BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertama, latar belakang atau alasan penulis menentukan judul di atas dan melakukan telaah atau analisis dengan berfokus pada satu tokoh yaitu Wak Katok dalam novel Harimau! Harimau! Karya Mochtar Lubis, dikarenakan penyusun tertarik dengan perwatakan/karakter dalam tokoh tersebut.Â
Novel ini memiliki kekuatan perwatakan pada setiap tokoh, ditulis oleh sastrawan yang juga seorang wartawan, Mochtar Lubis sempat dipenjara Sembilan tahun lamanya oleh rezim Soekarno. Ia juga aktif dalam bidang politik pada masa orde lama dan orde baru membuat tulisan-tulisannya sarat amanat dan terutama kritik terhadap rezim yang berkuasa.Â
Dalam novel ini, watak manusia yang oportunis yang kemungkinan ada dalam era itu (bahkan sampai kini) disematkan dalam tokoh Wak Katok untuk jadi pembelajaran bagi khalayak pembaca.
Kedua, pembatasan ruang lingkup masalah kepada perwatakan satu tokoh yaitu tokoh Wak Katok bertujuan supaya substansi dalam makalah ini tidak melebar, padat, dan rumusan masalah dapat terjawab dengan baik.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pada perwatakan tokoh Wak Katok yakni :
- Bagaimanakah perwatakan/karakter Wak Katok yang terlihat dari fakta yang ada dalam isi novel Harimau! Harimau! ?
- Apakah perwatakan/karakter tokoh Wak Katok dalam isi novel Harimau! Harimau! Cenderung menunjukkan sikap-sikap oportunisme? Apa latar belakang atau motivasi yang memengaruhinya bertindak?
Baca juga: Catatan Perang Korea: Karya Jurnalistik Mochtar Lubis yang Terpendam
Tujuan Penelitian
- Mendeskripsikan perwatakan perwatakan/karakter Wak Katok yang terlihat dari fakta yang ada dalam isi novel Harimau! Harimau!
- Membuktikan perwatakan/karakter tokoh Wak Katok dalam isi novel novel Harimau! Harimau! Menunjukkan sikap-sikap oportunisme. Dan menemukan latar belakang motivasi yang mempengaruhi tokoh Wak katok bertindak.
- Landasan Teori
- Karakter merujuk pada percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu. (Stanton, 2012: 33)
- Alasan seorang karakter untuk bertindak sebagaimana yang ia lakukan dinamakan 'motivasi' (Stanton, 2012: 33)
- Secara tak langsung watak tokoh digambarkan melalui beberapa cara yaitu : (1) penamaan tokoh (naming) (2) cakapan, (3) penggambaran pikiran tokoh, (4) arus kesadaran (steam of consciousness), (5) pelukisan perasaan tokoh, (6) perbuatan tokoh, (7) sikap tokoh, (8) pandangan seorang atau banyak tokoh terhadap tokoh tertentu, (9) pelukisan fisik, dan (10) pelukisan latar (Sayuti, 2000 dalam Wiyatmi, 2006: 32)
- Oportunisme adalah suatu aliran pemikiran yang menghendaki pemakaian kesempatan menguntungkan dengan sebaik-baiknya, demi diri sendiri, kelompok, atau suatu tujuan tertentu. Oportunisme adalah tindakan bijaksana yang dipandu terutama oleh motivasi mementingkan diri sendiri. Istilah ini dapat diterapkan untuk individu, kelompok, organisasi, gaya, perilaku, dan tren. Hal ini mungkin dipinjam dari ekspresi Italia opportunismo(yang pada abad ke-19 politik Italia berarti "mengambil keuntungan dari keadaan yang berlaku") atau dari Republik oportunis di Perancis, dan memasuki bahasa Inggris di 1870-an (Wikipedia, 2017, https://id.wikipedia.org/wiki/Oportunisme, 29 November 2017).
- Metode penelitianÂ
- Kajian yang digunakan dalam makalah ini menggunakan metode deskriptif dengan kajian pustaka. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca buku-buku dan artikel internet yang diperlukan dan berkaitan pada bahasan makalah, mendeskripsikannya, kemudian menganalisis dengan data-data yang ada.
BAB IIÂ
PEMBAHASAN
- Sinopsis Novel
Tujuh orang pergi mengumpulkan damar di sebuah hutan belantara. Mereka adalah ; Haji Rakhmat (biasa dipanggil Pak Haji), Wak Katok, Talib, Sutan, Buyung, Sanip dan Pak Balam. Mereka dikenal warga kampung sebagai orang sopan, pandai bergaul, suka gotong royong dan taat agama. Talib, Sutan, Buyung, Sanip, adalah pemuda-pemuda yang jadi murid Wak Katok, dari Wak Katok, mereka belajar ilmu gaib dan pencak silat. Pak Haji, orang yang sedari muda berkeliling dunia dan kemudian memutuskan kembali ke kampung, menyepi ke hutan untuk pergi mengumpulkan damar. Pak Balam merupakan sebaya Wak Katok, dikatakan pernah ikut berjuang jaman belanda.
Mereka bertujuh biasa mengumpulkan damar dekat pondok Wak Hitam. Wak Hitam ini adalah laki-laki berumur 70 tahun yang biasa memakai pakaian hitam-hitam, kurus dan berkulit hitam. Perkenalan mereka dengan Wak Hitam dimulai dari Wak Katok yang suka mengajak para pemuda pendamar itu berburu babi dan rusa. Wak Katok dikenal orang kampung sebagai jago silat, dukun sakti dan pemburu yang hebat. Babi yang diincarnya biasa masuk ke daerah pondok Wak Hitam.Â
Dari situlah mereka mengenal Wak Hitam dan kemudian terbiasa menginap di pondoknya. Di pondoknya ini tinggal pula Siti Rubiyah, istri mudanya yang masih belia dan cantik. Desas-desus orang mengatakan bahwa Wak Hitam tinggal di hutan karena ia menggunakan ilmu sihir dan ilmu gaib. Di pondok itulah kabarnya ia memelihara jin, setan dan harimau jadi-jadian. Ada pula yang berkata bahwa Wak Hitam senang tinggal di hutan karena ia punya tambang emas rahasia yang ia tak ingin orang lain mengetahuinya.
Wak Hitam semakin hari semakin renta dan jatuh sakit. Suatu hari, tujuh orang pendamar itu menyaksikan keanehan-keanehan di pondok Wak Hitam, ada tujuh orang berpakaian serba hitam tiba-tiba datang, juga ada orang asing yang ikut menginap dan kemudian meramal nasib pemuda pendamar itu,
Buyung, satu seorang yang belum berkeluarga di antara pemuda pendamar itu, ia memiliki gadis yang ia sukai di kampung bernama Zaitun. Tapi, karena melihat tubuh dan paras elok Siti Rubiyah(istri Wak Hitam) ia pun tergoda. Berkali-kali ia memikirkannya. Dan tiba pada suatu hari ia mengintip Siti Rubiyah mandi. Namun Siti Rubiyah tidak marah malah bercerita bahwa ia sangat tersiksa kawin paksa dengan Wak Hitam. Siti Rubiyah meminta tolong pada buyung untuk menyelamatkan hidupnya, dan timbullah syahwat pada kedua belah pihak dan mereka pun berzina. Buyung pun dalam hati sangat merasa berdosa, namun perasaan berdosa itu berusaha ia singkirkan dari pikiran dan nuraninya.
Kemudian petaka dimulai, ketika hari pagi tiba, dan Wak Katok mengajak para pendamar untuk berburu rusa. Buyung yang mencoba untuk berburu. Buyung mencoba menembak Rusa dan berhasil. Namun ternyata Rusa itu juga buruan seekor harimau yang berhari-hari kelaparan dan tiba-tiba mengaum keras membuat mereka gentar.Â
Dengan cepat mereka mengasapi daging rusa buruan supaya tidak busuk dan pergi. Ketika mereka bermaksud hendak pulang ke kampung dan bermalam dalam perjalanan, salah seorang rombongan yaitu Pak Balam, diterkam harimau ketika buang hajat sementara yang lainnya sibuk membuat api unggun. Wak Katok mencoba mengejar dan menembak harimau yang membawa pergi Pak Balam yang belum jauh dari lokasi mereka. harimau pun kabur dan menghilang masuk ke rimba.
Pak Balam dengan cepat ditangani oleh Wak Katok yang juga mahir sebagai dukun. Luka dan darah mengucur deras dari tubuhnya, Pak Balam pun bercerita di saat itu bahwa ia sempat bermimpi buruk sebelumnya. Ia berfikir bahwa harimau ini adalah harimau yang diutus oleh Tuhan untuk membalas dosa besar setiap orang yang berdosa dalam rombongan ini. Dan kemudian Pak Balam mengakui dosa-dosanya, menceritakan dosa Wak Katok dan meminta semua orang dalam rombongan agar mengakui dosanya. Namun mereka bersikukuh tidak ingin mengakui dosa-dosa mereka. Pak balam pun dibawa dengan usungan oleh mereka kecuali Wak Katok yang dengan penuh percaya diri memimpin dan membawa senapan di garis depan.
Hari berikutnya giliran Talib yang diterkam oleh harimau. Ketika hendak buang air kecil pada perjalanan mencari jejak harimau, Harimau membawa lari Talib, dan mereka mencoba menyerang harimau itu dan kemudian menemukan Talib bersimbah darah. Namun Talib tak bisa diselamatkan. Ia tewas dan dikuburkan oleh orang-orang yang tersisa.
Pak Balam terus mengigau menyuruh mereka mengakui dosa-dosa mereka di sela-sela erangan kesakitannya sepanjang perjalanan. Sutan yang tak tahan kemudian melarikan diri, meninggalkan Pak Balam dan Pak Haji, sementara yang lainnya kembali mencari jejak harimau. Dan kemudian terdengar suara auman harimau sekaligus terdengar suara minta tolong, mereka pun lari ketempat Pak Balam dan Pak Haji. Diketahuilah bahwa Sutan telah diterkam harimau. Keesokan paginya, pak balam tewas. Ia dikuburkan.
Wak Katok mencoba membohongi Sanip dan Buyung dan Pak Haji dengan mengatakan mencoba mengambil jalan pintas. Sesungguhnya ia takut berburu harimau dan mencari jalan memutar dan malah menyesatkan mereka. Tiba-tiba saat Sutan dan Buyung mencoba menegur Wak Katok. Wak katok malah marah dan memaksa kedua pemuda itu dan Pak Haji mengakui dosa mereka sambal mengacungkan senjata. Semuanya mengakui dosa-dosa mereka kecuali Buyung.Â
Saat Wak Katok mencoba menembak buyung sambil menghitung, ketika hitungan ke tiga, Harimau mengaum dengan keras. Wak Katok makin menjadi dan mengusir teman-temannya. Buyung, Sanip juga Pak Haji mencoba memikirkan rencana untuk mengambil senapan dari tangan Wak Katok. Timbul pergulatan, antara mereka. Naasnya Pak Haji harus tertembak oleh Wak Katok yang kemudian pingsan dihantam kepalanya. Sebelum tewas, Pak Haji berpesan pada Buyung dan Sanip bahwa sebelum mereka membunuh harimau, mereka harus membunuh harimau yang ada dalam diri mereka sendiri.
Buyung pun memiliki rencana untuk membunuh harimau. Wak Katok pun kemudian diikat dan diumpankan di tengah-tengah tempat terbuka, sementara Buyung dan Sanip bersembunyi. Harimau pun mengaum mendatangi Wak Katok yang berteriak-teriak minta tolong, sempat terpikir Buyung untuk membiarkan dahulu Harimau membunuh Wak Katok baru menembaknya. Tapi nurani buyung kemudian berbicara, mengingat pesan Pak Haji. Dengan tepat, Buyung menembak harimau. Harimau itu pun mati kemudian. Buyung dan Sanip pun mendapatkan pelajaran berharga dari kejadian yang menimpa mereka.
2.2. Analisis
Dalam bagian ini, akan dibuktikan perwatakan tokoh Wak Katok dari data tekstual yang ada dalam novel, seperti dalam teori di atas, watak tokoh digambarkan melalui beberapa cara yaitu : (1) penamaan tokoh (naming) (2) cakapan, (3) penggambaran pikiran tokoh, (4) arus kesadaran (steam of consciousness), (5) pelukisan perasaan tokoh, (6) perbuatan tokoh, (7) sikap tokoh, (8) pandangan seorang atau banyak tokoh terhadap tokoh tertentu, (9) pelukisan fisik, dan (10) pelukisan latar (Sayuti, 2000 dalam Wiyatmi, 2006: 32)
Yang akan saya gunakan dalam makalah ini hanya beberapa dari 10 cara diatas untuk menggambarkan watak tokoh Wak Katok. Yaitu : pelukisan fisik tokoh, cakapan, pelukisan perasaan tokoh, perbuatan, sikap dan pandangan tokoh lain terhadap tokoh Wak Katok.
2.2.1 Analisis Perwatakan tokoh Wak Katok.
Dalam narasi pada bagian satu berikut akan diketahui bagaimana pelukisan fisik Tokoh Wak Katok dalam isi novel :
"Wak Katok berumur lima puluh tahun. Perawakannya kukuh dan keras. Rambutnya masih hitam, kumisnya panjang dan lebat, otot-otot tangan dan kakinya bergumpalan. Tampangnya masih serupa orang yang baru berumur empat puluhan saja. Bibirnya penuh dan tebal, matanya bersinar tajam. Dia juga ahli pencak dan dianggap dukun besar di kampung. Dia terkenal juga sebagai pemburu yang mahir."(hlm. 3)
Baca juga: Manusia Indonesia: Pertanggungjawaban Seorang Mochtar Lubis
Wak Katok di gambarkan sebagai sosok yang di tuakan dan jadi pemimpin juga disegani orang di kampung. Juga pemimpin rombongan pendamar. Juga digambarkan memiliki keahlian dan kesaktian. Hal ini dibuktikan dalam narasi berikut :
- "Mereka melihat wak katok merupakan salah seorang yang dituakan di kampung, yang dianggap seorang pemimpin dan disegani orang banyak. Mereka tak pernahv meragukan kebenaran kata-kata dan perbuatannya." (hlm. 4)
- "Secara tak resmi wak katoklah yang merupakan pemimpin rombongan pendamar itu." (hlm. 4)
- Wak katok dihormati, disegani, dan malahan agak ditakuti, karena termashur ahli pencak, dan mahir sebagai dukun. Menurut cerita, pernah seseorang yang tergila-gila pada seorang perempuan. Minta pada Wak Katok dibuatkan guna-guna untuk merebut hati perempuan itu. Benar juga, si perempuan sampai minta cerai dari suaminya, meninggalkan suami dan anak-anaknya. Banyak cerita lain tentang kejagoan Wak Katok. Diceritakan orang juga, bahwa dulu, sewaktu dia masih\qy] muda, dia pernah berpencak melawan seekor beruang, ketika beruang menghadangnya di hutan. Dan beruanglah yang kalah dan lari masuk hutan.... Dan tenrang ilmu sihirnya .... Orang hanya berani berbisik-bisik saja tentang ini. Kata orang dia dapat bertemu dengan hantu dan jin." (hlm. 5)
- Kemudian kita akan mencoba menganalisis bagian kedua dari novel. Di bagian kedua terdapat narasi-narasi pikiran dari tokoh Buyung sebagai tokoh utama yang berkaitan dengan Wak Katok sebagai berikut :
- "sejak kecil buyung telah mendengar cerita-cerita tentang kejagoan dan kebesaran Wak Katok. Karena itu dia sungguh merasa beruntung dapat ikut mendamar dalam rombongan Wak Katok, bahkan diterima pula menjadi murid pencak dan ilmu sihirnya." (hlm. 9)
- "menurut cerita orang jika bersilat, wak katok dapat membunuh lawannya, tanpa tangan, kaki atau pisau mengenai lawannya. Cukup dengan gerak tangan atau kaki saja yang ditujukan kearah kepala, perut atau ulu ati lawan, dan lawannya pasti akan jatuh, mati terhampar ditanah. Sebagai dukun ia terkenal ke kampung lain. Dia pandai mengobati penyakit biasa, akan tetapi juga dapat mengobati perempuan atau lelaki yang kvena guna-guna; dia punya ilmu yang dapat membuat seseorang sakit perut sampai mati, dia pandai membuat jimat yang ampuh, yang dapat mengelakkan bahaya ular, atau binatang buas yang lain...." (hlm.9)
- "Buyung dan kawan-kawannya selalu bermimpi akan diberi pelajaran oleh Wak Katok ilmu sihir yang dahsyat. Dia terutama sekali ingin dapat belajar mantera pemikvat hati gadis." (hlm. 10)
- "Tetapi wak katok belum hendak memberikan ilmu ini kepadanya. Engkau masih terlalu muda, kata Wak Katok, darah masih panas, nanti engkau buat tergila-gila padamu semua perempuan di kampung ini. Ilmu ini hanya untuk membela kehormatan lelaki., kalau kita dihina perempuan, atau jika engkau sungguh cinta dan hendak memperistri seorang perempuan. Akan tetapi tak boleh engkau pakai untuk menggoda istri orang." (hlm. 10)
- Jika kita cermati perkataan Wak katok yang terakhir pada Buyung, kita bisa lihat bahwa sosok Wak Katok terlihat bijaksana pada awal cerita, logis apabila orang kampung, dan semua orang menaruh hormat padanya.
- Namun kemudian kita akan mendapati fakta-fakta satu-persatu sikap Wak Katok yang membuat kita mempertanyakan kembali apakah benar Wak Katok orang yang pantas untuk di hormati dan di hargai, sebagai pemimpin. Kutipan cakapan berikut adalah pada ketika rombongan pendamar itu mulai menginap di pondok Wak Hitam, yang dikatakan memiliki istri yang amat cantik yaitu Siti Rubiyah. Di mulai dengan perkataan Sutan ketika membicarakan Siti Rubiyah. Dan dilihatnya Wak Katok pun tertarik pada kemolekan tubuh dan kecantikan istri Wak Hitam itu.
- "Tetapi mata Pak Haji masih kalah dengan mata Wak Katok," kata Sutan menambahkan. "aduh coba engkau perhatikan kalua dia melihat pada Siti Rubiyah dan Wak Hitam lagi taka da. Seakan hendak ditelanjanginya saja Siti Rubiyah, dan hendak ditelannya Siti Rubiyah hidup-hidup. Aku pun jadi cemburu dibuatnya."(hlm. 32)
- Kemudian berikut kutipan narasi yang menceritakan perbuatan tokoh Wak Katok yang mengintip istri Wak Hitam, Siti Rubiyah ketika mencuci dan mandi di sungai.
- "Wak Katok duduk mencangkung di dalam semak-semak di pinggir huma. Telah lama juga dia menunggu di sana. Dia tahu Siti Rubiyah akan lewat jalan kecil itu untuk pergi ke sungai mencuci, di seluruh huma itu sunyi sepi...."(hlm. 40)
- "Wak katok menahan napasnya ketika Siti Rubiyah lewat di depannya, dan kemudian setelah Siti Rubiyah menghilang di belakang jalan di balik semak-semak dengan perlahan-lahan dia berdiri, dan mengikuti jauh dari belakang. Wak Katok mengendap masuk ke dalam semak-semak. Merakngkak-rangkak mendekati pinggir sungai, dan bersembunyi di dalam belukar tebal yang tumbuh di pinggir sungai.
- Matanya tak putus-putusnya melihat gerak-gerik Siti Rubiyah. Perempuan muda itu yang menyangka dirinya seorang diri di pinggir sungai dengan tenang membuka pakaiannya. Dia membuka kebaya tuanya dan meletakkan di atas batu besar. Dia tidak memakai kutang.
- Wak Katok menahan napasnya melihat badan Siti Rubiyah yang terbuka dengan tiba-tiba , menyala kuning langsat ditimpa matahari. Buah dadanya tak besar, akan tetapi bagus bentuknya. Kemudian Siti Rubiyah membuka kainnya. Dia tak memakai celana dalam..." (hlm. 40)
- "Wak katok menahan napasnya. Nafsunya datang menyerang bergelombang-gelombang. Dadanya terasa sesak. Matanya panas dan seakan hendak meloncat keluar dari kepalanya. Selama ini dia hanya dapat membayangkan dan menerka tubuh Siti Rubiyah yang ditutupi baju dan kain tua. Akan tetapi vkini dia dapat melihatnya sendiri. Seluruh tubuhnya kencang dan kaku dan darahnya mengalir dipompa kuat-kuat oleh jantungnya yang bekerja berdegup-degup amat cepatnya" (hlm. 40-41)
- Dan berikut kutipan narasi pikiran tokoh wak katok yang menggambarkan perasannya:
- "coba aku air sungai yang mengalir itu, pikir Wak Katok. Kini dia agak tenang. Serangan nafsu berahi telah lewat dan yang tinggal ialah api birahi yang membakar kuat, tetapi yang dapat dikuasainya." (hlm. 41)
- Lalu lewat kutipan cakapan antara Siti Rubiyah dan Wak Katok selanjutnya, diketahui secara implisit bahwa kejadian selanjutnya Wak Katok melakukan perbuatan asusila pada Siti Rubiyah.
- "aduh, terkejut aku, kusangka beruang atau apa," serunya menjerit kecil.
- Wak katok tertawa menentramkannya.
- "aku kelupaan rokok di rumah, dan kembali mengambilnya. Bagaimana Wak Hitam?"
- "masih panas sekali badannya."
- "Siti, aku bawakan Siti manik yang Siti minta dulu."
- "Aduh, Wak, ada?"
- "marilah," dan Wak Katok memegang tangan Siti dan menariknya masuk ke dalam belukar. (hlm. 42-43)
- Dari cakapan tersebut, kita dapat menilai bahwa Tokoh Wak Katok jauh dari sosok pemimpin, yang dituakan orang kampung, yang dihormati orang-orang dan cenderung memiliki sikap oportunis yang nanti akan di jabarkan pada penjelasan selanjutnya.
2.2.2 Analisis perwatakan/karakter tokoh Wak Katok dalam isi novel novel Harimau! Harimau! yang menunjukkan sikap-sikap oportunisme dan motivasi tokoh.
Pada bagian ini akan dijabarkan fakta-fakta yang kemudian mengungkap bahwa tokoh Wak Katok sangat jauh dari sikap pemimpin bijaksana yang bisa disegani, dihormati, dan tersohor di kampung. Semua sikap-sikap tokoh Wak Katok baik yang kita akan dapati dari cakapan tokoh lain, perilaku dan pikiran-pikiran Wak Katok akan menjadi fakta. Juga kita akan menganalisa motivasi atau alasan tokoh bertindak.
Kutipan pertama yang kita dapat analisa adalah dari cakapan Tokoh bernama Pak Balam, yang menjadi korban pertama harimau. Yang memutuskan menceritakan dosa-dosa wak katok yang ia lihat supaya diselamatkan dari harimau karena ia menganggap bahwa harimau yang menerkamnya adalah harimau utusan tuhan untuk membalas dosa-dosa mereka selama ini.
- "kemudian Pak Balam tiba-tiba memutar kepalanya dan memandang pada Wak Katok, dan sinar matanya berubah jadi kencang dan kuat dan keras, dan dia berkata dengan suara garau :
 "karena engkaulah Wak Katok, maka aku harus menebus dosaku dulu seperti ini..." (hlm. 98)
- "terjadi dahulu ..." cerita Pak Balam, suaranya kini lebih kuat, "di waktu pemberontakan di tahun 1926 melawan Belanda. Aku satu pasukan dengan Wak Katok. Wak Katok pemimpin pasukan kami. Kami baru saja habis melakukan pertempuran dengan sepasukan serdadu musuh. Kami melarikan diri, dan dikejar-kejar oleh pasukan musuh. Akan tetapi setelah setengah hari dikejar-kejar, kami berhasil meninggalkan pasukan Belanda, dan bersembunyi di sebuah lading yang telah ditinggalkan yang punya. Pasukan kami telah bercerai berai, dan hanya tinggal kami bertiga yang masih bersama-sama Wak Katok, Sarip, dan aku. Sarip kawan kami, luka di pahanya dan darah masih mengalir terus menetes-netes. Ketika kami tiba di ladang kosong, dia sudah lemah sekali....(hlm. 99)
- "wak katok mengajak aku pura-pura pergi ke sumur untuk membicarakannya.
- Wak katok bertanya apa yang mesti dilakukannya, tetapi aku tak dapat menjawab dengan pasti. Kemudian Wak Katok berkata bahwa kami harus berangkat cepat. Bagaimana Sarip, tanyaku, dan Wak Katok menjawab 'Serahkan padaku.' Aku tak berpikir panjang lagi, dan ketika Wak Katok berkata, 'pergilah engkau dahulu, aku segera menyusul maka aku pun terus berangkat, tanpa kembali melihat Sarip di dalam pondok.'
- Tak lama kemudian Wak Katok menyusul aku dan kami berangkat ke tempat persembunyian. Aku tak pernah menanyakan kepada Wak Katok apa yang terjadi dengan Sarip. Aku tahu apa yang terjadi, Wak Katok kembali ke pondok dan membunuh mati Sarip dan melemparkannya ke dalam sumur...." (hlm. 100-101)
- ".....dia sendiri mendapat keuntungan. Itulah perbuatan Wak Katok, kawanku yang amat karib,...." (hlm. 101)
- "selama pemberontakan banyaklah hal-hal lain yang aku biarkan Wak katok melakukannya.......Seperti ketika Wak katok memperkosa istri Demang, kemudian membunuh Demang, istri dan tiga orang anaknya, dan merampas emas dan perak di rumah Demang...." (hlm. 101)
Dari kutipan di atas dapat kita analisa bahwa sikap-sikap tokoh Wak Katok yang di ceritakan lewat cakapan tokoh Pak Balam sangatlah biadab dan cenderung mementingkan diri sendiri. Kemudian lewat kutipan narasi di bawah berikut, kita akan melihat lebih rinci lagi seperti apa pikiran tokoh Wak Katok untuk membenarkan analisa ini.
"Dalam hatinya Wak katok seakan merasa menyesal, mengapa telah menyelamatkan Pak Balam. seandainya Pak Balam dibiarkan dimakan harimau, maka sama sekali tak ada timbul persoalan harus mengakui dosa-dosa ini untuk menyelamatkan diri. Dan rahasia hidupnya sendiri, yang selama puluhan tahun telah tertutup rapat, dan hanya diketahui oleh Pak Balam saja, kini telah diketahui pula oleh lima orang lain, orang-orang sekampungnya, apakah mereka akan menutup mulutnya? Tidakkah mereka nanti jika tiba di kampung akan menceritakan kepada istrinya, atau kawan-kawan  mereka, apa yang telah mereka dengar dari Pak Balam? sungguh terkutuklah Pak Balam, terkutuklah harimau itu, terkutuklah kawan-kawannya sendiri...(hlm. 105)
Kemudian dalam kutipan narasi berikut. Di ulang-ulangnya pikiran-pikiran tentang kemarahan tokoh Wak Katok pada tokoh Pak Balam. Ketika ia merasa enggan bersusah payah memburu harimau yang menyerang para pendamar itu hanya untuk memperbaiki reputasinya. Dan kemudia terlihatlah perwatakan sebenarnya dari Wak Katok yang selama inii ia tutupi dan apa motivasinya.
- "Wak katok menunggu dengan hati yang penuh amarah. Dia marah kepada harimau. Dia marah kepada Pak Balam. Pak Balamlah yang memulai semua kesusahan ini...(hlm. 148)
- "dia juga marah pada terhadap Pak Haji, terhadap Sutan, terhadap Buyung, terhadap Talib dan Sanip yang telah ikut mengetahui dosa-dosanya, dan karena mereka telah mengetahuinya, maka kini dia harus menghadapi bahaya harimau, harus memburu dan membunuh mati harimau. Dia marah pada mereka. Karena dia kini mesti melakukan pekerjaan yang amat berbahaya. Sedang dalam hatinya dia merasa takut. Ya, selamanya dia merasa takut. Orang mengatakan dia tukang silat yang ulung, pemburu yang mahir, dukun yang tinggi ilmunya, akan tetapi dalam hatinya dia selalu merasa takut, sejak dahulu, sejak waktu mudanya. Apa yang dilakukannya adalah untuk menyembunyikan ketakutannya. Karena itu waktu dahulu, sejak waktu mudanya. Waktu dahulu pecah pemberontakan melawan Belanda dialah yang berbuat paling ganas dan kejam dalam pasukannya. Dialah yang belajar menuntut ilmu dukun bertahun-tahun supaya orang di kampungnya segan dan hormat padanya. Karena itu dia selalu berusaha untuk menjadi pemburu yang mahir. Akan tetapi dia selalu takut. Dia tak dapat meninggalkan rasa takutnya. Dia tak dapat damai dengan rasa takutnya. Karena itu selalu terpaksa untuk melakukan hal-hal berlebihan untuk menutupinya. Dan dia selalu pandai mengatur semua perbuatan beraninya sedemikian rupa, hingga dia selalu selamat. Tetapi tak pernah dia mengambil resiko sebesar sekarang.... Dahulu ketika berontak dia selalu berlindung di belakang kawan-kawannya. Dan jika keadaan telah mereka kuasai, maka dialah yang mulai membunuh, merampok atau memperkosa. Akan tetapi karena berbuat demikian, maka dialah yang dianggap paling berani. Dan waktu berburu pun dia selalu beruntung. Belum pernah dia memburu harimau seperti yang dilakukannya kini. Dan sejak tadi pagi pun yang sebenarnya bekerja mengikuti jejak harimau adalah Buyung. Akan tetapi Wak Katok amat pandainya membuat usaha orang lain kelihatan seakan dilakukan di bawah pimpinannya.... Dia telah belajar untuk selalu selamat dalam keadaan apapun juga, dan mendapat nama pula dari sesuatu pekerjaan yang sebenarnya orang lain yang berpikir dan bekerja."(hlm. 150-151)
- Â
Dari kutipan narasi-narasi diatas, kita dapat mudah menganalisa bahwa semua yang ia lakukan semata-mata demi keuntungan diri pribadinya sendiri alih-alih kelompok, karena itulah dapat kita analisa bahwa sikap Wak Katok cenderung mengarah pada sikap pemimpin yang oportunis. Seperti disebutkan pada landasan teori di atas bahwa Oportunisme adalah suatu aliran pemikiran yang menghendaki pemakaian kesempatan menguntungkan dengan sebaik-baiknya, demi diri sendiri, kelompok, atau suatu tujuan tertentu (Wikipedia, 2017, https://id.wikipedia.org/wiki/Oportunisme, 29 November 2017).Â
Sedangkan apa yang melatar belakangi ia bertindak atau motivasi Wak Katok adalah supaya ia tersohor, dan supaya orang di kampungnya segan dan hormat padanya, seperti yang penulis sengaja cetak tebal dalam kutipan yang kemudian menjawab alasan seorang karakter untuk bertindak sebagaimana yang ia lakukan dinamakan 'motivasi'(Stanton, 2012: 33)
Dengan begitu terjawablah sudah semua teka-teki perwatakan dari tokoh Wak Katok dalam novel Harimau! Harimau! Ini, Â bagaimana kecenderungan dalam wataknya, dan apa yang menjadi latar belakang atau motivasi ia berpikir, bersikap maupun bertindak.Â
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Dari analisa yang sudah penulis paparkan diatas berdasarkan data fakta yang ada dalam isi novel, maka dapat penulis simpulkan bahwa Perwatakan dari tokoh Wak Katok memiliki sosol pemimpin yang picik, cari kesenangan sendiri, cari selamat, mementingkan diri sendiri dengan berpandai-pandai memanfaatkan situasi, mengorbankan orang lain, tak perduli apapun caranya ia akan melakukan segala cara demi kepentingan dirinya sendiri.
Kesemua poin di atas, cenderung menempatkan watak tokoh Wak Katok sebagai pribadi pemimpin yang oportunis. Latar belakang atau motivasi sang tokoh bertindak hanya untuk supaya ia mendapat nama, terkenal, tersohor, disegani, di hormati oleh orang kampung meski dengan cara-cara buruk.
DAFTAR PUSTAKA
- Lubis, Mochtar. 2018. Harimau! Harimau!.Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
- Stanton, Robert. 2012. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
- Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
- Wikipedia. (2017, 29 November). Oportunisme. Diakses 4 Oktober 2018, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Oportunisme/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H