Mohon tunggu...
Ayu Sipayung
Ayu Sipayung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hobi menulis sejak kecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta di Balik Tembok Kontrakan

2 Desember 2024   12:53 Diperbarui: 2 Desember 2024   13:56 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah gang sempit di pinggiran kota, berdiri kontrakan lima pintu yang dikelola Pak Untung, seorang bapak-bapak terkenal galak. Galaknya nggak biasa---bukan hanya karena suaranya seperti megafon, tapi juga karena ia selalu memakai daster kumal setiap sore. Konon, daster itu punya kekuatan mistis. Setiap kali Pak Untung marah dengan daster itu, penghuni kontrakan langsung bayar utang sewa. Atau kalau tidak, ya siap-siap saja digusur.

Salah satu penghuni kontrakan itu adalah Ujang, pemuda 27 tahun yang sudah tiga bulan menunggak sewa. Ujang terkenal malas, tapi pintar cari alasan. Kalau ditanya soal uang sewa, jawabannya selalu berubah. Kadang bilang gaji belum cair, kadang ada proyek besar, atau yang paling absurd, dia menyalahkan kucingnya yang kabur membawa uang kontrakan.

Namun, kali ini situasinya gawat. Pak Untung sudah kehabisan sabar. "Ujang! Kalau minggu depan kamu nggak bayar, siap-siap barangmu saya lempar ke got!" ancam Pak Untung sambil mengayunkan sapu lidi.

Ujang yang sedang ngopi di depan pintu kontrakannya hanya mengangguk lesu. Masalahnya, bukan dia nggak mau bayar. Tapi dompetnya lebih sering kosong daripada penuh. Pekerjaan tetap? Tidak ada. Keahlian? Meragukan. Namun, Ujang punya satu kemampuan super: nekat.

"Gue harus cari duit cepat," gumam Ujang sambil menggaruk kepala. Di saat ia hampir menyerah, muncullah ide brilian di kepalanya. Ia memutuskan untuk jualan makanan ringan.

---

Hari berikutnya, Ujang membuka lapak di depan kontrakan. Di atas meja lipat yang sudah penyok, ia menjual "Ceker Setan Pedas Level Neraka". Ide itu datang setelah ia melihat video viral di media sosial. Ujang yakin, semua orang suka ceker pedas. Tapi ada satu masalah: dia tidak tahu cara masak ceker.

Namun, Ujang tidak gentar. Dengan modal nekat, ia pergi ke pasar membeli ceker ayam, cabe rawit, dan beberapa bumbu seadanya. Proses memasaknya adalah bencana. Cekernya terlalu lama direbus sampai hancur seperti bubur. Tapi Ujang tetap optimis. Ia mengemas cekernya dengan tulisan: "Berani coba? Dijamin kepedasan!"

Ketika lapak dibuka, pelanggan pertama muncul. Adalah Dinda, tetangga kontrakan sebelah yang diam-diam ditaksir Ujang. Dinda adalah karyawan minimarket yang sering pulang malam dengan wajah lelah tapi tetap manis. Ujang langsung semangat melihat Dinda mendekat.

"Ceker apaan ini, Jang? Namanya serem banget," ujar Dinda sambil melirik tulisan di kemasan.

"Ini bukan sembarang ceker, Din. Ini ceker paling pedas yang bakal bikin kamu lupa masalah hidup," jawab Ujang penuh percaya diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun