Di negeriku, terik menyengat, keringat mengucur serupa roket-roket meluncur di langit Gaza
Menghajar kezaliman yang tak dapat lagi diperbincangkan dalam meja-meja
Wakil ku tak mendengar
Malah sibuk mengamini hutang, bancakan, bagi-bagi jatah demi keuntungan pribadi terus dikejar
Wakil ku sat-set, Â bagai kapal-kapal perang menuju ke perbatasan
Respon untuk memperpanjang perbudakan
Inilah keringatku! Yang menetes di jalan-jalan
Bentuk perlawanan paling kongkret
Sebab nasib kita tak dapat digantungkan pada ritual colak-colok gambar partai maupun foto-foto penipu ulung saban beberapa tahun sekali
Apakah bisa minta pengayoman perkara perut lapar? Anak-anak kurang gizi, juga masa depan generasi?Â
Sementara untuk mempertahankan sejengkal tanah yang diwariskan turun-temurun saja harus nyawa yang ditukar? O betapa mahal!Â
Kelaliman di mana-mana sama saja
Mengancam hidup anak-anak di masa depan
Entah bentuk sabu atau mesiu
Entah bentuk RUU atau hujaman peluru
Sementara keringatku hanya bisa membayar bensin, listrik dan kontrakan,Â
dan kuota untuk membaca berita-berita yang setiap hari makin bikin pusing kepala
Batin tersiksa kala membandingkan senyum anakku yang telah terbebani hutang negara semenjak kelahirannya
Dengan anak-anak Palestina yang kehilangan orangtuanya
Oktober 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H