Dinda tertawa kecil. "Oke deh, aku coba. Berapa harganya?"
"Lima ribu aja, Din. Kalau enak, kasih review bintang lima, ya."
Dinda membeli satu bungkus dan mulai mencicipi. Baru satu gigitan, wajahnya berubah. "Jang... ini pedes banget, tapi kok ada rasa gosong ya?"
"Itu ciri khasnya, Din. Resep rahasia!" Ujang mencoba menutupi kesalahan masaknya dengan alasan keren.
Tapi Dinda tidak marah. Sebaliknya, ia malah tertawa. "Kamu lucu, Jang. Tapi serius, lain kali cekernya jangan gosong."
--
Keesokan harinya, bisnis Ujang mulai ramai. Penduduk kontrakan penasaran dengan dagangan uniknya. Bahkan Pak Untung, si bapak kontrakan galak, ikut mencicipi. Awalnya, Pak Untung skeptis.
"Apa-apaan ini, Jang? Namanya aja udah kayak mau bunuh orang," kata Pak Untung sambil membuka bungkus ceker.
Tapi setelah gigitan pertama, Pak Untung terdiam. Wajahnya memerah, matanya berkaca-kaca, dan ia mulai terbatuk-batuk. "Astaga, ini pedes banget! Kamu bikin saya hampir mampus!" teriaknya sambil meminum air.
Ujang panik. "Pak, itu artinya cekernya sukses! Pedasnya sampai bikin bapak terkesan!"
Pak Untung hanya melotot, tapi akhirnya tertawa. "Oke, Ujang. Saya kasih waktu seminggu lagi buat bayar kontrakan. Tapi ingat, kalau minggu depan nggak lunas, saya lempar kamu sama meja daganganmu ke got!"