Mohon tunggu...
Azfa Muzayyin XII_MIPA_2
Azfa Muzayyin XII_MIPA_2 Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang mencoba menjadi artist yang professional walaupun gambarannya aneh-aneh

Nama Saya Adalah Azfa Muzayyin Ramdhan. Bersekolah di SMAN 1 Padalarang berumur 18 tahun, sedang menyukai bidang seni yaitu seni menggambar. Ntah apakah tulisan saya menarik itu pilihan anda, yang pastinya saya menulis karena 2 hal, 1 yaitu hal pertama adalah karena tugas yang diberikan (Novel Sejarah) harus di upload dalam situs ini maka saya membuat akunnya. hal kedua mungkin akun ini ntah akan terus berlanjut saya gunakan atau tidak.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kursi Roda Hana

1 Maret 2022   20:10 Diperbarui: 1 Maret 2022   20:25 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                Ketika sudah sampai, ia langsung menyuruhku lagi agar dirinya bisa duduk di tempat duduk taman itu. “Eh Nad! Itu coba bantuin aku duduk disana coba!” ucap hana sambil menghampiri tempat duduk disana. “Weh mohon maaf saya bukan pelayan yah, kecuali mau bayar saya, silahkan saya bantu!” jawab diriku dengan kesal. “Uihh gitu amat kamu, hmm... yaudah nanti aku bayar deh, sekarang bantu dulu aku!” ucap dirinya dengan gampang. “Okeh janji ya! Yang ingkar janji nanti pantanya bisul!” ucap aku dengan mengangkat jari kelingking. Kemudian iapun menyetujuinya dan aku langsung membantu ia duduk di taman sana.

Disana ia membaca buku dengan menikmati sejuknya udara taman dan aku menunggunya sembari mendengarkan musik. Tentu aku juga tetap sadar untuk menjaganya jika terjadi apa-apa.

Sudah beberapa lama di dekat gerbang sekolah ada yang memanggil ke arah kami, ternyata itu adalah ibu Hana yang akan menjemput Hana. Kemudian aku membawanya pergi menuju ibunya yang sudah menunggu. Disana ibunya langsung berbicara padaku. “Ohh kamu Nadim yah? Kata hana kamu yah yang suka bantu-bantu dia? Makasih banget yah udah ngejagain Hana.” Ucap ibu Hana kepadaku. “Ohh ngga papa bu!” jawab diriku kepada Ibu Hana. “Lahh tadi katanya pengen dibayar?” tanya Hana kepadaku. “Ishh ngga ah tadimah cuman becanda doang!” jawabku kepada Hana dengan sedikit memarahinya. ­“Ohh begitu? Yaudah ini nih buat Nadim..” ucap ibunya sembari memberikan uang. “Eh ngga ibu, gapapa beneran, nanti kalo saya bantu lagi jadi gaenak, yaudah saya pulang dulu bu!” ucapku dengan menolak pemberian Ibu Hana dan pergi.

                Pada hari minggu diriku diajak untuk bermain kerumah nya, katanya ia memiliki koleksi buku yang aku inginkan. Ya, memang aku kurang suka membaca, tetapi membaca komik itu lain lagi. Akupun berangkat kerumahnya di jam 8 pagi, Rumahnya berwana hijau dengan pagar coklat dan nomor 40. Ku pencet bel di rumah tersebut, ternyata keluarlah dari depan pintu, menyuruh ku untuk masuk. Akupun masuk dan dia langsung mengarahkanku masuk ke kamarnya. Di dinding pada kamar itu di cat warna merah muda selayaknya perempuan yang menyukai hal-hal imut, dan dibagian kirinya terdapat lemari buku yang tidak terlalu besar, tetapi mungkin sudah bisa dikatakan sebagai perpustakaan pribadi.

                Ia pun langsung menunjukkan komik yang aku inginkan. “Nih kamu mau baca Silent voice ini kan?” ucap dirinya. “Wih kamu punya toh, aku pinjem yah? Udah lama pengen baca ini...” ucap diriku dengan senang. “Ambil aja, atau mau aku spoiler dulu ga?” ucapnya dengan sedikit tertawa. “Eh jangan dong! Saya tidak mentoleran orang yang suka spoiler!” ucapku dengan sedikit menaikan nada. “Hahaha, iyah deh iya!” ucap Hana.

                Setelah itu ia pun ingin pergi ke taman yang ada di kompleknya, karena ia sangat menyukai udara segar ketika membaca. Biasanya ia ditemani oleh pembantunya Mbok Eti, berhubung dia bersamaku, akhirnya akulah yang ia ajak. Tentu, ia akan menyuruhku membantunya duduk di kursi taman itu, Katanya duduk di kursi taman sangat nyaman. Kita pun saling membaca buku yang dibawa. Ia sangat menyukai buku geografis, ia bisa mengetahui ada apa saja yang ada di muka bumi ini. Kita membaca sampai siang hari, untungnya di taman itu memiliki pohon-pohon yang besar, cukup untuk memayungi orang yang ingin bersantai disana.

                Saat selang waktu dirinya tiba-tiba bertanya padaku “Nad! Akankah waktu bisa diputar kembali?” ucapnya. Akupun menjawab dengan tidak serius “Kalau ada tombol rewatchnya bisa sih!”. “Lah, jawab yang serius dong!” ucap dirinya dengan kesal.

                “Andaikan waktu bisa diulang... andaikan takdir bisa kupilih... mungkin aku bisa memposisikan diri menjadi seorang wanita yang kuat, yang bisa pergi kemanapun ku mau...” ucapnya sambil melihat ke arah langit. Aku disana kembali terdiam oleh perkataannya. Disana hening seketika, Akupun masih memikirkan apa yang harus ku jawab dengan perkataannya. “Itulah manuisa, tidak berdaya, cukup mengikuti arus takdir membawa...” jawabnya terhadap perkataan yang ia ucapkan. Aku masih diam terpaku di taman itu. Hanya mendengarkan apa yang Hana katakan. Aku lihat dengan sekilas ia mulai tercucur air mata. Ia pun langsung memalingkan wajahnya dan mengelapnya. Aku saat itu pura-pura saja tidak melihat dan kembali berdiam. Kemudian ia langsung mengajakku untuk kembali kerumahnya. Aku yang saat itu hanya bisa membantunya menemani.

                Tanggal 19 April ia menyuruhku untuk hadir ke perayaan ulang tahunnya. Ia mengundang teman-teman sekelas dan beberapa kerabatnya. Satu hari sebelumnya ia menyuruhku untuk menemaninya mencarikan baju untuk perayaannya. “Eh baju yang ini bagus ga?” tanya dia kepadaku. “Oh.. bagus-bagus!” jawabku. “Kalau yang ini bagus ga?” tanya lagi dirinya. “Oh bagus juga” jawab lagi diriku. “Lah ko bagus semua?” tanya kembali ia padaku. “Ya bajunya mah ya pasti bagus-bagus, harusnya nanya baju ini cocok ga? Gitu...” jawab kembali kepadanya. “Humm iyadeh iya...” ucap Hana. Lalu ia pun menyerah meminta saran dariku, alhasil dia memilih sendiri baju yang akan ia kenakan. Seperti biasa, di mall tersebut kami selalu dilirik oleh orang-orang lewat. Ketika sudah membeli baju yang diinginkan, kami mampir dahulu ke tempat minuman disana. “Ga di sekolah ga dimana, diliatin terus sama orang-orang. Kenapa ya” tanya diriku pada Hana. “itumah kamu kali, jalannya aneh! Haha!” jawab Hana dengan tertawa. “Ohh iya jangan lupa yah buat besok, kamu kasih aku kartu ucapan yah! Ingat yang ingkar janji nanti pantatnya bisul!” ucapnya dengan senyuman. “Iya-iya saya mengerti tuan putri!” jawabku pada Hana.

                Kemudian hari tersebut pun tiba. Perayaannya dilakukan jam 8 pagi, tidak ada aturan untuk dresscode nya, ntah aku yang kurang update, tetapi biarlah baju yang aku pakai sangat biasa saja. Aku datang sedikit terlambat karena terjebak kemacetan. Disana sudah banyak orang-orang yang hadir, ada teman sekelas juga. Mereka berpakaian sangat menarik. Mungkin cuma aku yang pakaiannya aneh. Aku berdiri di depan pintu rumahnya, mencari-cari dahulu apakah Hana ada di dalam. Kalau langsung masuk sendiri, rasanya sangat malu-malu in, jadi aku tunggu di luar saja. Kemudian Hana melihatku sudah datang. Dengan kursi rodanya ia mendorong dengan kedua tangannya menghampiriku. “Nah loh terlambat, jangan diulangi lagi ya!” ucap Hana. “Maaf kejebak macet tadi, macet dirumah sih hehe” ucapku sambil menggaruk-garuk kepala. “Yaudah silahkan masuk sini! Oh iya mana kartu ucapanmu?” tanya dia kepadaku. “Ohh ini aku bungkus dengan warna merah muda, sesuai dengan warna kamar kamu” jawab aku.

                Kemudian aku memasuki rumahnya, di dalam sana aku serasa yang paling kudet dengan style baju yang biasa-biasa saja. Akupun disana mencoba banyak hidangan-hidangan yang semuanya enak. Jarang sekali aku mencoba yang seperti ini, apalagi belum pernah aku melakukan perayaan ultah sampai semewah ini. Lalu disana, ia membaca satu per satu kartu ucapan yang diberikan. Buruknya aku, tidak pandai menulis bahkan hanya sebuah kartu ucapan. Alhasil aku menuliskan di kertas tersebut bahwa “hei aku tidak tau apa yang harus aku tulis, jadi intinya nanti saat sedang membaca kartu ucapan ini, kamu pura-pura aja ketawa dan senyum yah, biar yang lain ga tau kalo aku gabisa bikin kartu yang begini doang” tertulis disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun