membaca dan menulis, suka protes, tapi humanis dan humoris

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Asam Sulfat dan Raibnya Marwah Panggung Demokrasi Kita

9 Desember 2023   14:49 Diperbarui: 9 Desember 2023   14:52 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Azis Maloko

Tidak tahu apa sesungguhnya yang tengah terjadi pada bangsa dan negara Indonesia, sehingga sampai kini bermunculan banyak hal yang memalukan dan memuakkan dalam panggung demokrasi kita. Menjelang pesta demokrasi pada tahun 2024, banyak sekali lakon politik yang tidak edukatif dipertontonkan secara vulgar oleh banyak pihak turut mewarnai dinamika politik. Bukan satu, dua dan tiga kali saja, akan tetapi banyak sekali jumlahnya. Bila hendak dibuatkan daftarnya niscaya membutuhkan waktu yang lumayan panjang dan lembaran yang terbilang tebal. Karena, peristiwa-peristiwa dimaksud tampaknya terjadi secara beruntun dan silih berganti.

Bisa saja fenomena politik semacam itu, seperti dikatakan Pak Lurah, karena jagat perpolitikan Indonesia kini terlampau banyak drama dan sinetron politiknya. Meskipun hingga kini aktor drama dan sinetronnya masih menjadi teka-teki misterius. Ya. Pada rezim ini rasa-rasanya hampir segala sesuatu terlihat kabur oleh banyak orang. Bukan semata karena banyak peristiwa politik terjadi dengan begitu misteriusnya, akan tetapi sangat boleh jadi di sana ada ketakutan politik menghantui dan mengancam banyak orang manakala mereka memilih untuk jujur dan berani dalam memberikan penilaian dan komentar terhadap berbagai rentetan peristiwa politik yang terjadi.

Genealogi dan Fenomena Asam Sulfat

Salah satu peristiwa politik yang terbilang begitu penting dalam kaitannya dengan itu adalah peristiwa "asam sulfat". Tentunya, pentingnya peristiwa tersebut bukan karena terdapat utilitas di dalamnya. Akan tetapi, karena peristiwa tersebut tergolong sangat memalukan dan memuakkan. Sehingga, menjadi penting untuk diperhatikan dengan seksama dan secara kritis. Ya. Peristiwa "asam sulfat" adalah peristiwa politik yang (sangat) memalukan dan memuakkan publik. Sebab, peristiwa tersebut terjadi dan dilakukan oleh orang yang dibangga-banggakan dengan berbagai predikasi dan dinobatkan untuk menjadi pemimpin Indonesia ke depannya

Secara genealogis, peristiwa "asam sulfat" ini bukan baru terjadi pertama kalinya pada 4 Desember 2023, tetapi terjadi juga pada 3 Desember 2023. Keduanya terjadi dalam forum yang berbeda. Hal demikian berarti peristiwa ini terjadi bukan secara kebetulan begitu saja. Sebab, tidak mungkin kebetulan terjadi secara berulang-ulang kali. Apalagi terjadi pada hal yang sama. Tentunya, sangat tidak mungkin. Kecuali memang di sana ada "pengetahuan" tentang istilah tersebut sebagai "resep" bagi fenomena stunting, sehingga "pengetahuan" demikian berkali-kali digunakan untuk menjawab dan menjelaskan permasalahan terkait dengan fenomena stunting itu.

Jauh sebelumnya juga sudah terdapat berbagai peristiwa politik yang dilakukan (olehnya). Misalnya, ketika ditanya soal metode dan strategi agar supaya generasi milenial dan gen z dapat memiliki akses untuk berkarir di kancah internasional di bidang Teknik Informatika (TI) dan lainnya malah dijawab dengan enteng bahwa hal demikian sudah ada bukunya, sehingga tidak perlu untuk dijelaskan lagi. Padahal di situ generasi milenial dan gen z _yang notabene kecenderungan pilihan politiknya selalu dikaitkan dengan calon pemimpin muda_ membutuhkan sebuah jawaban dan gagasan langsung dari calon pemimpin bangsa yang tergolong "milenial" tersebut.

Seharusnya momentum emas semacam itu dimanfaatkan oleh calon pemimpin bangsa _yang hanya mengejar elektabilitas politik tanpa memperhatikan intelektualitas dan etikabilitas sebagaimana dikatakan Rocky Gerung_ untuk berbicara gagasan dan pengalaman terkait dengan apa yang ditanyakan generasi milenial dan gen z agar mereka lebih yakin lagi bahwa calon pemimpin muda bangsa juga dapat diandalkan karena punya wawasan literasi, gagasan, pengalaman dan prestasi yang disampaikan melalui ruang-ruang dialog. Sehingga, mereka mempunyai cukup alasan untuk memilih pemimpin muda  dan dapat diterima pula hasil-hasil survei terkait dengannya.

Namun, hal itu mungkin berat dan sulit untuk dilakukan oleh mereka-mereka yang tidak terbiasa dengan literasi dan sharing gagasan. Sebab, untuk sharing gagasan tentang segala sesuatu dibutuhkan wawasan literasi dan pengalaman dalam mengikuti berbagai ruang-ruang dialog. Orang-orang yang miskin wawasan literasi, tidak punya gagasan besar (grand idea) dan tidak punya pengalaman sharing gagasan dan literasi akan membuat banyak alasan untuk mangkir dari ruang-ruang dialog. Bahkan ketika diminta pandangan terkait dengan hal ihwal kepimpinannya pun direspon apa adanya dengan alasan irit berbicara. Belum lagi ketika berbicara ngelantur sana dan ngelantur sini.

Tentunya, di sini tidak dinafikan bahwa manusia, siapa pun orangnya, memiliki kemungkinan untuk melakukan kesalahan dalam berbagai format. Apalagi manusia pada umumnya juga memiliki kekurangan dan kelemahan, selain kelebihan dan kekuatan. Hal demikian sangat mudah untuk ditemukan dalam kehidupan. Bahkan agama pun jauh hari telah mensabdakan bahwa "setiap anak keturunan Adam (pasti) akan melakukan kesalahan dan sebaik-baiknya mereka yang melakukan kesalahan adalah kembali sadar dan bertaubat". Hal demikian tidak berarti kemudian kesalahan dibiarkan begitu saja terjadi. Akan tetapi, perlu ada kritik dan evaluasi di dalamnya.

Jangankan manusia secara umum, orang berilmu sekalipun memiliki kekurangan dan kelemahan. Bahkan orang berilmu kadangkala keliru dan tergelincir dalam sebuah kesalahan, karena orang berilmu juga manusia yang tidak terbebas dari sebuah kesalahan dan dosa. Hal demikian sebagaimana dikatakan oleh banyak ulama di antaranya Ibn al-Qayyim al-Jauziyah bahwa "inna al-'lim qad yazallu wal budda idz laisa bi ma'shm". Secara logika, jika seorang berilmu saja demikian halnya, apalagi orang kurang ilmu, pengalaman dan nekat mengambil mengurus hajat banyak orang. Sudah bareng tentu memiliki potensi dan ruang kemungkinan untuk melakukan hal demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun