Mohon tunggu...
Azimatul Kuroma
Azimatul Kuroma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

sedang berproses menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensi Bahasa Jawa di Era Abad 21

28 Juni 2021   18:54 Diperbarui: 29 Juni 2021   20:15 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dengan populasi mencapai 270.203.917 jiwa pada tahun 2020 dan termasuk negara  dengan kepulauan terbesar didunia yang terdiri dari 17.504 dan terdiri dari 34 provinsi menurut sensus terbaru indonesia.

Semakin banyak budaya maka  semakin banyak pula suku yang ada di Indonesia sehingga ditemukan keragaman bahasa yang timbul akibat adanya berbagai macam suku, faktor budaya, letak geografis, ilmu pengetahuan dan sejarah.

Salah satu keragaman bahasa di Indonesia adalah Bahasa Jawa. Bahasa Jawa merupakan bahasa yang digunakan orang Jawa. Bahasa Jawa juga dikenal sebagai bahasa daerah dengan jumlah penutur terbanyak di Indonesia.  Hal ini tidak terlepas dari penduduk asli suku Jawa paling tidak meliputi tiga provinsi: Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.

Di kawasan Solo, Yogyakarta, sampai Jawa Timur wilayah Mataraman (dulu wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram), mayoritas bahasa Jawa-nya hampir sama. Budaya Jawa Mataraman dipengaruhi oleh hasil akulturasi Jawa Timuran dan Jawa Tengahan

Bahasa Jawa ini pun dibedakan atas bahasa ngoko (kasar), madya (biasa), krama (halus), bahkan sampai krama inggil (sangat halus). Beberapa contohnya bocah (ngoko/madya) dan lare (krama) untuk merujuk pada kata anak, kemudian kowe (ngoko), sampean (madya), dan panjenengan (krama/inggil) untuk kata kamu dalam bahasa Indonesia.

Uniknya, bahasa Jawa di satu daerah bisa berbeda dengan daerah lainnya. Bahasa di daerah jawa timur berbeda dengan daerah jawa tengah bahkan dalam satu provinsi saja misalnya di jawa timur pun juga berbeda  bahasa untuk setiap daerahnya. karena masing masing daerah memiliki khasnya masing-masing. daerah jawa bagian timur lebih kasar sedang jawa tengah bahasanya lebih halus.

Diwilayah Malang, Surabaya dan sekitarnya anak disebut arek. Sementara di wilayah Mataraman (Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo, Pacitan, Kediri, Nganjuk, Tulungagung, Blitar, sampai Trenggalek), anak dikenal dengan istilah bocah. Diwilayah lamongan dikenal dengan istilah angger  atau lare dan diwilayah jawa tengah dikenal istilah andes

Belum lagi kalau berbicara Bahasa Jawa Tengah bagian utara yang meliputi Tegal, Banyumas menggunakan bahasa Jawa Ngapak Contohnya adalah Bahasa yang digunakan inyong (aku), rika (kamu),dan kepriben (bagaimana) dan didaerah banyuwangi dikenal dengan istilah ingsun (aku),dan kon (kamu) untuk daerah gresik dan sekitarnya.

Akan tetapi, penggunaan Bahasa Jawa dirasa semakin menurun seiring perkembangan waktu. Adanya perkembangan zaman yang kian maju secara perlahan mulai menjadikan Bahasa Jawa tergeser keberadaannya. Melihat situasi saat ini dimana penggunaan Bahasa Jawa di kalangan orang Jawa sendiri semakin rancu tatanan bahasa serta makin berkurangnya penggunaan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari, menjadikan pergeseran bahasa bukanlah sesuatu yang mustahil.

Namun, Berdasarkan penilaian daya hidup Bahasa dari UNESCO (2003) yang menggolongkan enam tingkat keadaan bahasa. Bahasa Jawa termasuk dalam kategori "aman". 

Enam tingkat keadaan bahasa itu meliputi (1) aman: bahasa dituturkan oleh semua generasi dan transmisi antargenerasi tidak terputus; (2) rentan: bahasa dituturkan oleh anak-anak, tetapi hanya pada ranah tertentu; (3) terancam: anak-anak tidak lagi menggunakan bahasanya di rumah sebagai bahasa ibu; (4) sangat terancam: bahasa hanya digunakan antargenerasi tua, tetapi tidak kepada anak-anak; (5) hampir punah: hanya generasi tua yang dapat menuturkan, tetapi jarang digunakan; dan (6) punah: tidak ada penuturnya. 

Menurut situs ethnologue.com, bahasa Jawa menempati peringkat ke-11 di dunia dari segi jumlah penutur dengan 84,3 juta. Urutan lima besar berturut-turut dikuasai bahasa Mandarin dengan 845 juta penutur, Spanyol (329 juta), Inggris (328 juta), Arab (221 juta), dan Hindi (182 juta). Di dunia, selain Indonesia tentunya, sedikitnya ada enam negara yang menggunakan bahasa Jawa sebagai salah satu bahasa sehari-hari. Dikutip dari Good News from Indonesia, enam negara yang dimaksud adalah Malaysia, Singapura, Suriname, Belanda, Kaledonia Baru, Kepulauan Cocos. 

Jadi, kita sebagai bagian dari suku Jawa harus bersyukur dengan tetap melestarikan bahasa yang juga menjadi Identitas Bangsa Jawa dimana Bahasa Jawa ini mencerminkan sifat dan karakteristik orang Jawa.

Daftar Pustaka

Santoso, Ahmad.2018.Diaspora dan Keragaman, Dua Hal Pelestari Bahasa Jawa. dikunjungi dari https://geotimes.id/opini/diaspora-dan-keragaman-dua-hal-pelestari-bahasa-jawa/

San,Achmad.2018.Bahasa Jawa Akan Punah? Tunggu Dulu.dikunjungi dari https://www.qureta.com/post/bahasa-jawa-akan-punah-mitos-tunggu-dulu

Wahyudi, Eko.2018.Jawa Kuncara.dikunjungi dari https://javaeko.blogspot.com/2018/04/wow-bahasa-jawa-mendunia.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun