Azhar Inas Rasya - Â Mahasiswa Pendidikan S0siologi FIS UNJ
Pandemi COVID-19 mengejutkan dunia pada awal 2020, Dilaporkannya kasus pertama terkait infeksi virus yang bersumber dari pasar grosir hewan di wuhan, china. Meskipun sumber perantara asal dan penularan ke manusia tidak diketahui dengan jelas, namun besar dugaan virus terkait virus dari hewan kelelawar. Dengan cepatnya penyebaran antar manusia akan virus ini, telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan global. Denga kondisi krisis saat ini, ditengah pandemic covid-19 telah mempengaruhi pengenalan teknologi digital di semua bidang aktivitas manusia lebih dalam daripada sebelumnya.
Sejak diumumkannya hasil analisa mengenai proses penularan virus ini, diketahui bahwa penyebarannya melalui mulut, hidung dan tangan (yaitu, menyentuh mulut, hidung atau mata), hal ini maka, kontak pribadi dengan individu lain berkorelasi dengan kemungkinan tertular COVID-19.Â
Tindakan pencegahan dilakukan terutama intervensi dari pemerintah untuk pembatasan sosial, menjaga jarak, hingga isolasi. Meskipun tidak ada yang bisa meramalkan bagaimana perubahan cepat ke pekerjaan digital akan mempengaruhi situasi kerja dan penyebaran bentuk kerja digital di masa depan, penggunaan teknologi digital jelas meningkat, setidaknya untuk sementara, sebagai akibat dari pandemi COVID-19.
Media digital sebagai Ruang Virtual masa pandemi Covid-19
Transformasi digital mengarah pada sebuah transformasi kerja, yang melibatkan reorganisasi pekerjaan dan akhirnya mengubah cara orang bekerja (Anderson-Connolly et al., 2002). Dalam konteks ini, penerimaan teknologi baru sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari menjadi suatu hal sangat penting dan tidak terelakan. Perkembangan teknologi sendiri sangat masif terasa memasuki abad 21 ini. Trend hidup pun berubah seiring perkembangan yang juga mengubah pola-pola kehidupan manusia diberbagai aspek tanpa terkecuali.Â
Segala kemudahan dengan teknologi mencadi suatu kewajaran. Namun, penerimaan dan implementasi baru perilaku karena teknologi baru yang sebelumnya bertahap dengan periode waktu tertentu dalam keadaan normal dan meliputi adaptasi unntuk teknologi menjadi bagian dari rutinitas dalam aspek sehari-hari.
Kini munculnya COVID-19 menyebabkan adaptasi ini untuk diterapkan lebih cepat dari pada dalam keadaan normal. Bisa dibayangkan perubahan atau perbindahan segala aspek mengintegrasikan teknologi dengan cara baru (misalnya, teknologi pembelajaran jarak jauh) yang tidak pernah dibayangkan, dipaksa untuk beradaptasi lebih cepat.
Media dan perangkat digital memainkan peran yang jauh lebih penting dalam pandemi ini, berbeda dibandingkan dengan krisis atau pandemi sebelumnya ,penyebaran berita hoax/ informasi yang salah dan kepanikan tetapi juga memainkan peran penting dalam membantu orang menghadapi dampak fisik isolasi dengan menawarkan bentuk hubungan sosial yang dimediasi untuk mengurangi kebosanan dan kesepian.
Tindakan pengendalian penyebaran virus COVID-19, bersama aturan pembatasan yang ada, memaksa instansi perusahaan untuk dapat bekerja di rumah, yang telah meningkatkan kerja jarak jauh secara substansial.Â
Peningkatan ini telah memperjelas bahwa sebagian besar bekerja dari rumah membutuhkan pengintegrasian teknologi yang ada ke dalam rutinitas kerja sehari-hari. Tetapi juga, pembatasan ini telah menciptakan kesadaran yang lebih besar bahwa bekerja dari jarak jauh, dengan menggunakan teknologi yang ada dimungkinkan, bahkan untuk pekerjaan yang biasanya dilakukan di kantor. Inovasi ini juga terbukti dalam perawatan kesehatan.Â
Dengan dikembankannya telemedicine penyedia perawatan kesehatan dari jarak jauh oleh dokter selama Covid-19, kemungkinan besar praktek ini tidak akan dibuang ketika dunia pada akhirnya pulih. Begitu pun industri restoran juga tidak akan terlihat sama setelah virus mereda. Restoran telah menjadi salah satu bisnis yang paling terpukul dalam pandemi, dan dunia pasca-Covid-19 perlu menemukan cara inventif agar pelanggan merasa aman. Ini mungkin termasuk langkah-langkah seperti peningkatan jarak antara pelanggan dan meminimalkan kontak manusia melalui, misalnya, pemesanan dan pembayaran digital.
Teknologi dan kebudayaan modern George Simmel
Simmel mengklaim bahwa kehidupan modern kompleksitas, dimana Kecepatan waktu, kalkulasi, dan ketepatan, dibutuhkan oleh kerumitan dan keluasan kehidupan modern ini. klaim simmel ini pun semakin jelas dimana saat ini, menjauhkan diri atau penciptaan batas jarak sosial sebagai salah satu langkah mitigasi untuk mencegah pandemi didukung oleh tindakan sosial manusia melalui jejaring dan menjauhkan diri dari kelompok dan pertemuan sosial mengingat sifat kehidupan modern yg dikemukakan simmel  yang semakin real-time, difasilitasi oleh gadget.
Dalam pemahaman Simmel tentang perkembangan dari ilmu pengetahuan dan teknologi modern, objektivisasi budaya subjektif memang dipahami sebagai bagian dari satu kompleks. Teknologi sendiri merupakan budaya objektif (objective culture), sebagai salah satu bentuk wujud kebudayaan manusia. Melalui teknologi inilah kita melihat manifestasi dari jiwa manusia yang selalu ingin melampaui keterbatasannya untuk menjadi lebih, lebih, dan lebih. Dan di masa pandemi covid-19 ini dengan sistem kenormalan Baru  mendikte dan mendefinisikan kembali hubungan dan memantau aktivitas manusia , menjadi budaya fleksibel dan konektivitas yang terus berkembang dengan perkembangan saintifik juga teknologi.
Karena sangat begitu mungkin aspek-aspek kehidupan yang telah mengalami perubahan juga perkembangan pengaruh dari pandemi covid-19 ini akhirnya menjadi suatu realitas sosial yang tak terelakan dan membangun pola masyarakat masyarakat yang diperbarui yaitu  transisi dari modernisme atau menuju postmodernisme.
Refrensi :
http://lsfcogito.org/membaca-tragedi-kebudayaan-g-simmel/
https://www.degruyter.com/fileasset/craft/media/doc/DG_12perspectives_socialsciences.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H