Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Ayyubi
Muhammad Irfan Ayyubi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Seorang bapak yang mengumpulkan kenangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Novel Harimau! Harimau! Karya Mochtar Lubis - Oportunisme dalam Karakter Wak Katok

26 Agustus 2019   11:19 Diperbarui: 25 Juni 2021   11:46 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Harimau! Harimau! Karya Mochtar Lubis - Oportunisme dalam Karakter Wak Katok | Goodreads

Wak Katok di gambarkan sebagai sosok yang di tuakan dan jadi pemimpin juga disegani orang di kampung. Juga pemimpin rombongan pendamar. Juga digambarkan memiliki keahlian dan kesaktian. Hal ini dibuktikan dalam narasi berikut :

  • "Mereka melihat wak katok merupakan salah seorang yang dituakan di kampung, yang dianggap seorang pemimpin dan disegani orang banyak. Mereka tak pernahv meragukan kebenaran kata-kata dan perbuatannya." (hlm. 4)
  • "Secara tak resmi wak katoklah yang merupakan pemimpin rombongan pendamar itu." (hlm. 4)
  • Wak katok dihormati, disegani, dan malahan agak ditakuti, karena termashur ahli pencak, dan mahir sebagai dukun. Menurut cerita, pernah seseorang yang tergila-gila pada seorang perempuan. Minta pada Wak Katok dibuatkan guna-guna untuk merebut hati perempuan itu. Benar juga, si perempuan sampai minta cerai dari suaminya, meninggalkan suami dan anak-anaknya. Banyak cerita lain tentang kejagoan Wak Katok. Diceritakan orang juga, bahwa dulu, sewaktu dia masih\qy] muda, dia pernah berpencak melawan seekor beruang, ketika beruang menghadangnya di hutan. Dan beruanglah yang kalah dan lari masuk hutan.... Dan tenrang ilmu sihirnya .... Orang hanya berani berbisik-bisik saja tentang ini. Kata orang dia dapat bertemu dengan hantu dan jin." (hlm. 5)

  • Kemudian kita akan mencoba menganalisis bagian kedua dari novel. Di bagian kedua terdapat narasi-narasi pikiran dari tokoh Buyung sebagai tokoh utama yang berkaitan dengan Wak Katok sebagai berikut :

  • "sejak kecil buyung telah mendengar cerita-cerita tentang kejagoan dan kebesaran Wak Katok. Karena itu dia sungguh merasa beruntung dapat ikut mendamar dalam rombongan Wak Katok, bahkan diterima pula menjadi murid pencak dan ilmu sihirnya." (hlm. 9)
  • "menurut cerita orang jika bersilat, wak katok dapat membunuh lawannya, tanpa tangan, kaki atau pisau mengenai lawannya. Cukup dengan gerak tangan atau kaki saja yang ditujukan kearah kepala, perut atau ulu ati lawan, dan lawannya pasti akan jatuh, mati terhampar ditanah. Sebagai dukun ia terkenal ke kampung lain. Dia pandai mengobati penyakit biasa, akan tetapi juga dapat mengobati perempuan atau lelaki yang kvena guna-guna; dia punya ilmu yang dapat membuat seseorang sakit perut sampai mati, dia pandai membuat jimat yang ampuh, yang dapat mengelakkan bahaya ular, atau binatang buas yang lain...." (hlm.9)
  • "Buyung dan kawan-kawannya selalu bermimpi akan diberi pelajaran oleh Wak Katok ilmu sihir yang dahsyat. Dia terutama sekali ingin dapat belajar mantera pemikvat hati gadis." (hlm. 10)
  • "Tetapi wak katok belum hendak memberikan ilmu ini kepadanya. Engkau masih terlalu muda, kata Wak Katok, darah masih panas, nanti engkau buat tergila-gila padamu semua perempuan di kampung ini. Ilmu ini hanya untuk membela kehormatan lelaki., kalau kita dihina perempuan, atau jika engkau sungguh cinta dan hendak memperistri seorang perempuan. Akan tetapi tak boleh engkau pakai untuk menggoda istri orang." (hlm. 10)

  • Jika kita cermati perkataan Wak katok yang terakhir pada Buyung, kita bisa lihat bahwa sosok Wak Katok terlihat bijaksana pada awal cerita, logis apabila orang kampung, dan semua orang menaruh hormat padanya.

  • Namun kemudian kita akan mendapati fakta-fakta satu-persatu sikap Wak Katok yang membuat kita mempertanyakan kembali apakah benar Wak Katok orang yang pantas untuk di hormati dan di hargai, sebagai pemimpin. Kutipan cakapan berikut adalah pada ketika rombongan pendamar itu mulai menginap di pondok Wak Hitam, yang dikatakan memiliki istri yang amat cantik yaitu Siti Rubiyah. Di mulai dengan perkataan Sutan ketika membicarakan Siti Rubiyah. Dan dilihatnya Wak Katok pun tertarik pada kemolekan tubuh dan kecantikan istri Wak Hitam itu.

  • "Tetapi mata Pak Haji masih kalah dengan mata Wak Katok," kata Sutan menambahkan. "aduh coba engkau perhatikan kalua dia melihat pada Siti Rubiyah dan Wak Hitam lagi taka da. Seakan hendak ditelanjanginya saja Siti Rubiyah, dan hendak ditelannya Siti Rubiyah hidup-hidup. Aku pun jadi cemburu dibuatnya."(hlm. 32)

  • Kemudian berikut kutipan narasi yang menceritakan perbuatan tokoh Wak Katok yang mengintip istri Wak Hitam, Siti Rubiyah ketika mencuci dan mandi di sungai.

  • "Wak Katok duduk mencangkung di dalam semak-semak di pinggir huma. Telah lama juga dia menunggu di sana. Dia tahu Siti Rubiyah akan lewat jalan kecil itu untuk pergi ke sungai mencuci, di seluruh huma itu sunyi sepi...."(hlm. 40)
  • "Wak katok menahan napasnya ketika Siti Rubiyah lewat di depannya, dan kemudian setelah Siti Rubiyah menghilang di belakang jalan di balik semak-semak dengan perlahan-lahan dia berdiri, dan mengikuti jauh dari belakang. Wak Katok mengendap masuk ke dalam semak-semak. Merakngkak-rangkak mendekati pinggir sungai, dan bersembunyi di dalam belukar tebal yang tumbuh di pinggir sungai.
  • Matanya tak putus-putusnya melihat gerak-gerik Siti Rubiyah. Perempuan muda itu yang menyangka dirinya seorang diri di pinggir sungai dengan tenang membuka pakaiannya. Dia membuka kebaya tuanya dan meletakkan di atas batu besar. Dia tidak memakai kutang.
  • Wak Katok menahan napasnya melihat badan Siti Rubiyah yang terbuka dengan tiba-tiba , menyala kuning langsat ditimpa matahari. Buah dadanya tak besar, akan tetapi bagus bentuknya. Kemudian Siti Rubiyah membuka kainnya. Dia tak memakai celana dalam..." (hlm. 40)
  • "Wak katok menahan napasnya. Nafsunya datang menyerang bergelombang-gelombang. Dadanya terasa sesak. Matanya panas dan seakan hendak meloncat keluar dari kepalanya. Selama ini dia hanya dapat membayangkan dan menerka tubuh Siti Rubiyah yang ditutupi baju dan kain tua. Akan tetapi vkini dia dapat melihatnya sendiri. Seluruh tubuhnya kencang dan kaku dan darahnya mengalir dipompa kuat-kuat oleh jantungnya yang bekerja berdegup-degup amat cepatnya" (hlm. 40-41)

  • Dan berikut kutipan narasi pikiran tokoh wak katok yang menggambarkan perasannya:

  • "coba aku air sungai yang mengalir itu, pikir Wak Katok. Kini dia agak tenang. Serangan nafsu berahi telah lewat dan yang tinggal ialah api birahi yang membakar kuat, tetapi yang dapat dikuasainya." (hlm. 41)

  • Lalu lewat kutipan cakapan antara Siti Rubiyah dan Wak Katok selanjutnya, diketahui secara implisit bahwa kejadian selanjutnya Wak Katok melakukan perbuatan asusila pada Siti Rubiyah.

  • "aduh, terkejut aku, kusangka beruang atau apa," serunya menjerit kecil.
  • Wak katok tertawa menentramkannya.
  • "aku kelupaan rokok di rumah, dan kembali mengambilnya. Bagaimana Wak Hitam?"
  • "masih panas sekali badannya."
  • "Siti, aku bawakan Siti manik yang Siti minta dulu."
  • "Aduh, Wak, ada?"
  • "marilah," dan Wak Katok memegang tangan Siti dan menariknya masuk ke dalam belukar. (hlm. 42-43)

  • Dari cakapan tersebut, kita dapat menilai bahwa Tokoh Wak Katok jauh dari sosok pemimpin, yang dituakan orang kampung, yang dihormati orang-orang dan cenderung memiliki sikap oportunis yang nanti akan di jabarkan pada penjelasan selanjutnya.

2.2.2 Analisis perwatakan/karakter tokoh Wak Katok dalam isi novel novel Harimau! Harimau! yang menunjukkan sikap-sikap oportunisme dan motivasi tokoh.

Pada bagian ini akan dijabarkan fakta-fakta yang kemudian mengungkap bahwa tokoh Wak Katok sangat jauh dari sikap pemimpin bijaksana yang bisa disegani, dihormati, dan tersohor di kampung. Semua sikap-sikap tokoh Wak Katok baik yang kita akan dapati dari cakapan tokoh lain, perilaku dan pikiran-pikiran Wak Katok akan menjadi fakta. Juga kita akan menganalisa motivasi atau alasan tokoh bertindak.

Kutipan pertama yang kita dapat analisa adalah dari cakapan Tokoh bernama Pak Balam, yang menjadi korban pertama harimau. Yang memutuskan menceritakan dosa-dosa wak katok yang ia lihat supaya diselamatkan dari harimau karena ia menganggap bahwa harimau yang menerkamnya adalah harimau utusan tuhan untuk membalas dosa-dosa mereka selama ini.

  • "kemudian Pak Balam tiba-tiba memutar kepalanya dan memandang pada Wak Katok, dan sinar matanya berubah jadi kencang dan kuat dan keras, dan dia berkata dengan suara garau :

 "karena engkaulah Wak Katok, maka aku harus menebus dosaku dulu seperti ini..." (hlm. 98)

  • "terjadi dahulu ..." cerita Pak Balam, suaranya kini lebih kuat, "di waktu pemberontakan di tahun 1926 melawan Belanda. Aku satu pasukan dengan Wak Katok. Wak Katok pemimpin pasukan kami. Kami baru saja habis melakukan pertempuran dengan sepasukan serdadu musuh. Kami melarikan diri, dan dikejar-kejar oleh pasukan musuh. Akan tetapi setelah setengah hari dikejar-kejar, kami berhasil meninggalkan pasukan Belanda, dan bersembunyi di sebuah lading yang telah ditinggalkan yang punya. Pasukan kami telah bercerai berai, dan hanya tinggal kami bertiga yang masih bersama-sama Wak Katok, Sarip, dan aku. Sarip kawan kami, luka di pahanya dan darah masih mengalir terus menetes-netes. Ketika kami tiba di ladang kosong, dia sudah lemah sekali....(hlm. 99)
  • "wak katok mengajak aku pura-pura pergi ke sumur untuk membicarakannya.
  • Wak katok bertanya apa yang mesti dilakukannya, tetapi aku tak dapat menjawab dengan pasti. Kemudian Wak Katok berkata bahwa kami harus berangkat cepat. Bagaimana Sarip, tanyaku, dan Wak Katok menjawab 'Serahkan padaku.' Aku tak berpikir panjang lagi, dan ketika Wak Katok berkata, 'pergilah engkau dahulu, aku segera menyusul maka aku pun terus berangkat, tanpa kembali melihat Sarip di dalam pondok.'
  • Tak lama kemudian Wak Katok menyusul aku dan kami berangkat ke tempat persembunyian. Aku tak pernah menanyakan kepada Wak Katok apa yang terjadi dengan Sarip. Aku tahu apa yang terjadi, Wak Katok kembali ke pondok dan membunuh mati Sarip dan melemparkannya ke dalam sumur...." (hlm. 100-101)
  • ".....dia sendiri mendapat keuntungan. Itulah perbuatan Wak Katok, kawanku yang amat karib,...." (hlm. 101)
  • "selama pemberontakan banyaklah hal-hal lain yang aku biarkan Wak katok melakukannya.......Seperti ketika Wak katok memperkosa istri Demang, kemudian membunuh Demang, istri dan tiga orang anaknya, dan merampas emas dan perak di rumah Demang...." (hlm. 101)

Dari kutipan di atas dapat kita analisa bahwa sikap-sikap tokoh Wak Katok yang di ceritakan lewat cakapan tokoh Pak Balam sangatlah biadab dan cenderung mementingkan diri sendiri. Kemudian lewat kutipan narasi di bawah berikut, kita akan melihat lebih rinci lagi seperti apa pikiran tokoh Wak Katok untuk membenarkan analisa ini.

"Dalam hatinya Wak katok seakan merasa menyesal, mengapa telah menyelamatkan Pak Balam. seandainya Pak Balam dibiarkan dimakan harimau, maka sama sekali tak ada timbul persoalan harus mengakui dosa-dosa ini untuk menyelamatkan diri. Dan rahasia hidupnya sendiri, yang selama puluhan tahun telah tertutup rapat, dan hanya diketahui oleh Pak Balam saja, kini telah diketahui pula oleh lima orang lain, orang-orang sekampungnya, apakah mereka akan menutup mulutnya? Tidakkah mereka nanti jika tiba di kampung akan menceritakan kepada istrinya, atau kawan-kawan  mereka, apa yang telah mereka dengar dari Pak Balam? sungguh terkutuklah Pak Balam, terkutuklah harimau itu, terkutuklah kawan-kawannya sendiri...(hlm. 105)

Kemudian dalam kutipan narasi berikut. Di ulang-ulangnya pikiran-pikiran tentang kemarahan tokoh Wak Katok pada tokoh Pak Balam. Ketika ia merasa enggan bersusah payah memburu harimau yang menyerang para pendamar itu hanya untuk memperbaiki reputasinya. Dan kemudia terlihatlah perwatakan sebenarnya dari Wak Katok yang selama inii ia tutupi dan apa motivasinya.

  • "Wak katok menunggu dengan hati yang penuh amarah. Dia marah kepada harimau. Dia marah kepada Pak Balam. Pak Balamlah yang memulai semua kesusahan ini...(hlm. 148)
  • "dia juga marah pada terhadap Pak Haji, terhadap Sutan, terhadap Buyung, terhadap Talib dan Sanip yang telah ikut mengetahui dosa-dosanya, dan karena mereka telah mengetahuinya, maka kini dia harus menghadapi bahaya harimau, harus memburu dan membunuh mati harimau. Dia marah pada mereka. Karena dia kini mesti melakukan pekerjaan yang amat berbahaya. Sedang dalam hatinya dia merasa takut. Ya, selamanya dia merasa takut. Orang mengatakan dia tukang silat yang ulung, pemburu yang mahir, dukun yang tinggi ilmunya, akan tetapi dalam hatinya dia selalu merasa takut, sejak dahulu, sejak waktu mudanya. Apa yang dilakukannya adalah untuk menyembunyikan ketakutannya. Karena itu waktu dahulu, sejak waktu mudanya. Waktu dahulu pecah pemberontakan melawan Belanda dialah yang berbuat paling ganas dan kejam dalam pasukannya. Dialah yang belajar menuntut ilmu dukun bertahun-tahun supaya orang di kampungnya segan dan hormat padanya. Karena itu dia selalu berusaha untuk menjadi pemburu yang mahir. Akan tetapi dia selalu takut. Dia tak dapat meninggalkan rasa takutnya. Dia tak dapat damai dengan rasa takutnya. Karena itu selalu terpaksa untuk melakukan hal-hal berlebihan untuk menutupinya. Dan dia selalu pandai mengatur semua perbuatan beraninya sedemikian rupa, hingga dia selalu selamat. Tetapi tak pernah dia mengambil resiko sebesar sekarang.... Dahulu ketika berontak dia selalu berlindung di belakang kawan-kawannya. Dan jika keadaan telah mereka kuasai, maka dialah yang mulai membunuh, merampok atau memperkosa. Akan tetapi karena berbuat demikian, maka dialah yang dianggap paling berani. Dan waktu berburu pun dia selalu beruntung. Belum pernah dia memburu harimau seperti yang dilakukannya kini. Dan sejak tadi pagi pun yang sebenarnya bekerja mengikuti jejak harimau adalah Buyung. Akan tetapi Wak Katok amat pandainya membuat usaha orang lain kelihatan seakan dilakukan di bawah pimpinannya.... Dia telah belajar untuk selalu selamat dalam keadaan apapun juga, dan mendapat nama pula dari sesuatu pekerjaan yang sebenarnya orang lain yang berpikir dan bekerja."(hlm. 150-151)
  •  

Baca juga: Resensi Buku "Tanah Gersang" oleh Mochtar Lubis

Dari kutipan narasi-narasi diatas, kita dapat mudah menganalisa bahwa semua yang ia lakukan semata-mata demi keuntungan diri pribadinya sendiri alih-alih kelompok, karena itulah dapat kita analisa bahwa sikap Wak Katok cenderung mengarah pada sikap pemimpin yang oportunis. Seperti disebutkan pada landasan teori di atas bahwa Oportunisme adalah suatu aliran pemikiran yang menghendaki pemakaian kesempatan menguntungkan dengan sebaik-baiknya, demi diri sendiri, kelompok, atau suatu tujuan tertentu (Wikipedia, 2017, https://id.wikipedia.org/wiki/Oportunisme, 29 November 2017). 

Sedangkan apa yang melatar belakangi ia bertindak atau motivasi Wak Katok adalah supaya ia tersohor, dan supaya orang di kampungnya segan dan hormat padanya, seperti yang penulis sengaja cetak tebal dalam kutipan yang kemudian menjawab alasan seorang karakter untuk bertindak sebagaimana yang ia lakukan dinamakan 'motivasi'(Stanton, 2012: 33)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun