Memulai bisnis memang tidak semudah yang kita bayangkan. Akan banyak rintangan dan halangan ketika bisnis kita mulai terbentuk dan berkembang. Bisnis pada umumnya berkembang sangat baik pada tahun ke-5. Pada tahun pertama hingga tahun ke-4, jatuh bangun akan menjadi makanan sehari-hari seorang pebisnis.
Tapi teori ‘semakin tinggi pohon tumbuh semakin besar badai yang dihadapi’ juga nggak salah. Semakin besar bisnis yang kita tekuni akan banyak pula pesaing yang akan menjatuhkan kita atau mungkin permasalahan internal yang akan menggerogoti bisnis kita. Nah, Ippho melalui bukunya “10 Jurus Terlarang” mencoba memberikan asupan bergizi bagi para pebisnis agar usahanya tidak datar-datar melulu, tetapi dapat mengalami peningkatan yang signifikan. Apa saja jurusnya? Simak uraian berikut.
1. Mulailah dengan yang kanan
Perusahaanmu tidak akan berkembang pesat jika hanya mengandalkan perhitungan diatas kertas saja. Harus ada terobosan-terobosan di luar nalar otak kiri, disinilah peran otak kanan sangat dibutuhkan. Jika kamu ingin sukses, maka jadilah orang gila. Bukan gila sakit jiwa, tapi gila dalam ide dan kreativitas. Dengan membiasakan otak kanan dalam berbisnis tanpa mengesampingkan otak kiri, maka kita dapat melakukan banyak kreativitas dan inovasi untuk mengembangkan perusahaan kita.
2. Rancanglah DNA sedini mungkin
DNA disini adalah singkatan dari Dream and Action. Albert Einstein mengatakan “Dunia ciptaan kita adalah produk dari pemikiran kita. Itu tidak akan berubah tanpa mengubah pemikiran ktia”. Pasti sebagai pelaku bisnis kita punya impian. Selagi impian kita positif dan selagi kita masih punya kesempatan, ya sudah, lakukan saja!
3. Terjunlah seperti rollercoster
Bon Jovi sempat berpesan “Life is like a rollercoster”. Hidup itu bagai rollercoster, ada kalanya naik ada kalanya turun. Jadi ketika kita sedang turun atau merosot, ya nikmati saja, karena banyak hikmah yang terkandung didalamnya. kok bisa? Pertama kemerosotan akan menempa mental, kedua akan banyak pelajaran yang kita dapatkan, ketiga kerendahatian, keempat bumbu dalam bisnis dan terakhir akan melatih kreativitas kita “The power of kepepet”.
4. Berdamailah dengan badai
Kejadian aneh akan kamu temui jika pergi ke Filipina. Filipina terkenal sebagai negara yang rutin disambangi badai besar tiap tahun. Menjelang badai, masyarakat Filipina malah kalem dan adem ayem. Tidak panik. Inilah yang dimaksud berdamai dengan badai. Bagi mereka adalah mustahil untuk menyingkirkan badai. Jadi mau tidak mau yang dilakukan adalah hidup bersama badai. “not avoid the problem, but live with the problem”.
5. Duduklah sama rendah
Thomas Friedman dalam bukunya World is Flat mengatakan, “Apabila anda ingin mengasah kemahiran yang berbasis otak kanan, maka lakukanlah sesuatu yang anda cintai”. Dalam membangun usaha kita perlu mengandalkan tim. Team itu singkatan “Together Everyone Achieves More”. Community plesetan dari come in unity. Bersama tim kita ‘duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dan berbisnis sama untung”.
6. Gantilah gelar dan jabatan
Kita harus membranding diri kita sebaik mungkin. Misalnya jabatan sales executive diplesetkan jadi marketing executive atau pesuruh kantor menjadi office boy. Setelah membranding diri kita, kita perlu mengenalkan diri kita kepada orang lain agar bisnis kita diketahui banyak orang. Mislanya dengan menyebarkan kartu nama.
7. Masuklah ke surga paling dulu
Konon pada suatu saat nanti di pintu surga, berdirilah dosen, dokter dan ulama. Dulunya selama di dunia dosen telah mendidikan banyak mahasiswa, si dokter telah menyembuhkan banyak orang, dan si ulama telah membimbing banyak orang yang berdosa. Walhasil, masing-masing menganggap dirinya paling berjasa, sehingga masing-masing merasa berhak untuk masuk surga paling dulu. Merekapun berebut. Tiba-tiba datanglah pengusaha. Mereka menyambutnya, “Nah ini dia pengusaha kita, beliaulah yang membangun kampus, membangun klinik, dan donatur tetap ibadah kami”. Akhirnya mengingat jasa-jasa si pengusaha maka baik dosen, dokter maupun ulama rela untuk mengalah.
8. Biarkan kudeta terjadi
Seorang ahli merek Alex Wipperfurth malah mengusulkan pendekatan yang benar-benar terbalik dan asyik! Melalui karya kontroversialnya Brand Hijack: Marketing without marketing, ia malah menyarankan agar merek dijadikan kanvas kosong. Kemudian, konsumen diberi kebebasan untuk mewarnainya. Bahasa vulgarnya, kosumen dibiarkan merebut bahkan membajak (hijack) merek tersebut! Yah, mirip-mirip kudeta, tetapi bukan petaka.
9. Waspadai zaman edan
Lima tahun terakhir dan 5 tahun kedepan adalah zaman edan sekaligus zaman waras. Kenapa disebut zaman edan? Karena semuanya berjalan berbalik arah. Terus, kenapa pula disebut zaman waras? Karena memang begitulah seharusnya, Setidaknya argumen ini dapat ditelusuri dari 5 tren bisnis belakangan ini. Pertama pursuit for sprituality. Kedua societal marketing. Ketiga people power. Keempat pursuit for simplicity dan terakhir positivity insurrection.
10. Matilah dengan tenang
Untuk menggapai sukses seorang individu hendaklah menyandang dua bekal yang saling berolak belakang. Apa itu? Passion dan compassion. Selain itu kita juga harus membekali diri dengan charity dan conscince. Dan yang sangat mendesak, kita harus membangun bisnis dengan spiritualitas yang tinggi. Bilamana spiritualitas sudah di tangan, barulah seorang pelaku bisnis boleh berseru, “Bersainglah untuk menang, hiduplah dengan senang, dan matilah dengan tenang”.
Penulis merupakan owner dari www.bajukelas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H