Maka beliau kemudian tetap melanjutkan niatnya, dengan beberapa buaya yang pro terhadapnya, berenang, mengarungi air banjir, menyebar  ke  beberapa pemukiman Gemblongrejo.
Berharap dapat membantu apa saja yang manusia butuhkan. Tapi naas seperti yang diliput oleh banyak media, beliau dan banyak buaya lain itu malah ditangkap, dan jadi bahan tontonan khalayak ramai.
"Untunglah Le, aku berhasil kabur, beberapa buaya muda yang mengikutiku beberapa masih dalam tangkapan manusia-manusia itu." Mbah Bajul mengakhiri cerita singkatnya  diikuti sesunggukan. Masih sempat-sempatnya menghisap kopi di cangkir tutup  tremosnya. Matanya berkaca-kaca. Saya jadi ikut-ikutan sedih.
"Oalah Mbah, Sing Sabar Nggih."  saya mencoba  menenangkan beliau.
Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu. Saya bergegas bangkit membukanya , terlihat  wajah  Daeng Andi, Ketua RT 13 di  Kampung Sengon ini, di depan mata saya. Di belakangnya Kang  Simin dan Tarjo, Hansip nyentrik itu berdiri siap. Ternyata juga sudah banyak berkumpul warga di depan teras rumah saya.
"Dik, apa lihat seekor buaya lepas dekat-dekat sini?" Tanya sang Ketua RT. Belum sempat saya jawab, di belakangnya Kang Tarjo berteriak.
"Itu Pak! Itu buayanya!"
Sekejap riuh terdengar Ramai-ramai mereka berusaha menangkap Mbah Bajul, sementara saya masih terduduk lemas tak berdaya. Ckckck. Naas benar nasibnya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H