Egianus Kogoya. Sepak terjangnya dalam berbagai aksi teror memang sudah tidak perlu dipertanyakan. Berbagai aksi teror di Papua berada di bawah kepemimpinannya. Meskipun aksinya terhitung baru, tetapi namanya sudah merajai daftar buronan. Bahkan aksi teror sudah menjadi makanan sehari-harinya. Tidak main-main, setidaknya sudah lebih dari 65 aksi teror yang ia kepalai.Â
"Kejam" mungkin adalah kata yang tepat untuk melambangkanDengan berbekal kemampuan penguasaan medan, dirinya mampu keluar masuk hutan dan pegunungan bak raja hutan. Semua ia dan kelompoknya lakukan demi tercapainya Papua Merdeka dan menarik perhatian pemerintah. Bahkan dirinya tak segan-segan melakukan teror secara terang-terangan terhadap proyek yang tengah digarap pemerintah
Kecakapannya dalam membangun relasi, juga menjadi momok menakutkan bagi warga dan pemerintah. Relasi menjadi ujung tombak dalam menggerakan aksinya, salah satunya adalah bagaimana ia mendapatkan senjata yang digunakan untuk menebar teror. Dilansir dari Kompas.com (12/2/2023), Egianus memiliki banyak pasokan senjata api yang sebagian besar berupa rampasan. Diperkirakan saat pertama kali dirinya beraksi, kelompok Egianus telah memiliki kurang lebih 20 pucuk senjata api. Bak belati di salah tuan, kumpulan senjata ini sangat memudahkannya dan kelompoknya melakukan aksi teror di tanah Papua.Â
Awal Kisah Sepak Terjang
Pria yang kerap keluar masuk hutan untuk menebar teror ini merupakan petinggi KKB yang berlokasi di Kabupaten Nduga. Sang Ayah yang juga merupakan tokoh OPM, rupanya mewariskan bakat kepada anaknya. Bagai buah jatuh tak jauh dari pohonnya, Egianus muda yang masih berusia 19 tahun, sudah melanjutkan jejak sang ayah untuk melakukan pemberontakan.
Salah satu aksi kejahatan pertamanya adalah pada tahun 2017, yang dimana kelompok Egianus menyerang para pekerja pemerintah yang sedang membangun proyek jembatan di sekitar Distrik Yigi. Menurut pernyataan Kombes Faizal Ramadhani yang dikutip dari laman Kompas.com (12/2/2023), kelompok Egianus 1 pekerja proyek jembatan tewas dan 1 anggota TNI terluka. Sejak saat itu, ia rutin melakukan aksi teror yang menyebabkan setidaknya 46 orang tewas di tangan kelompoknya. Diperkirakan, 34 korban berasal dari masyarakat sipil, dan 12 korban berasal dari aparatur keamanan negara.
Tidak berhenti sampai situ, pada bulan Juni di tahun berikutnya, kelompok Egianus berhasil melakukan penyerangan terhadap pesawat Twin Otter PK-HVU milik maskapai Dimonim Air rute Timika-Kenyam. Aksi yang menyebabkan kopilot pesawat tersebut terluka, dilakukan di lapangan terbang Kenyam yang merupakan ibu kota Nduga. Bak jagoan kandang, hampir seluruh tindak kejahatannya dilakukan di Kabupaten Nduga. Setidaknya, Egianus telah malakukan 10 aksi besar yang menimbulkan banyak korban pada 1 tahun pertamanya sebagai KKB.
Tujuan KKB dan Kelompok Egianus
KKB sendiri merupakan istilah yang muncul untuk menggantikan penyebutan OPM. Tetapi yang tidak banyak disadari oleh masyarakat awam adalah OPM dan KKB memiliki perbedaan dan bukanlah organisasi yang sama.
Dilansir dari Tribunjateng.com (29/4/2021), Ali Kabiay selaku tokoh pemuda Papua menjabarkan perbedaan KKB dan OPM itu sendiri. Menurut Kabiay, OPM merupakan organisasi yang telah lama punah dan yang kini melakukan tindak terorisme di tanah Papua saat ini adalah KKB. OPM sendiri merupakan organisasi yang dibentuk sebagai wadah untuk melakukan gerakan pro-kemerdekaan Papua. Tidak semua unsur dalam OPM melakukan aksinya dengan senjata dan kekerasan. Banyak diantara mereka yang bergabung dengan OPM sebagai simpatisan dan pendukung dari gerakan tersebut.
Sedangkan KKB merupakan istilah yang dibuat oleh TNI-POLRI untuk kelompok separatis yang melakukan aksinya dengan mengangkat senjata. Diantara unsur-unsur yang ada di dalam OPM, terdapat kelompok bersenjata yang memperjuangkan kemerdekaan Papua dengan mengangkat senjata. Kelompok tersebut adalah Tentara Pertahanan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM). Hal ini membuat aparat keamanan negara memberi mereka label Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Tujuan utama dari pemberian nama tersebut adalah agar lebih mudah untuk mengidentifikasi pelanggaran yang dilakukan oleh TPN-OPM. Mereka yang tertangkap akan langsung ditahan atas tindak kriminal yang mereka lakukan.
Jika berbicara tujuan, KKB memiliki tujuan awal yang selaras dengan OPM, yaitu untuk memperjuangkan kemerdekaan Bumi Cendrawasih dari Ibu Pertiwi. Hal ini dikarenakan KKB pada awalnya masih merupakan bagian dari OPM. Gerakan yang mereka lakukan pada mulanya adalah melakukan serangan langsung kepada pasukan-pasukan aparat keamanan negara. Tujuan serangan-serangan tersebut adalah untuk mempertahankan organisasi dan ideologi mereka.Â
Tetapi pada saat ini, gerakan yang dilakukan oleh KKB lebih berfokus pada penyebaran teror terutama pada warga sipil. Sebagian besar sasaran dari tindak kriminal yang dilakukan KKB adalah warga sipil serta proyek-proyek maupun jaringan logistik yang memiliki pengaruh bagi kesejahteraan rakyat Papua itu sendiri. Punahnya OPM, membuat KKB menjadi bergerak masing-masing dan terbagi menjadi beberapa kelompok.Â
Salah satu kelompok yang menjadi momok bagi masyarakat adalah Kelompok Egianus Kogoya yang kerap melakukan teror di Kabupaten Nduga. Dilansir dari Kompas.com (11/2/2023), terdapat lima kelompok besar KKB yang beroperasi di Papua. Kelompok-kelompok tersebut berada di bawah kepemimpinan Lekagak Telenggen, Egianus Kogoya, Jhony Botak, Demianus Magai Yogi, dan Sabinus Waker. Tetapi yang menjadi kelompok paling berbahaya adalah kelompok Lekagak Telenggen dan Egianus Kogoya.Â
Pada dasarnya, tujuan besar dari kelompok Egianus adalah membebaskan diri dari NKRI. Tetapi tujuan penyerangan dan tindak kriminal yang dilakukan oleh Egianus adalah untuk memberikan peringatan kepada pemerintah agar tidak bermain-main dengan KKB. Oleh sebab itu, banyak pergerakan yang bersifat menyerang proyek pemerintahan dan melakukan sandera.
Tragedi Susi Air
Keganasan kelompok Egianus kembali membuktikan keseriusan mereka dalam melakukan aksi teror. Sudah hampir dua bulan yang lalu atau tepatnya pada tanggal 7 Februari 2023, kelompok Egianus melakukan sabotase terhadap pesawat Susi Air. Selain menyabotase dan membakar pesawat tersebut, kelompok Egianus juga menyandera pilot pesawat bernama Philips Methrtens dan juga lima penumpang lain.
Dilansir dari Kompas.com (10/2/2023) Irjen Mathius D. Fakhiri selaku Kapolda Papua menyebutkan bahwa aksi sabotase ini berkaitan langsung dengan penyerangan 15 pekerja bangunan Puskesmas Paro yang dilakukan oleh kelompok Egianus. Dirinya berpendapat bahwa kelompok Egianus mengira bahwa pesawat tersebut merupakan upaya penyelamatan 15 sandera tersebut. Serangkaian penyanderaan tersebut membuktikan bahwa KKB tidak segan-segan untuk melakukan tindakan berbahaya demi melindungi eksistensi kelompoknya.Â
Penutup
KKB masih menjadi tantangan besar bagi Pemerintah Indonesia. Pelanggaran HAM yang kerap kali dilakukan oleh KKB, membuat banyak pihak resah dan mengganggu keamanan warga Papua itu sendiri. Egianus Kogoya sendiri merupakan salah satu pemimpin besar dari salah satu kelompok KKB paling berbahaya. Meskipun masih berusia 24 tahun, tetapi pengalamannya dan penguasaan terhadap medan tempur menjadi titik kuat ia dan kelompoknya. Oleh karena itu, diharapkan kepada segenap aparatur keamanan negara untuk menghadapi KKB secara bijak. Strategi yang dilakukan harus meminimalisir korban jiwa dan berfokus pada pemutusan rantai pasok kelompok Egianus Kogoya.
Sumber : Kompas.com
          Tribunjateng.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H