Mohon tunggu...
Azi MiftahRizqi
Azi MiftahRizqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Edukasi

Hai

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendidikan Sebagai Ilmu dan Seni

8 Desember 2021   13:14 Diperbarui: 8 Desember 2021   13:29 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SENI

Manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dengan berbagai kelebihan dan potensi, potensi yang dimilik oleh manusia bisa tumbuh maksimal jika diiringi dengan pendidikan dan Seni, keduanya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena baik pendidikan dan seni memiliki resultante nilai yang dibutuhkan oleh manusia.

Pengertian pendidikan itu sendiri  merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan sesorang. Pendidikan menentukan dan menuntun masa depan dan arah hidup seseorang. Walaupun tidak semua orang berpendapat seperti itu, namun pendidikan tetaplah menjadi kebutuhan manusia nomor wahid. 

Bakat dan keahlian seseorang akan terbentuk dan terasah melalui pendidikan. Pendidikan juga umumnya dijadikan tolak ukur kualitas setiap orang. Pendidikan adalah pembi­naan perkembangan. Selain kematangan fisik, perkemba­ngan ini hanya nampak dalam ekspresi yang berupa tanda-tan­da dan lambang-lambang vi­sual atau auditif. 

Oleh ka­re­na itu pendidikan dapat di­artikan sebagai pembinaan. Cara-cara untuk bereks­presi me­ngajarkan kepada anak-anak untuk dapat mampu, menghasilkan suara, perwu­judan rupa, gerakan dan ben­tuk-bentuk wujud lainnya.

Pada dasarnya pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan juga bisa dijalani melalui dua hal yakni pendidikan formal dan non formal.

Pendidikan formal ialah pendidikan yang bisa didapat dengan mengikuti kegiatan atau program pendidikan yang terstruktur serta terencana oleh badan pemerintahan misalnya melalui sekolah ataupun universitas. 

Pendidikan non formal ialah pendidikan yang bisa didapat melalui aktivitas kehidupan sehari-hari yang tak terikat oleh lembaga bentukan pemerintahan, misalnya belajar melalui pengalaman, belajar sendiri melalui buku bacaan serta belajar melalui pengalaman orang lain.

Secara umum pengertian seni adalah segala sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan dan mampu membangkitkan perasaan orang lain. 

Seni merupakan kristalisasi dari pro­ses pengembangan kre­ativitas da­lam melahirkan se­buah karya seni ser­ta menjadi sa­rana komunikasi antar ma­­nusia , bangsa dan Negara.

Ki Hajar Dewantara menge­mu­kakan bahwa: Seni adalah per­buatan ma­nusia yang timbul dari kehidupan perasaannya. Bersifat indah, sehingga dapat meng­gerakkan jiwa perasaan ma­nusia. 

Seni itu indah karena tumbuh dari jiwa yang indah. Seni berpengaruh terhadap jiwa pengamat. Seni mempengaruhi jiwa pengamat menjadi indah, se­pertii keindahan yang ada pa­da seni sehingga penga­mat men­jadi orang yang berhati indah dan luhur.

Herbert Read mengatakan bahwa seni  adalah sarana pendidikan seutuhnya. Seni memiliki peran sebagai media pendidikan salah satunya yaitu sebagai alat peraga untuk memperlancar proses belajar supaya lebih mudah memahaminya. 

Seni memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional.

Pendidikan sebagai paduan ilmu dan seni dikemukakan oleh A.S Neil. Menurutnya mendidik dan mengajar bukanlah suatu ilmu tapi adalah seni. 

Mendidik yang diartikan sebagai seni ialah abagaimana kita dapat hidup dengan anak anak dan dapat mengerti anak-anak sehingga seolah-olah kita menjadi seperti anak-anak.

Hubungan antara pendidikan dan seni bisa ditemukan dalam proses pendidikan formal ketika guru mengajar di kelas dengan menggunakan pelbagai macam metoda dan model pembelajaran. 

Model-model pembelajaran tersebut lahir dari sentuhan seni dan kreatifitas para pendidik diseluruh belahan dunia, kita banyak teori-teori model pebelajaran dalam pendidikan.

Sebuah bukti kisah nyata yang dibuat film yang terkenal Tere Zamen Vaar  yang menceritakan kisah seorang murid yang mederita disleksia yang sebenarnya anak tersebut memiliki kecerdasan sampai datang seorang guru dengan jiwa seni yang tinggi yang menggali penyebab anak tersebut tidak bisa membaca dan menulis samapai akhirnya guru tersebut mampu menemukan solusi atas penyebab anak tersebut tidak dapat membaca dan menulis.

Pendidikan adalah pembi­naan perkembangan. Selain kematangan fisik, perkemba­ngan ini hanya nampak dalam ekspresi yang berupa tanda-tan­da dan lambang-lambang vi­sual atau auditif. 

Oleh ka­re­na itu pendidikan dapat di­artikan sebagai pembinaan. Cara-cara untuk bereks­presi me­ngajarkan kepada anak-anak untuk dapat mampu menghasilkan suara, perwu­judan rupa, gerakan dan ben­tuk-bentuk wujud lainnya. Anak-anak berbicara mela­lui ba­hasa intuisi, bahasa rasa, sehingga ras­ionalnya tidak ber­fungsi. 

Sensitivitas sangat tinggi ini­lah yang harus dipupuk. Kepekaan akan ter­asah sam­pai beranjak de­wasa. Justru sensitivitas ini se­nantiasa dibekukan dengan ber­bagai pa­ham, dokrin yang disam­pai­kan dipesan orang tua atau guru. Ke­­nyataan ini dapat kita rasa­kan da­lam kehidupan nyata saat ini.

Meminjam istilah Plato seorang ahli filsafat yang sangat terkenal, menyatakan bahwa seni seharusnya menjadi dasar pendidikan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa sesungguhnya seni memiliki posisi, peran, dan fungsi yang sangat penting bagi dunia pendidikan. 

Salah satu konsep pendekatan yang memiliki takaran yang pas adalah education throught art atau pendidikan melalui seni yang pada dasarnya merujuk pada konsepsi art education atau lebih dikenal sebagai seni yang digunakan dalam pendidikan atau seni sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan.

Konsep pendidikan melalui seni diterapkan di sekolah-sekolah umum seperti SD, SMP, SMA/MA. Pendekatan pendidikan melalui seni terasa amat penting dan signifikan dalam proses belajar mengajar di sekolah umum. Tentu dengan pertimbangan jika pembelajaran yang dilakukan di sekolah harus menempatkan seni sebagai suatu proses kreasi dan rekreasi. 

Di mana proses pembelajarannya mengutamakan rekreatif. Baik guru maupun siswa mengolah proses pembelajaran dengan cara yang menyenangkan dan menghibur. 

Hal tersebut sejalan dengan konsep pendidikan melalui seni maka pendidikan seni berfungsi sebagai media bermain, yang bermanfaat dalam mencapai bentuk keseimbangan atas kejenuhan yang dihadapi siswa dengan rutinitas pembelajaran yang kognitis teoritis.

Perwujudan atas konsep education through art atau pendidikan melalui seni adalah menempatkan seni sebagai media untuk mencapai tujuan pendidikan. 

Pada tataran konsep ini maka pendidikan seni budaya berkewajiban mengarahkan keberhasilan dan ketercapaian  tujuan  pendidikan di sekolah secara umum hadir sebagai alat untuk memberikan keseimbangan rasional dan emosional, intelektual dan sensibilitas.

Pendidikan melalui seni akan mudah diterapkan di sekolah-sekolah jika sekolah dan perangkatnya, guru, siswa bersama-sama memahami tentang konsep pembelajaran seni di sekolah adalah rekreatif. 

Seni sebagai media atau alat mencapai tujuan pendidikan menempatkan seni sebagai wadah sekaligus bungkus setiap proses belajar mengajar di mana dalam pelaksanaannya menekankan pada segi proses dan produk dan bukan hasil semata. 

Pendidikan seni di sekolah tidak untuk mencetak seniman atau ahli seni melainkan sebagai wahana berekspresi dan berimajinasi, rekreasi sekaligus berkreasi.

Melalui pendidikan seni di sekolah akan terpenuhi keseimbangan rasional emosional dan motorik kinestetik.  Kegiatan tersebut bisa di eksplorasi melalui kegiatan berkarya dengan materi seni tari, seni musik, seni teater, seni rupa, seni multimedia, sastra atau seni-seni lainnya menyesuaikan kemampuan sekolah. 

Perkembangan kemampuan atau kecerdasan rasional emosional dan motorik kinestetik ini sungguh amat penting dalam dunia pendidikan anak dan pendidikan seni budaya mampu memenuhi kebutuhan itu. 

Jika diibaratkan otak manusia terdiri dari banyak rongga yang harusnya terisi, lalu ada satu rongga yang kosong, sebut saja rongga untuk kesenian, maka otak manusia menjadi tidak lengkap.

Lalu bagaimana pendidikan seni bisa menjadi media mencapai tujuan pendidikan? Hal  tersebut tentu bisa dimaknai jika pendidikan seni budaya sangat terbuka untuk digunakan konsepnya pada mata pelajaran yang lain. 

Seperti telah disebutkan di atas jika seni budaya bisa menjadi wadah atau bungkus, maka seni akan menjadi pilihan yang sangat signifikan untuk membungkus proses belajar mengajar mata pelajaran apapun sehingga menjadi  menarik.

Contoh kasus bagaimana mengajar matematika dengan menyanyi, mata pelajaran kimia dengan memanfaatkan gambar poster sebagai sarana untuk membuat rumus-rumus penting, belajar  bahasa Inggris dengan menyanyikan lagu-lagu barat lalu para siswa menerjemahkan  syairnya ke dalam bahasa Indonesia. 

Belajar fisika dengan projek multi media, pelajaran sejarah, geografi, PKN, sosiologi dengan dibungkus permainan drama atau film pendek. Pelajaran biologi dengan memanfaatkan konsep pameran untuk memajang hasil penelitiannya mendekorasi ruang pamer adalah pekerjaan kreatif yang telah biasa di asah dalam mata pelajaran kesenian. 

Atau dengan perencanaan yang matang bisa membuat projek akhir tahun secara bersama-sama menggabungkan berbagai mata pelajaran dalam satu momen yang digarap menarik dengan mengaplikasikan model pembelajaran integrative.

Guna mencapai sebuah pendekatan pendidikan melalui seni, model sejenis ini sejalan dengan proses  pembelajaran rekreatif. konsep ini bisa diaplikasikan dengan cara bermain. 

Pembelajaran diberikan secara menyenangkan dengan kegiatan yang bersifat rekreatif, menghibur dan ringan serta menyenangkan. Konsep ini sangat baik untuk pertumbuhan jiwa anak-anak. Kegiatan bermain sekaligus menjadi penyeimbang dan penyelaras untuk perkembangan fisik dan psikologis siswa. 

Perkembangan fisik ditandai dengan perubahan kecerdasan fungsi motorik, fungsi kinestetik, fungsi suara, dan lain-lain,  harus disalurkan dengan aktivitas yang tepat. Perkembangan psikologis yang berkaitan dengan kognitif, sosial, moral dan bakat  perlu sarana pengembangan yang tepat pula. Dan konsep yang paling strategis  yakni belajar sambil bermain.

Pendidikan seni dapat digunakan sebagai sarana bermain siswa seperti yang sudah diulas sebelumnya,  jika ditinjau dari perspektif anak, upaya pendidikan seni sebagai media bermain sangat cocok untuk melepaskan ketegangan yang dirasakan ketika mereka mengikuti pelajaran yang membutuhkan daya pikir dan konsentrasi yang tinggi. 

Menurut peserta didik pendidikan seni dapat dikatakan sebagai pendidikan yang rekreatif artinya bentuk pendidikan yang dapat menghibur atau menyenangkan hatinya. 

Oleh sebab itu setiap guru seharusnya dapat menciptakan aktivitas bermain dalam setiap pembelajarannya baik melalui pola-pola permaianan yang sudah ada maupun pola permainan yang dikembangkan sendiri.

Jika melihat kasuistik pembelajaran seni budaya di lapangan maka seni budaya menjadi salah satu pelajaran yang kondisional. Hal tersebut mengingat banyaknya masalah dalam proses belajar mengajarnya. 

Mata pelajaran seni tidak diajarkan oleh guru dengan latar belakang pendidikan kesenian, keterbatasan kemampuan guru seni budaya yang hanya memiliki kompetensi satu bidang seni sementara bakat seni peserta ddik beragam, keterbatasan sekolah dengan tidak adanya guru yang berkompeten seni atau berbakat seni, keterbatasan sekolah yang tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai, atau keterbatasan kemampuan peserta didik dari segi kemampuan ekonomi.

Melihat permasalahan di atas maka banyak hal bisa dilakukan untuk memecahkan keterbatasan -keterbatasan tersebut dan mengubahnya menjadi kekuatan dan peluang. Tidak maksimal bukan berarti tidak kreatif. Seorang guru seni apapun latar belakangnya, harus kreatif menghadapai setiap tantangan dan hambatan menjadi peluang.

Bagi guru kesenian yang tidak memiliki latar belakang pendidikan seni maka ia bisa berperan aktif di lingkungan MGMP mata pelajaran Seni Budaya. Karena biasanya MGMP memilki program yang bentuknya peningkatan kemampuan, bisa juga dengan cara mengambil kursus-kursus pendek yang diselenggarakan oleh dinas terkait atau belajar secara mandiri di sanggar-sanggar seni yang ada. 

Jika masalah timbul diakibatkan kemampuan sekolah dalam memfasilitasi sarana dan prasarana maka seorang guru seni budaya harus kreatif dan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk lebih mengeksplorasi daya kreasinya.  Contoh ada sekolah di daerah pinggiran berdekatan dengan sawah dan padang rumput. 

Melihat lingkungan seperti tersebut, banyak hal bisa dilakukan misalnya membuat gambar dengan model sawah maka bawalah siswa ke sawah untuk berkegiatan proses belajar mengajar.  Di sawah banyak bebek yang sedang bermain, ajaklah para siswa mengamati gerak-gerak bebek lalu sesampainya di sekolah, guru dan siswa eksplorasi bersama membuat tari bebek. 

Melihat rerumputan yang tumbuh subur di sekitar sekolah yang beraneka ragam, ajaklah para siswa untuk mengambil beberapa jenis rumput lalu lakukan kegiatan mengolah rumput tersebut bersama-sama, misalnya rumput  dikeringkan, diawetkan, lalu rumput tersebut bisa dijadikan media untuk membuat kerajinan. Bahkan jika dikemas dengan menarik, diberi pengharum, bisa dijual ke toko tertentu yang menyediakan pernak pernik kerajinan. Bisa juga berkarya dengan memanfaatkan barang-barang bekas di sekitar tempat tinggal menjadi karya seni rupa yang artistik.

Ada sekolah yang terbatas karena tidak memiliki ruang yang memadai untuk kegiatan pentas atau pameran, maka banyak hal kreatif bisa dilakukan. 

Selain mengadakan kegiatan dikelas cobalah untuk bereksperimen misalnya dengan mengadakan pameran seni rupa di lapangan parkir, di sawah, di kebun belakang sekolah, di jalan desa, dan masih banyak tempat bisa di eksplorasi. Saat praktik musik siswa menggunakan instrumen imitatif  bunyi hasil buatan sendiri seperti galon bekas, alat dapur bekas, botol bekas untuk mendapatkan bunyi ritmik atau perkusi. 

Jika mau mengadakan pementasan, berikan motivasi kepada siswa agar semua hal yang berhubungan dengan kostum, properti, artistik dibuat dan dikreasikan sendiri dengan memanfaatkan barang-barang yang ada disekitar atau barang-barang lama menjadi pelengkap pertunjukan sehingga siswa tidak harus mengeluarkan biaya besar untuk memenuhi pembelajaran praktiknya.

Mata pelajaran seni memang idealnya diberikan di sekolah minimal dua cabang seni misalnya tari dan musik atau seni rupa dan teater, atau cabang seni lainnya, namun jika melaksanakan keempatnya bisa saja dengan menyesuaikan kemampuan guru, sekolah dan lingkungan yang ada. Jika lingkungan sekolah banyak pohon bambu, tanah liat, pasir, rumput, gunakan bahan-bahan tersebut untuk mengeksplorasi media dalam menciptakan karya seni.

Lalu apa kaitannya dengan konsep pendidikan melalui seni, yang sedang di bahas? Berbagai contoh tersebut Semua dilakukan bersama-sama, semua siswa dilibatkan baik secara fisik maupun emosional. Bapak Ibu gurunya gembira, siswanya pun turut senang sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dan konsep tersebut bisa diaplikasikan untuk semua mata pelajaran. Membungkus proses belajar mengajar dengan kreativitas, karena pengalaman kreativitas mampu membuka simpul-simpul cara berpikir kritis dan  inovatif. 

Dengan pendidikan yang dibungkus kreativitas ini maka seluruh bentuk kecerdasan akan bisa di asah dalam satu kegiatan. Kelak kecerdasan inilah yang akan banyak digunakan dalam memecahkan dan menjawab persoalan-persoalan yang menantang dari mata pelajaran lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun