Mohon tunggu...
Ayu Wulandari
Ayu Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Emotional intellingence dari Daniel Goleman

17 Januari 2025   19:53 Diperbarui: 17 Januari 2025   19:53 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Emotional Intelligence (EI) oleh Daniel Goleman

Emotional Intelligence (EI) menurut Daniel Goleman adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, mengelola, dan memengaruhi emosi diri sendiri dan orang lain. Dalam bukunya Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ (1995), Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosional memiliki dampak yang signifikan terhadap keberhasilan seseorang dalam kehidupan pribadi dan profesional.

Teori Goleman memecah EI menjadi lima komponen utama:

1. Kesadaran Diri (Self-Awareness)

Kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri dan memahami bagaimana emosi tersebut memengaruhi pikiran, tindakan, dan orang lain.

Contoh:

Seorang manajer yang sadar bahwa ia sedang stres karena tekanan kerja akan lebih bijak untuk tidak mengambil keputusan besar saat emosinya tidak stabil.

Manfaat:

Membantu seseorang memahami kekuatan dan kelemahannya.

Meningkatkan kepercayaan diri.

Dampak:

Orang dengan kesadaran diri tinggi lebih mampu mengelola stres dan memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain.

2. Pengelolaan Diri (Self-Regulation)

Kemampuan untuk mengendalikan emosi, mencegah tindakan impulsif, dan tetap tenang dalam situasi sulit.

Contoh:

Seorang pemimpin yang menghadapi kritik pedas memilih untuk mendengarkan dengan tenang alih-alih bereaksi defensif.

Manfaat:

Meningkatkan profesionalisme dan kredibilitas.

Membantu pengambilan keputusan yang lebih rasional.

Dampak:

Menciptakan lingkungan kerja yang stabil.

Mengurangi konflik interpersonal.

3. Motivasi (Motivation)

Dorongan internal untuk mencapai tujuan, yang tidak semata-mata didorong oleh penghargaan eksternal.

Contoh:

Seorang siswa yang terus belajar dengan giat meskipun nilainya pernah turun, karena ia memiliki tujuan untuk meningkatkan prestasi akademiknya.

Manfaat:

Mendorong seseorang untuk tetap berusaha meskipun menghadapi hambatan.

Memupuk rasa optimisme dan tekad.

Dampak:

Orang yang termotivasi cenderung lebih produktif, berorientasi pada pencapaian, dan memiliki sikap yang positif.

4. Empati (Empathy)

Kemampuan untuk memahami perasaan dan perspektif orang lain, serta merespons dengan cara yang tepat.

Contoh:

Seorang manajer yang memperhatikan bahwa seorang karyawan sedang menghadapi masalah keluarga memberikan waktu istirahat tambahan untuk membantu karyawan tersebut.

Manfaat:

Membantu membangun hubungan yang lebih dalam dan bermakna.

Mengurangi kesalahpahaman dan meningkatkan komunikasi.

Dampak:

Memperkuat kerja sama tim.

Meningkatkan kepuasan kerja dan loyalitas karyawan.

5. Keterampilan Sosial (Social Skills)

Kemampuan untuk menjalin hubungan, bekerja sama, dan memimpin dengan baik dalam kelompok.

Contoh:

Seorang pemimpin yang menggunakan komunikasi efektif untuk memotivasi timnya saat menghadapi tenggat waktu yang ketat.

Manfaat:

Mempermudah kolaborasi dan negosiasi.

Membantu menciptakan hubungan kerja yang harmonis.

Dampak:

Mengurangi konflik dalam tim.

Meningkatkan efektivitas organisasi secara keseluruhan.

Manfaat Emotional Intelligence

1. Dalam Karir:

Memungkinkan seseorang untuk menjadi pemimpin yang lebih baik.

Meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.

2. Dalam Hubungan Pribadi:

Memperkuat hubungan interpersonal.

Membantu menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat.

3. Dalam Kesehatan Mental:

Mengurangi stres dan kecemasan.

Membantu menjaga keseimbangan emosional.

Dampak Emotional Intelligence

1. Individu dengan EI Tinggi:

Lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan.

Mampu mengelola stres dan emosi negatif dengan lebih baik.

Memiliki hubungan sosial yang lebih baik.

2. Individu dengan EI Rendah:

ulit mengelola konflik interpersonal.

Rentan terhadap stres dan burnout.

Cenderung impulsif dalam mengambil keputusan.

Kesimpulan

Daniel Goleman menunjukkan bahwa kecerdasan emosional tidak hanya penting untuk kesuksesan pribadi, tetapi juga untuk menciptakan hubungan yang lebih baik dan membangun lingkungan kerja yang produktif. EI dapat dikembangkan melalui latihan seperti introspeksi, belajar mengelola emosi, dan meningkatkan empati terhadap orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun