Mohon tunggu...
Azis Bachtiar AS
Azis Bachtiar AS Mohon Tunggu... -

Pemerhati masalah-masalah sosial, politik dan keagamaan, serta penggiat Institute Study Agama Civil Society (ISACS)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memimpin dengan Konsep Islam

6 Februari 2012   03:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:00 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

MEMIMPIN DENGAN KONSEP ISLAM

Kepemimpinan Muhammad Rasulullah SAW. Yang dijelaskan di dalam Al-qur'an: laqod jaa-akum rasuulun min-anfusikum 'aziizun 'alahi maa 'anittum hariishun 'alaikum bilmukminiina rauufurrahiim; ("Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaum-mu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami (dia) sangat menginginkan (ke-imanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman." [QS. At-Taubah, IX: 128]).

Kata MIN ANFUSIKUM dalam Al-qur'an tersebut mempunyai arti bahwa pemimpin itu berasal 'dari jenis kamu sendiri'. Hal ini diartikan bahwa pemimpin merupakan makhluk dari golongan manusia dan bukan malaikat.
Kata 'AZIIZUN (berat) juga menjadi salah satu ASMA-UL HUSNA yang berarti Maha Perkasa, yg disematkan kpd Muhammad Rasulullah SAW. Dalam konteks ini, 'AZIIZUN 'ALAYHI berarti bahwa Rasulullah sangat ABOT (berat) sama ummatnya. Inilah konsep pertama dari kepemimpinan, yaitu marasa berat pada penderitaan ummatnya.

Maka Rasulullah di-utus untuk menghilangkan beban-beban dalam konteks apa saja, juga dalam agama. Tapi manusia sendiri yang sering membebani diri kita dengan beban-beban yang seolah-olah barasal dari agama. Nabi Muhammad Rasulullah SAW berkata; "buatlah segala sesuatu itu ringan, jangan diperberat."

Konsep kedua adalah, selalu menginginkan kebaikan ummatnya. Nabi Muhammad Rasulullah SAW selalu meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan ummatnya. Dalam kata-kata BIL MUKMINIINA RAUUFURRAHIIM, kata RAHIIM jelas bermakna sebagai Maha Penyayang. RAUF merupakan sifat kasih sayang yang dimiliki seorang ibu kepada anaknya. RAHIIM sifat kasih sayang yang khusus diberikan kepada orang-orang yang beriman karena kualitasnya beda dengan RAHMAN.

Kita masing-masing adalah seorang pemimpin; di mana saja. Yang membedakan kepemimpinan Rasulullah SAW dengan kepemimpinan umum, yaitu konsep IMAM dan RAIS. Dalam Al-qur'an, para Nabi disebut sebagai Imam. Kalau jaman sekarang untuk kata pemimpin dipakai istilah RAIS.

Ada perbandingan antara etimologi IMAMAH dan RI'ASAH. IMAMAH akar kata-nya UMM (Ibu) maka paradigma kepemimpinan dalam Islam adalah kepemimpinan sebagaimana seorang ibu atau yang melayani; kepemimpinan yang melindungi, yang mencurahkan kasih sayang. Sementara RI'ASAH berasal dari kata RA'SUN (kepala), yang sifatnya selalu ingin di atas, selalu ingin dihormati, sehingga sering kali ia menjadi begitu lemah. Misalnya; membuka pintu mobil, membawa tas saja dia tidak mampu (tidak bisa), ajudan yang melakukannya (yang membawakan).

Dalam Al-qur'an: "Dan orang-orang yang menjauhi THOGHUT (yaitu) tidak menyembahnya (Thoghut, ialah; 'setan' dan apa saja yang disembah selain Allah SWT) dan kembali kepada Allah, mereka pantas mendapat berita gembira; sebab itu sampaikanlah kabar gembira itu kepada hamba-hamba-Ku", ~ "(yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya (mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al-qur'an dan ajaran-ajaran yang lain, tetapi yang di-ikuti ialah ajaran-ajaran Al-qur'an karena ia adalah yang baik). Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat."  (QS. Az-Zumar, [39]: 17-18,)

Allah SWT menerangkan tentang orang-orang yang mendapat hidayah (petunjuk) dari Allah, yaitu orang-orang yang mau menyimak perkataan-perkataan dan kemudian mengikuti yang terbaik. YASMA' (mendengar/HEARING) berbeda dengan YASTAMA'A (mendengarkan/LISTENING TO). Dan yang didengarkan adalah QOUL, bukan QOULAN, berarti perkataan apa saja; bukan perkataan tertentu. QOUL mempunyai arti yang sangat luas, bisa berupa ayat-ayat Allah, tafsir, berita-berita.

Kalau kita sudah terlatih YASTAMI'UNAL QOULA, maka pengetahuan menjadi luas dan tidak mudah terbawa oleh satu pendapat tertentu. Tapi ada persyaratan di ayat 17 "WALLADZINAAJTANABU THOGHUT..." Yaitu jangan sampai kita menyembah THOGHUT (apa saja yang disembah selain Allah, adalah; THOGHUT). Apa saja bisa menjadi THOGHUT, bahkan orang sholeh pun juga bisa menjadi THOGHUT.

Orang yang sudah menge-cap dirinya dengan ideologi tertentu misalnya, akan cenderung tidak bisa menerima informasi dari ideologi lain secara obyektif.

Syarat kedua adalah petunjuk dari Allah SWT di dalam Al-qur'an: innallaha laa yughayyiru maa biqaumin hattaa yughayyiruu maa bianfusihim; ("Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri." QS. Ar-Ra'd [13]: 11). Syariatnya memang begitu, tapi hakekatnya tidak begitu. Seperti Nabi Muhammad Rasulullah SAW. berkata; "tidak ada manusia yang bisa mendapatkan surga atau terhindar dari neraka karena amal perbuatannya". Karena kita bisa berbuat baik atas rahmat Allah SWT.

Mudah-mudahan kita dianugerahi ibunya ilmu kehidupan. Untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. Supaya yang bersentuhan dengan kita juga dibimbing oleh Allah SWT. Ada fenomena yang ditawarkan oleh Allah SWT, yaitu minyak zaitun. Minyak itu mampu menghasilkan cahaya tanpa perlu disulut api. Usaha kita (SUNNATULLAH) mungkin cuma 10% tapi Allah SWT berperan 90%nya karena Allah SWT menyulutnya.

Ya Allah..! Kami tidak mampu memilih pemimpin. Maka doanya, 'Ya Allah, mbok ya ikut pemilu..?'. Yang penting adalah jalan-nya; SHIRATHOL MUSTAQIIM. Goal-nya sepenuhnya urusan Allah SWT
(NUSRATULLAH dan QUDRATULLAH). ***

Jakarta, Januari 2012

(Azis bachtiar As)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun