Mohon tunggu...
Ayu SittaDamayanti
Ayu SittaDamayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang ibu rumah tangga jebolan ilmu hukum, pecinta sastra dan parenting

Ibu rumah tangga dan dunianya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Pendidikan Adab, Pilar Penting untuk Generasi Berkarakter

23 Oktober 2024   12:09 Diperbarui: 23 Oktober 2024   12:22 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber:Dokpri. Made by Canva)

Di era yang serba cepat dan serba digital ini, pendidikan adab menjadi semakin penting untuk membentuk generasi yang beretika, cerdas, dan bertanggung jawab. Adab bukan hanya soal pengetahuan teori, tetapi penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan kemajuan teknologi, kita sering kali melupakan nilai-nilai moral yang justru menjadi fondasi dari masyarakat yang harmonis.

Sebenarnya, siapa yang berperan dalam pendidikan adab?

Pendidikan adab sejatinya dimulai dari rumah. Orang tua memiliki tanggung jawab pertama dan utama dalam menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak. Namun, sekolah dan lingkungan sosial juga memiliki peran penting dalam memperkuat pendidikan karakter ini. Guru tidak hanya bertugas mengajarkan mata pelajaran akademik, tetapi juga menjadi panutan dalam menunjukkan perilaku dan sikap yang baik. Tugas negara adalah menjamin pilar - pilar sentral ini berperan maksimal, salah satunya dengan regulasi dan kurikulum pendidikan yang tepat dan baik.

Salah satu cara efektif untuk membangun pendidikan adab adalah dengan mengintegrasikan pendidikan adab dengan kegiatan sehari-hari. Melalui praktik langsung, seperti proyek sosial, kerja sama dalam kelompok, dan kegiatan yang melibatkan empati, siswa dapat belajar menghargai nilai-nilai moral yang baik. Selain itu, peran teknologi juga dapat dioptimalkan untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan memperkuat pembelajaran adab dengan cara yang lebih interaktif dan menarik.

Tak kalah penting, untuk pembentukan adab di sekolah haruslah lebih dari sekadar teori belaka. Karena sekolah memiliki peran besar dalam pembentukan karakter anak. Namun, adab tidak bisa hanya diajarkan melalui teori. 

Kegiatan praktik seperti simulasi, role-playing, atau keterlibatan langsung dalam masyarakat bisa menjadi cara efektif untuk menghidupkan nilai-nilai moral yang diajarkan di kelas. Misalnya, program "Hari Adab" di sekolah dapat menjadi kegiatan rutin yang melibatkan siswa dalam praktik-praktik baik, mulai dari saling menghormati hingga berkontribusi pada komunitas.

Kurikulum yang Mendukung Pendidikan Adab

Meskipun pemerintah melalui Kementerian Pendidikan telah meluncurkan berbagai program pendidikan karakter seperti Profil Pelajar Pancasila, tantangan dalam implementasinya di seluruh Indonesia bervariasi. 

Ada sekolah-sekolah yang berhasil menjalankan program ini dengan baik, sementara yang lain masih berjuang dengan keterbatasan sumber daya, pelatihan guru, dan dukungan dari lingkungan sekitar.

Perlu strategi mendukung pembelajaran karakter di berbagai mata pelajaran untuk mendukung pembelajaran karakter secara efektif, strategi yang berfokus pada kolaborasi antar-mata pelajaran sangat diperlukan. Pembelajaran interdisipliner, yang menggabungkan nilai-nilai karakter dalam berbagai subjek, seperti sains, matematika, dan bahasa, memungkinkan siswa untuk melihat relevansi adab dalam setiap aspek kehidupan mereka.

Pendidikan adab seharusnya tidak berdiri sendiri, tetapi terintegrasi dalam setiap mata pelajaran. Misalnya, dalam pelajaran bidang sains, diskusikan tentang etika dalam penelitian atau dampak moral dari kemajuan teknologi.

Dalam IPS, bahas keputusan yang diambil oleh tokoh sejarah dalam menghadapi dilema moral, dan bagaimana keputusan tersebut bisa mencerminkan nilai-nilai karakter seperti keberanian atau rasa keadilan.

Bisa juga dengan penggunaan buku atau literasi karakter, karena dengan membaca dan menganalisis buku yang kaya akan nilai-nilai moral dan etika bisa menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan karakter. 

Ini bisa dilakukan di mata pelajaran bahasa dan sastra, di mana siswa membaca cerita yang menggambarkan nilai-nilai seperti kejujuran, kesetiaan, atau tanggung jawab, kemudian mendiskusikan karakteristik tokoh-tokohnya dan bagaimana mereka menghadapi konflik moral. Guru bisa memilih buku atau cerita pendek yang relevan dengan topik karakter yang sedang diajarkan, lalu meminta siswa menganalisis tindakan tokoh berdasarkan nilai-nilai yang diangkat.

Untuk matematika, misalnya ajak siswa berdiskusi pentingnya kejujuran dalam menggunakan data atau menyelesaikan soal dengan benar tanpa menyontek.

Tingkatkan lagi pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning, PBL), karena dengan pembelajaran berbasis proyek memungkinkan siswa untuk bekerja dalam jangka waktu yang lebih lama pada tugas yang melibatkan penerapan nilai-nilai karakter. Mereka dapat terlibat dalam proyek yang menyelesaikan masalah nyata, sehingga mereka tidak hanya belajar akademis, tetapi juga nilai-nilai karakter seperti kerja sama, disiplin, dan ketekunan.

Bagaimana Perkembangan Adab Anak di Era Nadiem Makarim?

Di era Nadiem Makarim, pendidikan mengalami banyak perubahan, termasuk dalam hal digitalisasi pembelajaran. Namun, meskipun akses teknologi semakin meningkat, ada juga kekhawatiran tentang menurunnya adab anak akibat kurangnya pengawasan dalam penggunaan teknologi. Data menunjukkan bahwa meskipun banyak anak-anak yang lebih melek teknologi, perilaku dan etika penggunaan teknologi masih menjadi tantangan.

Lantas, kemerosotan adab anak Indonesia fakta atau mitos?

Berdasarkan data, ada indikasi bahwa kemerosotan adab anak memang terjadi, terutama dalam konteks perilaku di dunia digital. Kurangnya pengawasan dan batasan penggunaan teknologi menyebabkan beberapa anak kurang memahami etika dalam interaksi sosial digital, seperti cyberbullying dan perilaku tidak sopan di media sosial.

Selain itu seperti yang tercermin dalam berita terbaru dari KOMPAS.com. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat adanya lonjakan kasus kekerasan di sekolah, dengan 36 kasus dilaporkan antara Januari hingga September 2024. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan adab harus menjadi prioritas utama dalam mendidik generasi masa depan kita.

Mendikdasmen: Harapan untuk Masa Depan Pendidikan Adab

Kita mulai dengan pertanyaan, "Pemecahan kementerian Pendidikan, tepatkah langkah ini?"

Pemecahan Kementerian Pendidikan, khususnya untuk Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, dianggap langkah yang tepat. Ini memberikan ruang lebih fokus pada pendidikan anak usia dini hingga menengah, yang merupakan fase kritis dalam pembentukan karakter. Dengan adanya menteri yang khusus menangani pendidikan dasar dan menengah, program-program pembentukan adab dan karakter dapat lebih dikembangkan dan dipantau.

Dengan dilantiknya Abdul Mu'ti sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, ada harapan baru untuk pendidikan karakter dan adab di Indonesia. Diharapkan, fokusnya pada pendidikan dasar dan menengah dapat memperkuat pembentukan karakter sejak usia dini. Abdul Mu'ti, dengan latar belakang akademis dan pengalaman dalam pendidikan, diharapkan mampu membawa arah kebijakan yang lebih mengedepankan moralitas dan adab dalam kurikulum nasional.

Mari kita bersama-sama membangun generasi masa depan yang cerdas dan beradab, sehingga Indonesia tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga memiliki masyarakat yang bermoral tinggi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun