Mohon tunggu...
Azhar Hakimi
Azhar Hakimi Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia Pembelajar

Mengabdi untuk Negeri Sebagai Labour Inspector/ Pengawas Ketenagakerjaan Disnaker Propinsi Sumatera Utara Contact me: WA: 081376989789

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebangkitan Islam di Kota "Daging Kuda"

20 Maret 2021   17:30 Diperbarui: 27 Maret 2021   21:02 1464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis bersama isteri (Nina Juliana) saat berada di salah satu sudut keindahan Kabupaten Humbang Hasundutan (16 Jan 2021)

 Wilhelm yang penasaran langsung bertanya kepada orang tua tersebut. Orang tua tersebut dengan sabar menjelaskan tentang Islam sebagai agama rahmatan lil alamiin. Setelah mendapatkan penjelasan seputar Islam, Wilhelm langsung memutuskan masuk Islam. Wilhelm Sihite pun berubah nama menjadi Rahmat Sihite.

 Rahmat Sihite yang sudah lama tak pulang kampung mendapati kabar bahwa kedua orang tuanya rindu kepada Rahmat. Rahmat berkirim pesan kepada orang tuanya di kampung bahwa Rahmat sudah memeluk agama Islam. Rahmat akan pulang bila kedua orang tuanya masuk Islam.

 Mendengar kabar tersebut, kedua orang tua Rahmat sangat bersedih. Ibunya yang sangat merindukan Rahmat terus menangis tanpa henti. Sampai suatu saat ibunya mengalami kebutaan akibat terlalu sering menangis. Namun Rahmat bergeming pada pendiriannya. Ia tetap tidak akan pulang sebelum kedua orang tuanya memeluk agama Islam.

 Sampai pada suatu saat akhirnya ayah Rahmat bersedia menerima permintaan Rahmat. Ayahnya mengajak ibunya memeluk agama Islam. Alasan utamanya adalah demi bisa bertemu kembali dengan anaknya.

 Mendengar kabar bahwa kedua orang tuanya masuk Islam, Rahmat pun sangat bergembira. Rahmat pulang ke kampung halamannya sesuai dengan janjinya. Rahmat bertemu dengan kedua orang tua yang sangat dicintainya. Tidak lama setelah Rahmat pulang, mata ibunya kembali pulih dan dapat melihat kembali. 

 Kepulangan Rahmat ternyata membawa perubahan bagi kampungnya. Masyarakat di kampungnya mulai mengenal Islam dengan baik. Saat itu tidak kurang dari delapan puluh orang akhirnya memeluk Islam. Kegigihan Rahmat dan keluarga mengembangkan ajaran Islam di kampungnya berbuah manis. Sampai kini, kampung kelahiran Rahmat menjadi perkampungan Islam yang terus berkembang.

 Belajar dari Khalil Basyah dan Keluarga

Sebagai keturunan ketiga dari Rahmat Sihite, Khalil Basyah ternyata tak kalah gigih dalam memperjuangkan bangkitnya Islam di Dolok Sanggul. Seperti sebuah kebetulan, nenek Khalil (isteri Rahmat Sihite) adalah seorang muallaf. Ibu Khalil juga seorang muallaf. Demikian pula isteri Khalil adalah seorang muallaf. Khalil dan kerabatnya terus mendorong kemajuan Islam. 

 Sebagai pengusaha kemenyan yang sukses di tengah kondisi Islam yang minoritas, Khalil Basyah melanjutkan perjuangan pendahulunya dengan sangat baik. Tak sedikit harta dan tenaga yang sudah digelontorkan Khalil Basyah dan keluarga untuk kemajuan Islam di kampungnya.

"Tantangan kami di sini adalah pemurtadan. Kalau ummat muslim sudah tidak makan, maka akan mudah dimurtadkan. Oleh karena itu, kami berjuang meningkatkan perekonomian ummat Islam di Dolok Sanggul ini" ucap Khalil dengan mata berkaca-kaca.

Sampai Jumpa kota “Kepingan Surga”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun