Mohon tunggu...
Ayu Wulandari
Ayu Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori empati dari Martin Hoffman

18 Januari 2025   04:06 Diperbarui: 18 Januari 2025   04:06 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori empati dari Martin Hoffman merupakan salah satu teori penting dalam psikologi perkembangan. Hoffman menjelaskan bahwa empati adalah kemampuan untuk merasakan atau memahami emosi orang lain, yang berkembang secara bertahap sepanjang kehidupan seseorang. Ia membagi perkembangan empati menjadi beberapa tahap dan menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhinya.

Tahapan Empati Menurut Hoffman

Hoffman membagi perkembangan empati menjadi empat tahap utama:

1. Empati Global (0-1 tahun)

Pada tahap ini, bayi belum bisa membedakan antara dirinya dan orang lain. Jika melihat orang lain menangis, bayi mungkin juga menangis karena mereka "merasakan" emosi tersebut seolah-olah itu adalah milik mereka sendiri.

Contoh: Ketika bayi melihat ibunya terlihat sedih atau menangis, bayi itu juga ikut menangis meski tidak memahami alasannya.

2. Empati Egosenstrik (1-2 tahun)

Anak mulai menyadari bahwa emosi orang lain berbeda dari emosi mereka sendiri, tetapi masih sering memproyeksikan solusi masalah sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri.

Contoh: Ketika melihat temannya menangis, anak mungkin memberikan mainannya sendiri sebagai upaya untuk menghibur, meski itu bukan yang dibutuhkan oleh temannya.

3. Empati untuk Perasaan Orang Lain (2-7 tahun)

Pada tahap ini, anak dapat memahami bahwa orang lain memiliki perspektif, kebutuhan, dan emosi yang berbeda. Mereka mulai menunjukkan respons yang lebih terarah terhadap keadaan emosional orang lain.

Contoh: Anak yang melihat temannya jatuh akan menawarkan bantuan atau memanggil orang dewasa untuk membantu.

4. Empati untuk Kondisi Hidup Orang Lain (7 tahun ke atas)

Anak-anak dan remaja mulai memahami bahwa empati tidak hanya terbatas pada situasi langsung tetapi juga mencakup kondisi kehidupan jangka panjang orang lain. Mereka dapat merasakan empati terhadap kelompok atau komunitas tertentu.

Contoh: Seseorang merasa prihatin terhadap penderitaan orang-orang yang terkena bencana alam dan memutuskan untuk menyumbangkan uang atau bantuan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Empati Menurut Hoffman

1. Pengalaman Sosial

Interaksi dengan orang lain, terutama dalam lingkungan keluarga, sangat berperan dalam membentuk kemampuan empati. Anak yang tumbuh di lingkungan yang penuh kasih sayang dan perhatian cenderung memiliki empati yang lebih baik.

2. Modeling (Teladan Orang Dewasa)

Anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Jika mereka melihat orang tua atau guru menunjukkan empati, mereka akan belajar untuk bersikap serupa.

3. Kesadaran Kognitif dan Emosional

Perkembangan otak, khususnya kemampuan untuk memahami perspektif orang lain (teori pikiran), sangat penting dalam membangun empati.

4. Pengalaman Emosional Pribadi

Orang yang pernah mengalami penderitaan atau kesulitan cenderung lebih mampu merasakan empati terhadap orang lain yang berada dalam situasi serupa.

5. Norma dan Nilai Budaya

Kebudayaan memengaruhi cara seseorang mengekspresikan empati. Beberapa budaya lebih mendorong ekspresi empati secara terbuka dibandingkan yang lain.

Manfaat Empati

1. Memperkuat Hubungan Sosial

Empati memungkinkan individu untuk memahami dan menghargai perasaan orang lain, sehingga mempererat hubungan interpersonal.

2. Meningkatkan Kerja Sama

Dalam kelompok atau komunitas, empati membantu individu bekerja sama lebih baik karena mereka dapat memahami kebutuhan dan perasaan anggota lain.

3. Mengurangi Konflik

Dengan empati, orang lebih cenderung memahami sudut pandang orang lain, sehingga konflik dapat diminimalkan.

4. Mendorong Perilaku Altruistik

Empati sering kali memotivasi seseorang untuk membantu orang lain yang membutuhkan.

5. Peningkatan Kesejahteraan Mental

Menunjukkan empati dapat meningkatkan rasa puas diri dan kebahagiaan, baik bagi pemberi maupun penerima.

Contoh Penerapan Empati

1. Dalam Pendidikan: Guru yang memahami kesulitan siswanya dapat memberikan dukungan tambahan, sehingga siswa lebih termotivasi belajar.

2. Dalam Keluarga: Orang tua yang mendengarkan perasaan anak-anaknya dengan empati dapat menciptakan hubungan yang lebih harmonis.

3. Dalam Kehidupan Sosial: Seseorang yang membantu korban bencana dengan memberikan donasi atau menjadi relawan adalah bentuk nyata empati terhadap kondisi orang lain.

Dengan memahami teori Martin Hoffman, kita dapat menyadari pentingnya empati dalam kehidupan sehari-hari dan berusaha untuk terus mengembangkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun