Contoh: Seorang remaja berusaha tidak melanggar aturan sekolah karena ingin dipandang baik oleh teman-temannya dan guru, meskipun ia tidak sepenuhnya setuju dengan aturan tersebut.
Tahap 4: Orientasi Hukum dan Pemeliharaan Ketertiban Sosial (Law and Order Orientation) Di tahap ini, individu menghormati hukum dan otoritas sebagai cara untuk menjaga ketertiban sosial dan kesejahteraan bersama. Moralitas mereka didasarkan pada pemahaman bahwa aturan dan hukum harus dipatuhi untuk memastikan masyarakat berjalan dengan baik.
Contoh: Seseorang yang memilih untuk tidak melanggar hukum, misalnya dengan membayar pajak, karena percaya bahwa aturan tersebut penting untuk keberlanjutan negara dan kesejahteraan bersama, meskipun mungkin ia tidak setuju dengan semua kebijakan pajak yang ada.
3. Tingkat Pascakonvensional (Postconventional Level)
Pada tingkat ini, individu mulai mengembangkan pemahaman moral yang lebih abstrak dan berorientasi pada prinsip universal yang lebih tinggi, seperti keadilan, hak asasi manusia, dan kebebasan. Mereka mengakui bahwa aturan dan hukum dapat bersifat relatif dan tidak selalu benar jika bertentangan dengan prinsip moral yang lebih tinggi.
Tahap 5: Orientasi Kontrak Sosial dan Hak Individu (Social Contract Orientation) Individu pada tahap ini mulai menyadari bahwa hukum dan aturan bisa diubah jika diperlukan untuk mempromosikan kebaikan bersama dan melindungi hak individu. Mereka lebih menilai tindakan berdasarkan apakah itu mencerminkan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia.
Contoh: Seorang aktivis yang berjuang untuk mengubah hukum yang menurutnya tidak adil bagi kelompok tertentu, meskipun hukum tersebut secara sah diterima dalam masyarakat.
Tahap 6: Orientasi Prinsip Etika Universal (Universal Ethical Principles Orientation) Pada tahap tertinggi ini, individu mematuhi prinsip-prinsip moral yang bersifat universal, seperti keadilan, hak asasi manusia, dan penghormatan terhadap martabat individu. Mereka lebih cenderung untuk menilai moralitas suatu tindakan berdasarkan prinsip-prinsip yang lebih besar daripada sekadar hukum atau norma sosial yang ada.
Contoh: Seorang individu yang memilih untuk melawan rezim yang menindas hak asasi manusia, meskipun itu dapat membahayakan dirinya, karena mereka percaya pada prinsip moral tentang kebebasan dan keadilan bagi semua orang, bahkan jika itu bertentangan dengan hukum atau norma yang berlaku pada waktu itu.
Penerapan dan Kritik terhadap Teori Kohlberg
Teori Kohlberg memberikan wawasan penting tentang bagaimana perkembangan moral seseorang bisa dipahami dalam konteks bertumbuhnya pemahaman etis dan keadilan. Namun, ada beberapa kritik terhadap teorinya, di antaranya: