Pedagang itu berkata, "Ibumu membesarkanmu untuk menjadi bodoh, bukan pintar," yang dijawab Phool, "Ibuku membesarkanku pintar; aku bisa melakukan pekerjaan rumah."Â Percakapan ini terjadi setelah pedagang tersebut menguji pengetahuan umum Phool, yang membuatnya kesulitan menjawab.
 Menyakitkan melihat bagaimana perempuan masih terpinggirkan dari pendidikan yang layak, dan di era modern ini, beberapa masih percaya bahwa perempuan tidak perlu pendidikan tinggi.
Sebagai kesimpulan, Laapataa Ladies mengangkat isu ketidaksetaraan gender, dengan fokus pada peran patriarki dalam masyarakat India yang membatasi hak dan pilihan perempuan.Â
Film ini menyajikan dua pandangan bertentangan tentang pernikahan: satu yang didasarkan pada cinta, seperti yang terlihat pada Deepak dan Phool, dan satu lagi yang didasarkan pada perjodohan paksa, seperti yang ditunjukkan melalui cerita Jaya tentang penindasan dan kurangnya kebebasan.Â
Melalui Jaya, kita melihat dampak merusak dari pernikahan yang diatur yang dipertahankan oleh budaya patriarki, membuat perempuan seperti dia tidak mampu mengejar impian mereka atau memilih jalan hidup mereka.Â
Akhirnya, film ini mempromosikan pesan penting bahwa perempuan berhak mendapatkan kebebasan untuk memilih dan menekankan pentingnya kebebasan individu dalam menentukan masa depan seseorang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H