Mohon tunggu...
Azifah Salsabila
Azifah Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Hasanuddin

Saya Azifah Salsabila mahasiswa Universitas Hasanuddin program studi Ilmu Gizi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hubungan Perilaku Picky Eater dengan Tingkat Kecukupan Zat Gizi pada Anak Usia Toddler (1-3 Tahun)

22 Mei 2022   14:30 Diperbarui: 22 Mei 2022   14:36 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Data yang dikutip oleh Nugroho (2020), fenomena picky eater terjadi sekitar 20-44,5% dan menyebabkan status malnutrisi. Data dari penelitian Chao (2018), fenomena picky eater pada anak sangat bervariasi pada setiap kisaran umur. Pada usia 1-2 tahun prevalensinya hanya 21%, terus meningkat saat anak berusia 2-3 tahun menjadi 48% dan saat usia 3-4 tahun menjadi 72%.

Informasi tentang dampak perilaku picky eating terhadap status gizi dan pertumbuhan pada anak usia toddler masih cukup minim. Beberapa studi menemukan bahwa picky eater rentan mengalami underweight, tinggi badan lebih pendek, dan nilai BMI (body mass index) lebih rendah (Chao, 2018). 

Beberapa permasalahan terkait kekurangan gizi pada anak menyebabkan underweight, stunting, dan kelaparan (Nugroho, 2020).

Pemenuhan makronutrien seperti protein dan lemak cenderung lebih mudah meskipun anak mengalami picky eating. Penelitian yang dilakukan Purnamasari dan Adriani (2020) menunjukkan pemenuhan protein dan lemak pada anak sudah cukup. 

Hal ini diperoleh dengan pemilihan lauk yang diberikan dengan banyaknya pilihan sumber protein nabati maupun hewani. Makronutrien yang dibutuhkan oleh tubuh diantaranya adalah protein dan lemak. Diperoleh dari berbagai jenis makanan. Variasi meliputi jenis bahan yang digunakan seperti daging, buah, dan sayur (Purnamasari dan Adriani, 2020).

Kesulitan justru terjadi pada pemenuhan mikronutrien yang banyak bersumber dari buah dan sayur (Purnamasari dan Adriani, 2020). Picky eater banyak ditujukan bagi anak yang memiliki ketertarikan rendah pada konsumsi buah dan sayur (Nugroho, 2020

). Anak biasanya menjadi kekurangan pemenuhan mikronutrien yang biasanya didapat dari buah dan sayur. Rendahnya masukan energi, vitamin, dan mineral yang dipenuhi dari buah dan sayur dapat menyebabkan meningkatnya risiko terinfeksi penyakit dan menghambat pertumbuhan (Nugroho, 2020).

Anak dengan picky eater memakan makanan dengan jumlah terbatas, membutuhkan persiapan khusus pada makanan, tidak suka mencoba makanan baru, sering menolak makanan, dan lebih memilih hanya beberapa jenis makanan. 

Seorang picky eater dialami pada tahun awal hingga usia dua tahun kemudian akan memuncak pada usia 2-6 tahun akan menyebabkan anak tersebut memiliki status gizi yang lebih rendah. Anak menjadi kekurangan berat badan dan mengalami defisiensi mikronutrien (Nugroho, 2020).

Fenomena picky eater dapat berawal dari pola makan ibu yang kurang baik dalam variasi makan sehingga anak juga dapat mengikuti. Selain itu, tekanan dari ibu atau pengasuh dalam memberikan juga dapat memicu anak menjadi picky eater (Cerdasari dkk, 2017). 

Pada penelitian yang dilakukan Cerdasari dkk (2017), variasi pangan ibu tidak memiliki hubungan signifikan dengan kejadian picky eater. Begitu juga pada lama pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan usia mulai makanan padat dengan picky eater. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun