Huft, semoga di kantin nanti aku bisa bertemu kembali dengan gadis bermata cemerlang itu.
Tunggu, apa yang baru kukatakan tadi?
Aku ke kantin bersama Aram dan Wahid. Seperti biasa, kami memilih nongkrong di warung yang menjual gorengan. Aram segera memesan kopi, dan Wahid mengajakku berbincang mengenai sepak bola. Sebenarnya itu topik kesukaanku, tapi sekarang aku sedang tidak ingin membicarakannya. Sebab mataku sedang jelalatan kemana-mana.
Ayolah, gadis itu pasti terlihat di satu tempat. Kantin saat istirahat pertama ini sangat ramai. Sayangnya, sampai selesai jam istirahat, aku belum melihat keberadaan gadis itu. Yang ada, Wahid heran dengan kelakuanku yang lebih sering diam dan salah menyahuti kalimatnya.
“Az.”
“Iya Hid, jadi dimana si pemilik klub merah hendak berkurban?”
“Az, tidak ada yang membicarakan soal kurban. Fokus, Az, fokus.”
“Eh iya, iya, maaf Hid.”
Begitulah kawan, sesi nongkrong kami saat istirahat pertama berakhir.
-------------------------------------------