"Lalu bagaimana dengan tato ini?" Bara gelisah.
Aysel hanya melirik sekilas.
"Dokter bilang, kondisiku belum cukup kuat untuk hapus tato."
"Dan kamu senang? Memperpanjang usia tatomu itu kan?"
"Ya."
Aysel mulai memejamkan mata menahan pedih.
Bara melanjutkan, "Tapi aku lebih senang memenuhi syarat pranikah darimu."
"Simpan pembicaraan ini sampai tamu-tamu pulang di hari sakral itu."
Bara mendekat, hampir menghilangkan jarak antara dirinya dan Aysel. Namun urun, ia mundur dan bergumam pelan: "Lelaki sebrengsek aku, diberi kesempatan membersamai wanita sepertimu, Sel. Episode bualan macam apa lagi ini?"
Kali ini, Aysel yang maju. Menyisakan jarak mata hanya dua jengkal saja. Nadanya bergetar, bergerak bersuara: "Sialnya, wanita baik-baik sepertiku harus kacau karena lelaki brengsek sepertimu! Itu yang mau kau dengar dari mulutku? Egomu puas?"
"Ya, sangat puas! Katakan lagi, Sel!"