Mohon tunggu...
Aziel Hutajulu
Aziel Hutajulu Mohon Tunggu... Human Resources - Siswa

Siswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kita Indonesia, Kita Bisa!

18 Februari 2021   11:05 Diperbarui: 18 Februari 2021   12:07 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemuda, suatu kata yang sangat erat hubungannya dengan generasi milenial pada masa kini. Pemuda biasanya identik dengan kata semangat, tangguh, dan pantang menyerah, namun apakah kita benar-benar tahu siapa yang dianggap pemuda Indonesia. Menurut UU No. 40 Tahun 2009, "Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun". Pemuda seringkali menjadi harapan masa depan untuk suatu negara, tidak jarang juga menjadi tulang punggung dalam kesuksesan suatu negara. 

Dalam data yang ada di Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pemuda Indonesia (usia 16-30 tahun) pada tahun 2019 ada sekitar 64,19 juta jiwa. Jumlah itu setara dengan seperempat total jumlah penduduk yang ada di Indonesia. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, peran pemuda dalam pembangunan Indonesia tentunya juga sangat banyak. 

Peran itu termasuk masa depan Indonesia yang ada di tangan para pemuda seperti kita. Selain dibekali oleh fisik yang kuat, pemikiran kita yang kreatif dan unik tentunya akan berbeda dari generasi sebelumnya. Kita akan memunculkan ide-ide baru yang bisa dijadikan batu loncatan untuk Indonesia agar lebih maju lagi.

Banyak pemuda yang saat ini masih menimba ilmu dan berjuang keras hingga ke luar negeri untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Itu adalah hal yang harus dilakukan semua pemuda di Indonesia. Suatu bangsa yang hebat tentunya memiliki pondasi yang kuat, pondasi tersebut didapat dari berbagai ilmu, budaya, warisan, dan tentunya kita sebagai pemuda yang turut membangun pondasi tersebut. Pemuda saat ini sudah memiliki semua yang mereka butuhkan untuk mulai membangun negara. Kita harus percaya pada diri kita sendiri bahwa kita punya kemampuan untuk melakukannya. Hal yang masih kurang adalah motivasi para pemuda pada masa kini.

Pemuda saat ini masih banyak yang belum mengetahui betapa pentingnya menyusun masa depan mereka hingga dalam jangka waktu yang cukup jauh. Pendidikan yang ditempuh oleh banyak pemuda generasi milenial masih dianggap suatu rutinitas yang mereka kerjakan agar bisa diterima di lingkungan sosialnya kelak saat dewasa. Hal itu tidak salah, tapi tidak bisa juga dibenarkan. Semua orang punya visi, sekecil apapun atau setinggi apapun, kita semua harus punya sebuah visi dan misi yang ingin kita capai di kehidupan kita. 

Banyak tokoh pahlawan terkenal di luar negeri yang tidak terlibat dalam peperangan, tapi bisa menyelamatkan banyak sekali orang seperti Mahatma Gandhi, Bunda Teresa, Barack Obama, dan masih banyak lagi. Para tokoh tersebut tahu bahwa suatu negara yang kuat bukan hanya didasari fisik atau militer yang kuat, tetapi ada dua bidang utama lainnya yang menjadi jantung suatu negara. Dua hal tersebut adalah bidang kesehatan dan juga pendidikan.

Kesehatan sudah seperti dasar kehidupan kita. Suatu hal yang sering dilupakan, namun sangat fatal jika keberadaannya hilang. Bidang kesehatan menjadi salah satu dasar awal saat Indonesia merdeka di jaman dahulu. Dimulai dari dokter, suster, apoteker, dan lainnya, semua patut diapresiasi karena mereka bagaikan pasukan dibelakang yang melakukan semua kewajiban untuk memastikan pembangunan Indonesia tetap berlanjut. Dokter menjadi salah satu profesi yang dicita-citakan oleh banyak sekali anak-anak. Bukan karena gaji, bukan karena popularitas, tapi karena tugasnya yang bisa menyelamatkan banyak sekali jiwa. Nasionalisme dan patriotisme bisa tumbuh hanya melalui cita-cita sederhana seperti dokter. Bayangkan saja pada masa sekarang, yaitu pada masa pandemik COVID-19. Beberapa pemuda dokter yang sekarang melayani pasien COVID-19 adalah bentuk partisipasi mereka sebagai pemuda terhadap bangsa ini.

Nilai penting yang kedua adalah pendidikan. Dalam pendidikan, Indonesia masih menduduki peringkat yang ke-70 dari 93 negara di dunia pada 2020. Memang negara Indonesia memiliki pemuda dengan nasionalisme yang tinggi, pendidikan kewarganegaraan dan sejarah sejak kecil. Hal itu patut dibanggakan, namun Indonesia dalam penerapannya, pemudanya masih kurang bersemangat dan bersinar. Pendidikan di Indonesia dianggap masih kurang dari negara Asia Tenggara lainnya. Permasalahan di Indonesia adalah di sekolahnya. Hal ini diungkapkan tanpa mengurangi rasa hormat saya terhadap seluruh sekolah dan guru di Indonesia. Tanpa mereka, kita bukanlah apa-apa, tapi sebagaiman kehidupan berlanjut, kita harus bisa meningkatkan kualitas pendidikan kita.

Permasalahannya ada di fasilitas dan juga apresiasi terhadap guru. Fasilitas bukan berarti semua sekolah harus mewah. Fasilitas yang lengkap memiliki makna semua anggaran yang dimaksudkan untuk pendidikan dipakai seluruhnya tanpa dimanipulasi oleh pihak lain. 

Banyaknya kasus korupsi saat ini membuat banyak sekali masyarakat yang kecewa dan sedih, termasuk kita sebagai para pemuda yang akan masuk ke pemerintahan dengan semangat nasionalisme yang tadinya tinggi. Itu tidak salah, malah kita harus mulai berani untuk menjadi orang yang benar dan membangun komunitas di pemerintahan yang bisa sama-sama membangun Indonesia. 

Pada awalnya mungkin kita akan jadi berbeda karena rasa nasionalisme kita untuk membasmi korupsi, tapi berbeda itu tidak salah, korupsilah yang salah. Banyak sekali sekolah seperti yang ada di Indonesia bagian timur yang masih kurang dalam hal pendidikan, bahkan infrastruktur mereka dianggap tidak layak. Padahal anggaran yangg dialirkan sudah cukup banyak. Sebagai pemuda yang akan bergerak dari sekarang hingga masa depan, kita harus mengedepankan nilai nasionalisme dan patriotisme, disertai dengan integritas dan rasa tanggung jawab agar semua orang yang sudah berharap pada kita tidak kecewa, terutama untuk bangsa kita Indonesia.

Permasalahan kedua yang ada di Indonesia adalah apresiasi pada guru. Semua guru di Indonesia adalah pahlawan kita, tapi kenapa apresiasi kita masih kurang terhadap guru. Di luar negeri seperti Swiss dan Jerman yang nilai indeks pendidikannya tinggi, gaji seorang guru sangatlah tinggi dan sangat diapresiasi. 

Bahkan profesi sebagai guru sudah menjadi cita-cita mayoritas warga di sana karena mereka tahu betapa pentingnya peran guru dalam pendidikan. Tujuan apresiasi yang tinggi adalah untuk menciptakan suatu persaingan. Persaingan yang dimaksud adalah suatu persaingan sehat, baik bagi murid maupun guru. 

Dengan apresiasi yang tinggi, kita semua berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di bidang ilmu pengetahuan sehingga bisa membanggakan bagi negara Indonesia. Bahkan saat ada seorang siswa yang mempunyai pencapaian tinggi, gurunya pun diapresiasi dengan berbagai penghargaan.

Bukan berarti kita mengatakan bahwa kita gila akan apresiasi, tapi kita butuh suatu situasi kondusif dan bersaing untuk pendidikan kita. Itulah nasionalisme ynag seharusnya kita rasakan. Walau begitu, ucapan terima kasih yang mendalam tetap kami ucapkan kepada semua guru di dunia, kami akan melanjutkan tugas dan kewajiban itu untuk membangun negara ini.

Semua itu bisa menjadi berbagai referensi motivasi bahwa semua pekerjaan dan aktivitas di Indonesia bisa melakukan peran mereka masng-masing dalam membangun negara Indonesia. Hal yang terpenting adalah bagaimana wujud partisipasimu, apakah hanya akan mengkritik dan mengatasnamakan nasionalisme tanpa bertindak, ataukah kamu akan mulai berpartisipasi didalam bidang yang menurutmu kurang dan kamu mampu memperbaikinya. 

Jika hanya menggunakan ego, kita hanya akan mengkritik tanpa adanya aksi. Walau begitu, yang kita butuhkan sebagai pemuda adalah hati seorang pejuang Indonesia yang mau langsung turun tangan mengatasi masalah ynag menurut kita mampu untuk kita atasi. Disitulah taring Indonesia akan kembali bersinar di mata dunia. Konon, Indonesia pernah dijuluki "Macan Asia", mari kita kembalikan lagi kejayaan Indonesia. Kita Indonesia, kita pasti bisa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun