Mohon tunggu...
Azfa Muzayyin XII_MIPA_2
Azfa Muzayyin XII_MIPA_2 Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang mencoba menjadi artist yang professional walaupun gambarannya aneh-aneh

Nama Saya Adalah Azfa Muzayyin Ramdhan. Bersekolah di SMAN 1 Padalarang berumur 18 tahun, sedang menyukai bidang seni yaitu seni menggambar. Ntah apakah tulisan saya menarik itu pilihan anda, yang pastinya saya menulis karena 2 hal, 1 yaitu hal pertama adalah karena tugas yang diberikan (Novel Sejarah) harus di upload dalam situs ini maka saya membuat akunnya. hal kedua mungkin akun ini ntah akan terus berlanjut saya gunakan atau tidak.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tangisan Hati Melihat Negri

21 November 2021   14:53 Diperbarui: 21 November 2021   15:03 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka datang dengan membawa senyuman seolah-olah mereka adalah penyelamat yang sangat diharapkan. Dimodalkan dengan satu kesamaan, banyak dan bahkan hampir semua mengira mereka adalah cahaya penerang bagi negeri ini. Banyak rakyat-rakyat yang termakan oleh perkataan mereka.  Meskipun diri ini harus menggunakan tempat yang mereka buat, bukan menjadi masalah agar kesejahteraan negeri dapat ditegakkan.

Angin berhembus  diiringi hujan berguyur di tempat itu. Ingin rasanya diri ini mencari tempat berlindung untuk hangatkan tubuh. Akan tetapi terlihat pemandangan yang sangat memilukan untuk dilihat. Mereka sangat-sangat kelelahan untuk melanjutkan pelatihan tersebut. Penindasan di depan mata sangatlah tak dapat menghentikan tubuh ini mendekati perwira-perwira jepang itu.

Badan yang tadinya merinding kedinginan, langsung berubah seketika melihat perlakuan mereka terhadap kawan seperjuangan. “Hentikan sekarang juga pelatihan ini!” Gatot berkata dengan tatapan marah di hadapan perwira tersebut. Bukannya tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Gatot, tetapi memang mereka sengaja mengacuhkan perkataan Gatot tersebut.

Lalu dikatakan kembali kepada mereka untuk menghentikan pelatihan, masih saja mereka menghiraukan perkataan Gatot. Pikir mereka bahwa bangsa ini bangsa yang bodoh, mereka kira pribumi terlalu takut untuk melakukan sesuatu. Gatot yang memiliki pengalaman dalam kemiliteran belasan tahun, ia mengetahui cara kerjanya kemiliteran.

Dirinya tidak tinggal diam, maka dilakukanlah Gatot untuk menghentikan penindasan tersebut, ia melepaskan dan membuang pedang dan atributnya. “Untuk apa saya menjadi Cundanco?” ucapnya  dengan penuh amarah seraya meninggalkan tempat latihan. Suasana seketika diliputi dengan ketegangan. Barulah perwira-perwira tersebut merasa cemas jika Gatot melaporkan kejadian disana kepada atasan mereka, mereka dianggap tak becus melaksanakan perintah dan kena marah.

Maka dihentikanlah pelatihan tersebut dan menyuruh para tentara untuk kembali ke asrama. Pedang dan atribut yang jatuh mereka bawa semua dan dikembalikan kepada Gatot untuk dipakai kembali. “Mohon komandan untuk dikenakan kembali pedangnya dan kami memohon maaf untuk melupakan  kejadian ini” ucap salah satu perwira jepang sambil mengasongkan atribut yang jatuh.

Sebagai prajurit yang profesional, Gatot memaafkan perbuatan mereka.“baiklah saya maafkan kalian, tetapi jika hal ini terlihat lagi saya takkan segan-segan laporkan kalian!” ucap gatot dengan gertakan yang tegas.

Semboyan-semboyan yang mengatakan bahwa Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia, Jepang Cahaya Asia ternyata hanyalah sebuah tipu muslihat belaka. Bantuan yang mereka berikan bukanlah suatu hal yang diberikan semata-mata. Topeng mereka terungkap, ternyata sama sahaja dengan bangsa barat kemarin. Rakyat-rakyat masih saja tertindas dan bahkan lebih-lebih diperas kepunyaan rakyat negri ini tuk kepentingan mereka.

Tentu Gatot merasa iba dengan keadaan rakyat pribumi ini. Dirinya selalu membantu menggunakan gajinya tuk membantu rakyat tertindas. “Nih pak silahkan digunakan untuk makan keluarga” ucap Gatot. “Hatur nuhun pak, bantuan dari bapak sangat-sangat berarti bagi kami” ucap rakyat dengan sangat berterimakasih.

Namun hal tersebut terlihat oleh salah satu pasukan jepang. Gatot pun langsung dilaporkan ke atasan atas perlakuannya. “Lapor Pak! Ada satu hal lan yang ingin dibicarakan” ucap perwira jepang kepada atasannya. “Keadaan sedang sulit begini, ada-ada saja satu masalahan yang datang, memangnya ada apa?” seru atasannya. “Daidanco Gatot berulah lagi pak, ia selalu berikan upahnya tuk bantu rakyat tikus-tikus.” Jawab perwira tersebut dengan lugas. “Hmmm sudahlah hiraukan saja perlakuannya, kalaupun ku potong upah yang dia terima, dia langsung ancam mundur kepadaku” Ucap atasannya dengan pasrah. “Memangnya kenapa kalaupun ia keluar dari kemiliteran ini pak? Bukankah lebih bagus sehingga takkan ada hal-hal seperti itu lagi?” tanya perwira tersebut menunggu jawaban. “Bukannya aku tak mau menendangnya, hanya saja akan merugi pihak kita kalau ia jadi pemberontak, bangunlah bangsa ini melawan kita, akan timbul masalah-masalah baru, Lagian kerjanya pun baik, tak perlu dijadikan permasalahan”. Jawab atasan tersebut dengan serius.

“Sudahilah omonganmu ini, ada hal yang lebih penting yang harus diurus, kembali ke tempat!” Suruh atasannya dengan tegas. “Baik Pak!” ucap perwira jepang dan berjalan kembali ke tempat penugasan.

1 tahun berlalu, selama penugasan, Gatot selalu membantu rakyat-rakyat miskin. Meskipun para perwira jepang mengancam perlakuannya itu, ia tetap lakukan hal tersebut. Dirinya pun akrab dengan bawahan-bawahannya, jika ditindas oleh orang-orang jepang, dirinya selalu membela bawahannya dan membantunya.  Perwira jepang itu mungkin sudah merasa bosan tak ancam Gatot lagi karena memang tak ada pengaruhnya bagi Gatot.

Simpang siur terdengar kabar yang menggemparkan. Entah berita tersebut relevan atau tidak yang mungkin menjadi suatu harapan agar ikatan yang membelenggu dapat lepas dari negeri ini. Namun mereka bertindak seperti biasa, seolah-olah tak terjadi apa-apa. Terlihat ada sesuatu yang mereka sembunyikan agar kami terus berada dalam keterpurukan.

“Keadaan kita sudah semakin terpuruk, Nagasaki dan Hiroshima sudah terjadi pengeboman disana, haruskah kita memberi tahu kepada pribumi tentang kekalahan kita?” tanya salah satu perwira dalam perundingan mereka. “Jangan beri tahu mereka! Meskipun kita sudah sangat dalam kekalahan, jangan biarkan mereka tahu, tetap peras kepunyaan mereka, sangkal semua berita tentang kekalahan kita.” Jawab kepala kepolisian jepang dengan membentak. Namun hal ini didengar oleh salah satu prajurit indonesia yang berada dekat dalam perundingan tersebut. Setelah mendengar hal tersebut dirinya bergegas melapor kepada Daidanco Gatot. “Komandan saya perlu bicara dengan komandan!” ucap prajurit kepada Gatot. “Baiklah, memangnya ada perlu apa tuk bicara dengan saya?” jawab Gatot dengan lugas. “Sebelum itu mari cari dahulu tempat yang aman komandan.” Seru prajurit itu dengan tergesa-gesa. “Baiklah!” jawab Gatot dengan mengerti.

Mereka pun mendekati salah satu gubuk tuk mencari tempat tertutup. “Jadi ada hal penting apa yang harus dibicarakan?” tanya Gatot kepada prajurit tersebut. “Saya mendengar dari perundingan orang-orang jepang, bahwa mereka sedang dalam keterpurukan, mereka tengah di bombardir oleh sekutu di bagian Nagasaki dan Hiroshima. Mereka terus berusaha bersikap kasar kepada kita walaupun mengetahui kekalahan mereka terhadap sekutu” bicara prajurit dengan lembut dan tegas. “Berarti kabar angin lalu lalang tersebut benar adanya” jawab Gatot dengan raut wajah mengkerut. “Baiklah, apakah ada informasi lainnya selain itu?” tanya Gatot kepada prajurit.

 “Ada komandan, satu informasi lagi dari para pemuda, yang saya dengar mereka tengah mengusahakan untuk melakukan proklamasi secepatnya setelah berita tersebut diketahui” jawab prajurit tersebut.

Setelah mendapat informasi tersebut Gatot langsung mengarahkan satu  anak buahnya untuk pergi ke Jakarta agar mendapat informasi lebih lanjut. Jum’at 17 agustus 1945 dibacakan oleh Soekarno Proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Berita tersebut langsung disebarkan ke seluruh indonesia. Salah satu anak buahnya telah kembali ke Banyumas tempat Gatot bertugas.

Disana langsunglah disebarkan berita bahwa Indonesia telah melakukan proklamasi kemerdekaannya. Respon Gatot bertindak cepat terhadap kabar yang didapatkan tersebut sekaligus dengan mengkonfirmasi kebeneran berita teresebut. Maka banyak diambil alih persenjaaan terhadap tentara jepang ole para pemuda. Ada perlawanan terhadap rencana tersebut. Tetapi dengan strategi yang tepat, Gatot dapat menaklukan para prajurit jepang. Gatot juga berhasil mengambil alih kekuasaan kepolisian dan diangkat menjadi Kepala Kepolisian seluruh karesidenan Banyumas.

Setelah perlawanan itu juga, keesokannya diadakan perundingan dengan perwira jepang dan BKR Banyumas. Karena pihak jepang dihadapkan dengan keadaan yang sangat terpuruk. Maka diputuskan dari perundingan tersebut bahwa jepang akan menyerahkan seluruh persenjataan yang mereka miliki. Banyumas saat itu memiliki persenjataan lebih sehingga bisa mengirimkan persenjataan mereka ke bagian BKR Jawa Barat.

Penaklukan terhadap pihak jepang berhasil dilakukan. Namun ada-ada saja orang yang serakah dengan kekayaan di negeri ini. Kemarin kita sudah usir mereka, kukira kapok ternyata masih haus akan keserakahan. Mereka datang kembali menginginkan perpecahan dan kekuasaan di negri kami. Jiwa-jiwa prajurit yang tekadnya sudah kuat tak mau terjebak dalam kesialan. Didapatkan informasi bahwa pasukan serikat berada di Benteng Willem I. Maka dilakukanlah penyerangan dengan Komando Gatot.

Meskipun persenjataan musuh lebih canggih dan kuat. Hal tersebut tidak menghalangi perjuangan. Gatot yang sudah berpengalaman dalam berperang, mempunyai strategi yang ampuh untuk menaklukan pasukan serikat. Dan yang terpenting jiwa-jiwa prajurit yang sudah sesak dan enggan jika harus ada penjajahan lagi. Lebih baik mati kalau mimpi buruk itu terulang kembali. Selama dalam pertempuran Gatot selalu menyerukan “Jagalah namamu jangan sampai disebut pengkhianat bangsa!”. Ucapannya menggema dalam prajurit-prajurit seperjuangannya, menambah semangat mengusir orang-orang barat itu.

Usaha tidak akan mengkhianati hasil, mereka berhasil menguasai wilayah ambarawa dari genggaman serikat. Tanggal 15 Desember 1945 pasukan serikat berhasil dipukul mundur melarikan diri ke tempat mereka berada. Karena keberhasilan pertempuran tersebut Gatot Subroto diangkat menjadi Panglima Divisi V Purwokerto menggantikan Kolonel Sutirto. Dirinya melaksanakan tugas dengan baik, selalu mengadakan inspeksi.

Tanggal 18 September 1948 sedang meletusnya pemberontakan PKI di Madiun. Kolonel Gatot Subroto ditugaskan kembali untuk memberantas pemberontakan tersebut. Permasalahan kali ini menjadi lebih sulit dituntaskan karena yang dilawan bukanlah bangsa luar yang terlihat perbedaanya melainkan bangsa sendiri yang entah orang tersebut kawan atau lawan.

“Anda ditugaskan untuk menumpas pemberontakan yang sedang berlangsung di Madiun” ucap salah satu utusan kepada Gatot. “Atas usulan siapa tugas tersebut?” tanya Gatot dengan tegas. “Atas Usulan Panglima Corps Polisi Militer yang telah melaksanakan rapat di MBAP Pak!” jawabnya dengan  sigap. “Baiklah Informasi diterima!” jawab kembali Gatot dengan tangkas.

Selanjutnya Kolonel Gatot mengadakan rundingan untuk mengatur strategi penumpasan pemberontakan PKI. Dengan sigap Kolonel Gatot mengerahkan komando penyerbuan di Madiun.  Dibantu dengan Nasution penumpasan ini seperti kucing mencari tikus yang terus kabur dan bersembunyi. Musso yang menjadi dalang pemberontakan itu ditembak mati ditempat  karena tetap berusaha melawan.

Gatot memiliki sifat yang khas, meskipun dirinya tegas terhadap bawahannya, ia juga mudah didekati oleh bawahannya. Penyampaian yang meksipun tegas tetapi memiliki sifat kehumorisan yang membuat dirinya dekat dengan anak buahnya dan juga rakyat. Pengambilan keputusan yang cepat akan tetapi penuh dengan perhitungan dan juga perkiraan yang diambil pun sesuai dengan apa yang terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun