Merdeka secara finansial merupakan kehidupan yang sangat diidam-idamkan bagi semua keluarga. Dengan kondisi finansial yang stabil, maka kesejahteraan keluarga dapat meningkat.
Keluarga tidak akan merasa cemas dengan kebutuhan primer maupun keubutuhan sekundernya, tidak terkecuali biaya pendidikan untuk anak -- anak Mereka di masa yang akan datang. Kondisi keuangan yang stabil merupakan salah satu factor pendorong bagi keluarga untuk meningkatkan taraf hidup bagi keluarga maupun anggota keluarganya untuk mengakomodir semua kebutuhannya.
Kondisi pertumbuhan ekonomi global yang dilihat dari mulai terbentuknya jaringan ekonomi antara Negara satu dengan Negara lainnya mebuat turbulensi  ekonomi di suatu Negara yang berdampak secara langsung terhadap Negara lainnya. Hal ini tentu dapat memicu terjadinya wabah finansial yang sering disebut sebagai krisis ekonomi atau krisis keuangan.
Terjadinya krisis keungan sendiri secara tidak langsung akan sangat mempengaruhi terhadap kesejahteraan keuangan masyarakat. seperti yang terjadi di Zimbabwe dan Vanezuela, krisis ekonomi selalu berdampak buruk terhadap daya saing perekonomian masyarakat.
Kegagalan ekonomi keluarga tidak semata-mata disebabkan oleh krisis keuangan yang terjadi disuatu Negara. Ketidak fahaman terhadap manajerial keuangan juga sering menjadi sebab utama kegagalan ekonomi yang menyebabkan kesulitan finansial keluarga.
Proses pengambilan keputusan dan kebijakan ekonomi keluarga menyumbang terhadap permasalahan ekonomi, kesalahan dalam melakukan manajemen hutang juga sering menjadi penyebab utama perekonomian keluarga tumbuh dengan lamban bahkan stagnan.
Pola hidup masyarakat di Indonesia yang masih cenderung konsumtif juga dapat menjadi salah satu penyebab kegagalan secara finansial. Sebagian masyarakat di Indonesia masih membelanjakan uang mereka untuk hal-hal jangka pendek. Masyarakat di Indonesia sendiri masih sangat jarang yang memiliki perencanaan keungan untuk jangka menengah atau bahkan jangka panjang.
Menilik dari berbagai masalah yang ada, terkait kesalahan pengelolaan keuangan dan ancaman krisis ekonomi membuat pendidikan finansial sangat dibutuhkan. Pendidikan finansial dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap cara pandang yang bijak terkait pengelolaan keuangan berdasarkan pada skala prioritas yang dibutuhkannya, bukan terhadap apa yang mereka inginkan.
Dengan cara ini, diharapkan taraf konsumtif belanja masyarakat dapat dikendalikan. Pendidikan finansial harus diberikan sedini mungkin kepada anak-anak di dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan pendidikan formal seperti sekolah-sekolah. Dengan pendidikan keuangan yang benar, dapat menjadikan anak terbiasa mengelola keuangan secara bijak dan menjadi bekal yang sempurna untuk masa yang akan datang.
Melihat realita yang ada, sangat jarang bagi keluarga maupun sekolah-sekolah yang membuat "kurikulum" tersendiri perihal pendidikan finansial kepada anak-anak untuk tidak berperilaku konsumtif yang kurang produktif. Kurikulum yang ada saat ini juga masih belum menjadikan pendidikan finasial sebagai salah satu mata pelajaran yang perlu dipahami oleh siswa.  Sehingga banyak orang tua dan guru menganggap pendidikan finansial bukan merupakan  life skill yang perlu dimiliki oleh anak mereka.
Selain kurikulum, kultur masyarakat kita masih beranggapan bahwa berbicara uang dengan anak merupakan hal yang tabu. Hal inilah yang menyebabkan anak sangat minim literasi finansial. Memberikan edukasi tentang uang sebenarnya merupakan hal yang sangat mereka butuhkan untuk masa depan mereka.
Hal ini akan menjadikan anak tumbuh dengan sikap yang kurang menghargai uang. Sikap inilah yang pada akhirnya membuat anak menjadi pribadi yang kurang bijak dalam penggunaan uang. Mereka akan membelanjakan uang untuk barang atau benda yang mereka sukai bukan mereka butuhkan.
Memberikan pendidikan finansial kepada anak bukan hanya soal mengajari mereka tentang uang. Namun pendidikan finansial lebih dari itu, selain memberi mereka pelajaran tentang uang kita juga perlu memberi pengatahuan tentang mengelola uang. Dengan memberikan literasi finansial, diharapkan anak akan lebih bijak dalam membelanjakan uang yang mereka miliki.
Peranan orang tua sebagai sumber petama anak dalam mengenal uang tidak bisa diabaikan. Pola belajar anak yang lebih menekankan apa yang mereka lihat dari pada apa yang mereka dengar menjadikan orag tua sebagai rol medel yang akan dicontohkan oleh anak dalam melakukan manajemen keuangan. Selain orang tua, peranan guru di sekolah juga tidak dapat dipisahkan.
Sekolah sebagai tempat anak mengenal hal-hal baru merupakan tempat yang sangat penting bagi anak untuk mengenal pendidikan keuangan. Berbagai transaksi jual beli serta belanja anak terjadi di sekolahan. Oleh karena itu, guru perlu melakukan sinergisitas dengan orang tua dalam hal memberikan pengawasan serta pengarahan dalam hal pendidikan finansial terhadap anak.
Fakhry Azhar, Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Peradaban
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H