Mohon tunggu...
Azam Akbar Hawariy
Azam Akbar Hawariy Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pemuda pengamat bola

Selanjutnya

Tutup

Bola

Cabe-cabean, Alay, dan Potensi Sepakbola Wanita Indonesia

22 Juli 2015   20:15 Diperbarui: 22 Juli 2015   20:22 1843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mari kita mulai berimajinasi. Andaikan sepakbola wanita sangat berkembang di Indonesia, akan banyak bermunculan supporter-supporter, dan tentunya akan didominasi oleh kaum pria. Para pria tentunya sangat bahagia sekali karena mendapatkan tontonan baru tidak hanya sepakbola yang dimainkan oleh kaum pria saja. 

Fenomena ini membuat image wanita Indonesia akan menjadi lebih kuat dan perkasa, baik penilaian dari para pria dalam negeri maupun masyarakat luar negeri. Keadaan ini, cepat atau lambat, akan membuat prestasi sepakbola wanita Indonesia terus berkembang dan mulai diperhitungkan di level Internasional. 

Kita bisa melihat Amerika Serikat yang baru saja menjuarai Piala Dunia Wanita 2015 (FIFA Women’s World Cup) di Kanada. Uniknya sepakbola bukan menjadi olahraga utama penduduk Amerika Serikat, tidak seperti di Indonesia. Mereka lebih suka basket, american football, dan baseball. Namun kenyataannya sepakbola wanita Amerika Serikat sangat maju dan bahkan bisa mengalahkan prestasi dari timnas sepakbola prianya.

Lalu bagaimana dengan prestasi sepakbola wanita Indonesia? Di level ASEAN pun timnas wanita Indonesia sama sekali tidak terdengar prestasinya. Selain itu, tidak ada sama sekali sorotan media tentang perkembangan atau pemberitaan sepakbola wanita Indonesia. Sangat disayangkan sekali padahal media punya peran penting dalam memberikan image bagi para penontonnya terkait dengan sepakbola wanita dan tentunya secara tidak langsung wanita Indonesia. 

Mari sekali lagi kita berandai-andai. Dengan adanya pemberitaan yang intensif tentang sepakbola wanita Indonesia, tentunya para pria akan semakin tersajikan dengan suguhan baru yang tidak kalah menarik ketimbang pemberitaan sepakbola pria di luar negeri, katakanlah seperti di Liga Inggris, Spanyol, atau Italia. Kemudian, perilaku para pria ini mulailah diamati oleh para wanita Indonesia, termasuk dan khususnya para cabe-cabean dan alay. 

Mereka mulai merasakan arti kehilangan (tsaah) karena mulai banyak para pria yang tidak memperdulikan ‘kelakuan’ mereka, karena lebih memilih para wanita Indonesia yang lebih kuat dan perkasa dengan melihat permainannya di dalam lapangan. 

Tentunya perubahan perilaku dan kebiasaan para pria ini ditanggapi legowo oleh para wanita Indonesia, sekali lagi termasuk dan khususnya para cabe-cabean dan alay, semata-mata agar kembali mendapatkan perhatian dari orang lain, terutama para pria. Mereka akan legowo merubah jati dirinya dan menunjukkan kepada semua pria bahwa mereka adalah wanita kuat dan perkasa. 

Para wanita Indonesia, termasuk cabe-cabean dan alay, tentunya akan terus termotivasi untuk menjadi sama dengan para wanita lain yang telah mampu berprestasi dengan menjadi atlet sepakbola wanita, dan tentunya yang ada di pikiran para cabe-cabean dan alay yang terpenting telah mampu dan berhasil mendapatkan perhatian kembali dari para pria. 

Motivasi diri dan juga kontribusi media dalam memberitakan perkembangan sepakbola wanita Indonesia tentunya akan membuat cabe-cabean mulai berubah, bukan lagi wanita lemah yang bisa-bisanya hanya mentok berusaha mencari perhatian para pria saja. Cabe-cabean akan berubah menjadi wanita yang dengan mudahnya mendapat perhatian dari para pria. Alay bukan lagi penonton yang selalu memeriahkkan acara music di pagi hari. Alay telah berubah menjadi tontonan menarik bagi para pria Indonesia, dengan jogging dan latihan fisik menjadi kesibukan baru di pagi hari. 

Secara tidak langsung pula, sepakbola wanita yang terus berkembang akan terus menggerus eksistensi para alay golongan pria karena mereka mulai sadar akan lemahnya dan memalukannya dirinya ketika melihat teman-teman wanitanya telah berubah dan mulai banyak yang berprestasi yang kemudian tidak mau lagi berteman dengannya.

Apa yang kita harapkan dari sepakbola Indonesia adalah sepakbola yang sebenar-benarnya dimainkan dan dinikmati oleh siapa saja. Perlu dicamkan terus di benak kita bahwa sepakbola adalah olahraga nomor 1 di Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun