Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Ayyubi
Muhammad Irfan Ayyubi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Seorang bapak yang mengumpulkan kenangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Mbah Bajul Numpang Curhat

8 Januari 2020   11:06 Diperbarui: 9 Januari 2020   20:47 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kakek tua. (sumber: pixabay.com)

Maka berjam-jam kami habiskan dalam diam. Namun kami serasa beku. Larut dalam lamunan pada benak masing-masing.  Saya juga tak berani membuka obrolan, karena entah saya merasa hanya ingin menjadi pendengar seperti biasa, menunggu dan menunggu beliau membuka suara.

Mbah Bajul tak kunjung membuka suara. Matanya lamat-lamat menitikkan air mata. Saya jadi tak tega. Maka saya berinisiatif menghidupkan radio, mencari saluran dangdut kesukaannya, memutar volumenya agak keras supaya beliau terhentak oleh suara gendang dan bisa mencairkan suasana.

Tak lama benar saja beliau  mengikuti alunan musik dan ikut menyanyikan lagu yang sedang diputar radio.

Langit s'bagai atap rumahku...
Dan bumi sebagai lantainya...
Hidupku menyusuri jalan...
Sisa orang yang aku makan...

Lepas lagu habis beliau pun bercerita.

Malam tahun baru lalu, ceritanya sedari siang hari di tepi Kalirejo, Mbah Bajul benar-benar dalam mood yang baik. ia sedang asyik berenang dengan buaya lain. Beberapa sibuk mempersiapkan ranting-ranting kecil untuk bakar-bakar ikan ketika malam hari.

Loh, boleh dong, sesekali mereka-mereka menghibur diri setelah lelah dengan rutinitas sepanjang tahun yang memuakkan.

Mbah Bajul sudah merencanakan mengundang Kyai segala untuk memberi tausiyah singkat, supaya bukan sekedar kumpul-kumpul pesta makan-makan ikan bakar dan penuh keceriaan semata, namun juga Mbah Bajul berharap acara tersebut juga bermakna dan menjadi refleksi untuk kehidupan para buaya tahun yang akan datang. 

Selama ini bagi masyarakat, makhluk seperti mereka dicap negatif, padahal kan sama seperti makhluk-makhluk lain, buaya juga makhluk Tuhan. Mbah Bajul berharap acara malam tahun baru mereka bermakna, semoga selepas ini dapat menjadi buaya-buaya yang berguna, lebih baik lagi dan dapat bermanfaat bagi sekitar Kalirejo.

Namun ketika sore hari datang, awan gelap merayap perlahan di langit. Hujan yang tadinya rintik lama-lama menderas. Ditunggu-tunggu tak kunjung reda. Kalirejo sudah meninggi debit airnya. Semakin deras pula lama-kelamaan arusnya. Buaya-buaya pun kocar-kacir dibuatnya.

Semua ranting yang mereka kumpulkan hanyut, begitupula nasib ikan-ikan yang mereka tangkap. Semalaman itu air sudah tak tertampung Kalirejo.  Banjir besar pun melanda Gemblongrejo. Terdengar pula banyak korban tewas dalam musibah banjir kali ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun