Mohon tunggu...
Azfa Muzayyin XII_MIPA_2
Azfa Muzayyin XII_MIPA_2 Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang mencoba menjadi artist yang professional walaupun gambarannya aneh-aneh

Nama Saya Adalah Azfa Muzayyin Ramdhan. Bersekolah di SMAN 1 Padalarang berumur 18 tahun, sedang menyukai bidang seni yaitu seni menggambar. Ntah apakah tulisan saya menarik itu pilihan anda, yang pastinya saya menulis karena 2 hal, 1 yaitu hal pertama adalah karena tugas yang diberikan (Novel Sejarah) harus di upload dalam situs ini maka saya membuat akunnya. hal kedua mungkin akun ini ntah akan terus berlanjut saya gunakan atau tidak.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kursi Roda Hana

1 Maret 2022   20:10 Diperbarui: 1 Maret 2022   20:25 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Novel Kursi Roda Hana

Dirinya tersenyum padaku, dan kubalas dengan memalingkan pandangan dengan cuek.

Pelajaran selanjutnya adalah pelajaran sejarah. Ia terlihat mencari-cari akan sesuatu. Ku amati dengan jauh, rupanya ia lupa tidak membawa alat tulis. Acuh tak acuh ku perhatikan. Haruskah ku beri pinjam alat tulisku? Dirinya terlihat kebingungan, semua murid di kelas tidak ada yang mempedulikan. Ada-ada saja kelas ini.

Ketika sedang melirik kesana-kemari, ia pun melirik ke arah ku. Tak sengaja kita saling tatapan, kemudian ia langsung melancarkan kesempatan untuk meminta bantuan. “Mmm... permisi kak, boleh minta bantuannya?” ucap dirinya dengan malu-malu. Tumben-tumbenan aku dibilang kakak. Sifatnya yang lemah lembut, terpikirkan olehku jika saja ia bertemu dengan perudung. Pastilah ia akan dirudung habis-habisan.

“Ohh.. mau minta apa emangnya?” jawab diriku dari pertanyannya. “ini kak, aku tadi kelupaan bawa pulpen, kakak bawa pulpen lebih? Kalau punya, saya boleh pinjam kak?” tanya lagi ia kepadaku.

Dimeja ku hanya terdapat 1 pulpen dan 1 pensil. Aku tidak terlalu suka menggunakan pulpen karena jika salah dalam menulis sulit untuk diperbaiki. Karena tidak terlalu dibutuhkan, ku pinjamkan saja pulpenku. “okeh, ini aku pinjemin pulpen nya! Trus kalo ngomong gausah pake kakak, toh kita juga seumurankan?” tanya padanya sambil memberikan pulpen.

                “Terimakasih kak, kalau begitu saya boleh tau nama kakak?” tanya balik ia kepadaku. “Panggil aja Nadin, dan jangan panggil lagi pake kakak, saya geli dengernya” jawab diriku sambil kembali memperhatikan pembelajaran. “Makasih Nadin, nanti saya kembalikan pulpennya” jawab ia sambil melihat kearahku dengan senyum.

                Singkat cerita bel sekolah sudah berbunyi. Murid-murid sudah bubar pada pembelajaran. Aku melihat diluar kelas ada satu orang asing yang sudah menunggu. ­­“Ohh ibunya kah?” gumam diriku. Setelah itupun aku langsung keluar kelas sembari melirik orang asing itu.

Langit cerah mulai memudar pada sore itu, di ikuti awan mendung yang menghampiri. Tetes air yang mula-mula membasahi tepat pada hidungku dan membuatku terbangun. Aku berbaring di bawah pohon yang dikelilingi rumput hijau sambil mendengar lagu membuatku tertidur lelap sampai lupa akan hari mulai gelap. Kulihat jam tanganku ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore.

“Wahh, sudah mau hujan...”

“Ya ampun, sudah jam 5 sore... Aku harus cepat ke stasiun!”

Akupun langsung bergegas mengemas tas dan pergi meninggalkan tempat tersebut. Saat itu adalah sepulang sekolah, aku sering bahkan selalu pergi ketempat tersebut setiap pulang sekolah menghabisi waktu. Jarak antara tempat tersebut dengan stasiun cukup dekat, dengan jalan kaki 15 menit sudah sampai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun