“Siap, Robokop.”
“Ayah nggak bisa jemput, Sayang. Kita naik angkot atau taksi aja yah?” kataku pelan.
“Ih Mama nggak mau. Lizhal mau jalan-jalan dulu sama Om Faldan.”
Aku tidak bisa mengelak lagi. Fardan menggendong pangeran kecilku, membawanya berjalan menuju sebuah taman kecil yang terletak seratus meter di sebelah kiri sekolah bermain Rizhar. Aku hanya pasrah berjalan mengikuti mereka. Hingga kami akhirnya terdampar di sebuah kursi kayu di pinggir danau.
“Kamu benar Alika Farikhania?” katanya tiba-tiba.
“Tentu saja.”
“Aku berharap bukan.” katanya lirih sekali. Membuatku cukup tersentak.
“Apa yang masih kamu harapkan?”
Ya, aku tahu, film kita mulai berputar sekarang.
“Kamu bahagia?”
“Ya, bisa kamu lihat sekarang.”