Mohon tunggu...
Ayu Wulandari
Ayu Wulandari Mohon Tunggu... Penulis - It's me

From here I know that to think without doing anything is empty

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Aku Emosional, Salah Siapa?

3 November 2019   22:37 Diperbarui: 3 November 2019   23:00 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keluarga merupakan satu hal terpenting dalam pengasuhan anak karena anak dibesarkan dan dididik oleh keluarga. Orang tua merupakan cerminan yang bisa dilihat dan ditiru oleh anak-anaknya dalam keluarga. 

Oleh karena itu, pengasuhan anak merupakan serangkaian kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang tua. Jika pengasuhan anak belum bisa dipenuhi secara baik dan benar, kerap kali akan memunculkan masalah dan konflik, baik di dalam diri anak itu sendiri maupun antara anak dengan orangtuanya, maupun terhadap lingkungannya.

Pada intinya anak usia dini merupakan masa yang sangat menentukan dalam pembentuk karakter dan kepribadian seorang anak. Artinya usia itu, sebagai usia pengembangan potensi yang dimiliki anak, yang dianggap sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas. Tidak hanya kemajuan dalam aspek bahasa, fisik, kognitif, nilai agama dan moral, namun juga aspek emosi dan sosial. 

Perkembangan sosial emosional adalah salah satu perkembangan yang harus ditangani secara khusus, karena perkembangan sosial emosional anak harus dibina pada masa kanak-kanak awal atau bisa disebut masa pembentukan. Pengalaman sosial awal sangatlah penting, pengalaman sosial anak sangat menentukan kepribadian anak setelah ia menjadi orang dewasa. Banyaknya pengalaman yang kurang menyenangkan pada masa kanak-kanak akan menimbulkan sikap yang tidak sehat terhadap pengalaman sosial anak, pengalaman tersebut dapat mendorong anak tidak sosial, anti sosial, bahkan anak cenderung tidak percaya diri.

Lalu bagaimana dengan anak yang mempunyai sifat yang emosionalnya berlebih? Apakah penyebabnya? Nah, setelah ini mungkin kita akan mengetahui kenapa anak mempunyai emosional yang berlebih dan bagaimana kita sebagai orang tua untuk menyikapi hal tersebut. Ini adalah alasan, kenapa anak menjadi emosional:

1. Apa yang Ingin Ku Lakukan Selalu Dilarang

Image by netralnews
Image by netralnews
Semua mungkin pernah mengalami yang namanya "jengkel" atau "kesal", bahkan penyebabnya pun bermacam-macam, tidak terkecuali seorang anak. Seorang anak mungkin jengkel, kesal, jika saat itu dia mempunyai banyak kenginan, namun, dia sendiri tidak bisa atau tidak sanggup untuk melakukannya. Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan sebagai orang tua mereka? Jawabannya adalah, pahami dia. jika dia mengalami hal tersebut, kita sebagai orang tua haruslah bijaksana. Jika kita mengetahui anak sedang merasa kesal, maka bantulah untuk meredakannya.

Terkadang salah satu penyebab anak mudah sekali marah, karena banyaknya larangan yang ditujukan kepadanya dan dengan tanpa alasan pula. Maka dari itu, ketika kita memberikan sebuah larangan kepada dia, haruslah dengan menyertakan alasan yang logis, alasan yang mana isa diterima oleh anak. Atau juga bisa dengan memberikan kebebsan kepada anak  untuk melakukan semua yang ingin dilakukannya, dengan syarat tetap memantau mereka dari belakang.

Tidaklah baik pula jika kita terlalu melarang, apalagi melarang mereka untuk melakukan hal yang disukainya. Karena jika dia selalu dilarang, maka dia tidak akan pernah bertumbuh untuk dewasa lewat kesalahan -- kesalahan yang mereka buat, namun ketika dia diberikan kebebasan, dia akan merasa dicintai, emosionalnya rendah, akan mempunyai banyak teman, bahagia dalam hidupnya, pencapainnya juga pasti dan lebih maksimal.

2. Aku Iri dengan Temanku, Dimana Kasih Sayang yang Seharusnya Menjadi Hak Ku?

Sentuhan, salah satu yang menjadi sebuah kebutuhan seorang anak, entah itu di gandeng, di rangkul, dan segalam macam sentuhan. Orang tua mempunyai kewajiban untuk mengetahui bagaimana dan apa yang menjadikannya senang dan nyaman, biasanya jika seorang anak perempuan suka digandeng tangannya ketika berjalan, atau juga sebuah pelukan ketika bertemu dengannya. Dan jiak seorang anak laki-laki mungkin suka dengan yang namanya tos tangan, tepuk pundanknya, dan lain sebagainnya. Nah, sentuhan --sentuhan fisik dengan penuh kasih sayang itu membuat anak merasa dirinya diterima, dan jika dia sudah merasa demikian, maka emosional yang dimiliki anak tentunya stabil, karena dengan begitu anak akan lebih mudah mengendalikan emosinya.

3. Aku Meniru Apa yang Ku Lihat

Image by bincangsyariah
Image by bincangsyariah
Apa yang dilihat anak dapat menjadi dasar anak untuk bertingkah laku. Walaupun pada dasarnya pembentukan tingkah laku adalah hasil dari proses yang rumit, antara biologis dan lingkungan yang bukan hanya lingkungan keluarga.
Jikalau kita ingin melakukan sesuatu, maka berperilakulah yang baik, apalagi itu didepan anak-anak kita. Karena seperti yang kita tahu, bahwa anak merupakan peniru cilik yang handal. Seandainya kita sendiri berbicara kepada anak dengan nada emosional yang tinggi, maka jangan salahkan jika anak menirunya. Mendidik anak yang paling mudah, yaitu dengan memberikan sebuah keteladanan, jika kita sudah dapat memberika keteladanan, seperti berbisacara dengan kelemah lembutan, maka anak pastinya akan bisa mengikuti apa yang kita ajarkan kepadanya.
Kenapa anak mudah emosional?, kemungkinan dia sering mendapatkan penolakan. Seperti anak melakukan sebuah kesalahan dan kita malah menyalahkannya dengan sesuatu yang negatif pula, dan itu sering dia dapatkan dibandingkan dengan sebuah pujian. Sebaliknya, kita sebagai orang tua, sebaiknya memberikan sebuah pujian yang mana hal tersebut menjadikan anak merasa diterima dengan keberadaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun