Mohon tunggu...
Ayu Warda
Ayu Warda Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meminimalisasi Rasa Tertekan pada Ibu Rumah Tangga

23 Agustus 2017   11:51 Diperbarui: 23 Agustus 2017   23:19 3452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi ibu rumah tangga emang susah-susah gampang. Klihatannya susah tapi rasa-rasanya juga tidak sesusah menyetarakan persamaan reaksi atau memecahkan operasi hitung aljabar. Atau kita sebut saja pekerjaan itu gampang2 susah. Kelihatannya gampang tapi kok ya gak segampang yang terlihat.

Dan kesusahan itu semakin bertambah manakala kita melihat kesuksesan wanita-wanita lain.

Teman2 sdh sukses..sementara kita tetep gini gini aja?

Terjebak dalam rutinitas membosankan yang monoton setiap harinya. Semakin membuat kita terpuruk pada jurang keminderan yang teramat dalam.

Bangun pagi, menyiapkan sarapan, momong anak, beres2 rumah dan seabrek kerjaan rumah tangga serta tetek bengek yang berhubungan dengannya seperti tak ada habisnya.

Eits..tunggu...mem-bo-san-kan?

Benarkah?

Gimana kalau kita rubah sudut pandang kita. Kita ganti membosankan dengan aktifitas yang menyenangkan.

Coba bayangkan saat kita bangun pagi lalu menyiapkan sarapan..yess ini menyenangkan! Kita bisa bereksperimen dan eksekusi menu2 pilihan sesuka hati kita. Berpacu dengan waktu yang terus berjalan, berasa ikut master chef gitu kan?

Lalu memanggil2 anak serta membujuknya untuk mandi

Waw..ini juga menyenangkan!

Bukan kah kita sudah memenangkan hati ayahnya. Apakah kita tidak tertantang untuk menaklukkan hati anak mungil ini juga? Ahaiii

Sekarang kita siap mengantarnya ke sekolah. Lambaian tangan dengan senyuman tentu akan menjadi bahan bakar untuknya menghabiskan waktu di sekolah.

Lalu merapikan rumah yang berantakan. Heiii.. Bayangkan jika kita tidak punya tempat tinggal. Tentu tak ada yg bisa dirapikan, bukan?

Pun begitu, tetap saja manusia kadang lupa dan kembali ke tabiatnya, ingkar pada nikmat Tuhannya (Q.S. Az-Zukhruf : 15 dan Q.S Al-Aadiyat:6)

Sudah diberi jodoh, anak, tempat tinggal dan banyak nikmat lainnya tapi masih saja berkeluh kesah.

Kalau kata anak pramuka

Apa guna keluh kesah..

Apa guna keluh kesah...

Irt tak pernah keluh kesah

Apa guna keluh kesah..

Well sebenernya rasa tertekan itu bisa diminimalkan lhooo

Caranya dengan menambah kadar kebahagiaan diri kita sehingga semua kesengsaraan akan tertindih, tertimbun dan akhirnya tenggelam ditiban oleh kebahagiaan yang membuncah.

Nah beberapa point berikut mungkin bisa menambah rasa bahagia sehingga rasa tertekan akan berkurang

1. Ikhlas

Jika kita lupa, mari sejenak kita merenung. Ingat tujuan pernikahan kita, ingat kampung akhirat, ingat segala amal kita yg melelahkan akan sia2 tanpa ini.

2. Manjakan diri sendiri

Tak perlu ke mall atau salon yg mahal dan menuntut suami minta ini itu, karena di rumah pun kita bisa mencuri2 waktu. Contohnya di saat suami bekerja dan anak2 terlelap kita bisa mengeluarkan sebatang es krim atau minuman favotif dari kulkas dan menghabiskannya sendirian

Atau cukup dengan mandi air hangat?

Luluran? Maskeran? Tentu kitalah yang paling mengerti akan hal ini.

2. Mengembangkan hobi

Apalagi kalau hobinya masak. Jangan lupa terus dikembangkan ya bund..

3. Melibatkan suami

Jika suami senang tentu kita pun akan kecipratan rejeki. Maka senangkanlah suami, penuhi haknya dan jangan lupa sematkan pujian agar ia lebih percaya diri dan lebih semangat menjalani hari. Oya sebenernya yg ini sih wajib ya

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bertutur,

"Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: "Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau". (HR. Ahmad dari Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu'anhu dan dinyatakanhasan oleh Syaikh al-Albany).

Wahh masuk surga dari pintu mana saja, mau?

4. Bersyukur

Ingat janji Allah.. Jika kita bersyukur maka akan ditambah nikmatnya tapi ketika kita ingkar tunggulah adzab Allah yang pedih.. Naudzubillah..

Well..ada lagi mungkin?

Tambahin ya yg punya tipsnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun